Sebuah Panggilan untuk Menyerbu Surga dengan Gairah Rohani

Matius 11:12, yang dalam versi AYT berbunyi:"Sejak zaman Yohanes Pembaptis sampai sekarang, Kerajaan Surga diserbu dengan kekerasan, dan orang-orang yang menyerbu itu yang menguasainya."
Pendahuluan
Banyak orang menganggap hidup Kristen sebagai perjalanan damai yang penuh dengan kenyamanan dan ketenangan. Namun, Alkitab dan para teolog Reformed menggambarkan jalan ke Surga sebagai perjuangan sengit yang membutuhkan tekad, disiplin, dan pertobatan radikal. Ungkapan "Heaven Taken by Storm" bukanlah ajakan untuk kekerasan fisik, tetapi simbol perjuangan spiritual yang mendalam — menggambarkan bagaimana orang-orang kudus meraih Kerajaan Allah dengan usaha yang serius dan bersungguh-sungguh.
Dalam artikel ini, kita akan menggali konsep ini melalui:
-
Asal Alkitabiah dari konsep “Heaven Taken by Storm”
-
Pandangan Thomas Watson dan teologi Puritan
-
Pemikiran beberapa pakar teologi Reformed
-
Aplikasi praktis dalam kehidupan rohani masa kini
1. Asal Alkitabiah: Matius 11:12 dan Konteksnya
Ayat kunci dari konsep ini ditemukan dalam Matius 11:12, yang menyatakan bahwa Kerajaan Surga "diserbu dengan kekerasan" dan mereka yang menyerbu itu “menguasainya.” Dalam bahasa Yunani, kata “βιάζεται” (biazetai) secara harfiah berarti "menggunakan kekuatan" atau "memaksa masuk". Artinya, Kerajaan Allah tidak diperoleh dengan pasif, tetapi oleh mereka yang aktif dan penuh gairah rohani.
Yesus menyampaikan ini dalam konteks pelayanan Yohanes Pembaptis, yang adalah pengkhotbah pertobatan dan panggilan kembali kepada kekudusan. Yohanes menjadi contoh bagaimana pelayanan keras dan tanpa kompromi dapat membangkitkan semangat rohani di tengah generasi yang lesu dan bebal.
2. Thomas Watson: “Heaven Taken by Storm”
Thomas Watson menulis sebuah karya klasik dengan judul Heaven Taken by Storm (1669). Buku ini sangat dipengaruhi oleh Matius 11:12 dan menjadi dasar utama pemahaman Puritan tentang bagaimana hidup Kristen seharusnya dijalani.
Watson mengajarkan bahwa ada "kekerasan suci" (holy violence) yang harus dimiliki setiap orang percaya untuk mengejar kekudusan, doa, pertobatan, dan iman sejati. Berikut beberapa pokok ajaran Watson:
a. Kekerasan terhadap Diri Sendiri
Watson mengajarkan bahwa orang percaya harus melawan kedagingan, nafsu duniawi, dan kemalasan rohani. Ini bukanlah kebencian terhadap diri, tetapi disiplin diri yang menundukkan hawa nafsu demi mengejar Kristus.
b. Kekerasan dalam Doa
Ia mengutip bagaimana orang-orang seperti Yakub berdoa dengan tekad besar: "Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, kecuali Engkau memberkati aku" (Kejadian 32:26). Doa semacam ini bukanlah formalitas, melainkan pertarungan jiwa yang sungguh-sungguh menginginkan hadirat Allah.
c. Kekerasan dalam Pertobatan
Pertobatan sejati menurut Watson bukan sekadar penyesalan emosi, melainkan penghancuran akar dosa dan pembaruan hidup secara total. Ini membutuhkan kekerasan rohani terhadap dosa yang mengakar.
3. Pandangan Pakar Teologi Reformed
a. John Owen: Perang Rohani dalam Kehidupan Orang Percaya
John Owen, seorang teolog Reformed klasik, menekankan pentingnya "mortifikasi dosa" — membunuh dosa setiap hari. Dalam bukunya The Mortification of Sin, Owen menyatakan:
"Doakan dengan sungguh-sungguh, tetapi juga lawanlah dosa dengan tekad seperti pejuang."
Owen menunjukkan bahwa kerohanian sejati bukan hal pasif, tetapi penuh kesadaran, usaha, dan peperangan. Konsep “Heaven Taken by Storm” sejalan dengan teologinya tentang kemenangan melalui penyangkalan diri dan pembaruan pikiran.
b. Jonathan Edwards: Gairah Rohani dan Pembaruan
Jonathan Edwards, melalui khotbah-khotbahnya yang mengguncang, menekankan realitas dari sorga dan neraka serta pentingnya pertobatan yang penuh gairah. Dalam konteks ini, Edwards mendukung pandangan bahwa tidak ada orang yang masuk surga tanpa perjuangan yang nyata melawan dosa dan pencobaan.
Ia menulis:
“Keselamatan bukan milik mereka yang lelah di tengah jalan, tetapi mereka yang berlari sampai akhir.”
c. R.C. Sproul: Kekudusan Tuhan dan Panggilan kepada Kesungguhan Iman
R.C. Sproul menekankan kekudusan Allah sebagai pusat iman Kristen. Ia sering menegaskan bahwa kesadaran akan kekudusan Tuhan seharusnya memicu respon hidup yang penuh hormat, takut, dan serius.
Menurut Sproul:
“Tidak ada yang berani menyentuh kekudusan dengan santai. Kita dipanggil untuk ‘mengejar kekudusan’ (Ibrani 12:14) dengan seluruh kekuatan jiwa dan tubuh.”
Konsep ini paralel dengan gagasan “Heaven Taken by Storm”: Surga diperuntukkan bagi mereka yang mengejarnya dengan sepenuh hati.
d. Sinclair Ferguson: Disiplin Rohani sebagai Jalan Menuju Surga
Ferguson melihat bahwa disiplin rohani, seperti doa, pembacaan Firman, dan puasa, adalah alat anugerah yang digunakan Allah untuk membentuk umat-Nya. Ia menolak pola pikir “mudah percaya” dan menekankan pentingnya keseriusan iman.
“Jika kita ingin berjalan bersama Kristus, kita harus belajar berjalan dengan salib di bahu kita.”
4. Aplikasi Praktis: Bagaimana Menyerbu Surga Hari Ini
a. Melatih Kekerasan Rohani Melawan Dosa
Panggilan utama dari "Heaven Taken by Storm" adalah untuk tidak bersantai dalam dosa, tetapi melawannya dengan tekad kudus. Ini termasuk:
-
Mengakui dosa secara pribadi dan komunal.
-
Memiliki pendamping rohani atau komunitas yang mengingatkan dan menegur dengan kasih.
-
Melakukan evaluasi hidup secara rutin.
b. Doa yang Menembus Langit
Doa yang dimaksud bukan sekadar rutinitas, melainkan doa yang penuh gairah, air mata, dan iman yang besar. Seperti Hannah yang berdoa dengan hancur hati, atau Yesus yang berdoa sampai bercucuran darah di Getsemani — itulah “kekerasan” dalam doa.
c. Membaca Firman dengan Kelaparan Rohani
Orang yang menyerbu surga adalah mereka yang merindukan Firman Tuhan lebih dari roti sehari-hari (Matius 4:4). Membaca Alkitab tidak boleh menjadi tugas yang dingin, tapi ibadah yang penuh kerinduan untuk mengenal Allah.
d. Menginjili dengan Urgensi Kekal
Jika Surga harus direbut, maka kita juga perlu menyerukan Injil kepada sesama dengan semangat yang sama. Tidak cukup hanya hidup baik — kita perlu menyampaikan kabar keselamatan dengan gairah, keberanian, dan belas kasih.
Kesimpulan: Surga Tidak untuk Orang yang Setengah Hati
“Heaven Taken by Storm” bukanlah ajaran legalistik. Ini bukan tentang mendapatkan keselamatan dengan kekuatan sendiri, melainkan respon serius terhadap anugerah Tuhan. Keselamatan adalah karya Allah semata, tetapi Allah tidak memanggil kita untuk pasif. Ia memanggil kita untuk mengejar kekudusan dengan sungguh-sungguh, menanggalkan dosa, dan hidup dalam kekuatan Roh Kudus.
Teologi Reformed, melalui tokoh-tokoh seperti Thomas Watson, John Owen, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul, memperlihatkan bahwa iman yang sejati adalah iman yang bergumul, bertempur, dan menang karena Kristus. Kita menyerbu surga bukan karena kita kuat, tapi karena kita tahu kepada siapa kita bergantung.
Mari kita menyerbu Surga — dengan doa, iman, pertobatan, dan kasih yang mendalam — karena seperti kata Watson:
“Surga tidak untuk yang santai, tetapi untuk para pejuang iman.”