The Fading of the Flesh

The Fading of the Flesh

Pendahuluan

Dalam dunia yang terus memuliakan kekuatan jasmani, kesehatan, dan kecantikan fisik, suara Alkitab memberikan pengingat yang keras namun penuh harapan: “Segala yang berasal dari daging akan lenyap.” Tema “The Fading of the Flesh” atau memudarnya daging bukan hanya realitas biologis, melainkan kebenaran teologis yang penting dalam iman Kristen, terutama dari perspektif teologi Reformed.

Istilah “flesh” atau “daging” dalam Alkitab sering kali memiliki makna yang kompleks—dari yang bersifat literal (tubuh fisik), hingga kiasan (keberdosaan manusia). Dalam artikel ini, kita akan menelusuri bagaimana para teolog Reformed memandang kefanaan tubuh, kebobrokan dosa, dan pengharapan akan kemuliaan kekal.

1. Makna Teologis “Flesh” dalam Alkitab

a. Penggunaan dalam Perjanjian Lama

Dalam Ibrani, kata “basar” (בָּשָׂר) merujuk pada tubuh fisik, tetapi juga menyimbolkan keterbatasan manusia. Mazmur 103:14 berkata:

“Sebab Dia tahu apa kita, Dia ingat bahwa kita ini debu.”

Dr. Geerhardus Vos, teolog Reformed ternama, menyatakan bahwa sejak kejatuhan manusia, daging menjadi simbol dari ketidakkekalan dan kebergantungan total kepada Allah.

b. Penggunaan dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru, terutama dalam surat-surat Paulus, “sarx” (σάρξ, Yunani) tidak hanya berarti tubuh, tetapi juga alam dosa yang berlawanan dengan Roh. Dalam Roma 8:6-8, Paulus menulis:

“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”

Bagi Paulus, daging adalah sumber perlawanan terhadap Allah, dan hidup dalam daging berarti hidup tanpa Roh. Dr. John Murray, dalam tafsirannya atas Roma, menekankan bahwa "flesh" bukan hanya tubuh, melainkan keberadaan manusia di luar Kristus—rusak, binasa, dan dalam pemberontakan.

2. Kefanaan dan Ketidakberdayaan Manusia

a. Tubuh yang Memudar

Teologi Reformed tidak pernah menolak nilai tubuh. Tubuh adalah ciptaan Allah yang baik (Kejadian 1:31). Namun, setelah kejatuhan manusia, tubuh menjadi sarang kefanaan. John Calvin dalam Institutes mengatakan:

“Tubuh kita adalah bejana yang rapuh, yang senantiasa mengarah kepada kehancuran, kecuali Tuhan menopangnya dengan anugerah-Nya.”

Pandangan ini membentuk doktrin depravity total: manusia, termasuk tubuhnya, telah dirusak oleh dosa. Daging akan memudar karena dosa membawa maut (Roma 6:23).

b. Realitas Kehidupan dan Kematian

R.C. Sproul, teolog Reformed modern, menekankan pentingnya memahami kematian sebagai konsekuensi dari natur manusia yang jatuh. Ia menyatakan:

“Kematian bukanlah bagian alami dari kehidupan. Itu adalah hukuman.”

Dengan kata lain, fading of the flesh bukan hanya biologis, tetapi merupakan ekspresi penghakiman ilahi atas dosa.

3. Daging dan Pencobaan: Pertempuran Rohani Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, kefanaan tubuh tidak hanya terlihat dalam penuaan dan penyakit, tetapi juga dalam perjuangan melawan dosa. Teologi Reformed mengajarkan bahwa bahkan orang percaya masih harus berjuang melawan keinginan daging.

John Owen, dalam bukunya The Mortification of Sin, menyatakan:

“Dosa tidak pernah tidur. Jika engkau tidak membunuh dosa, maka dosa akan membunuh engkau.”

Pertempuran melawan daging adalah bagian tak terpisahkan dari hidup dalam Kristus. Paulus dalam Galatia 5:17 menulis:

“Sebab keinginan daging berlawanan dengan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan daging.”

Dalam konteks ini, memudar bukan hanya fisik, tetapi spiritual—daging yang lama harus mati, agar manusia baru dalam Kristus dapat hidup.

4. Tubuh Kebangkitan dan Harapan Akan Kemuliaan

Teologi Reformed menyeimbangkan realitas pahit kefanaan dengan harapan besar akan kebangkitan tubuh.

a. Tubuh Akan Diperbarui

Dalam 1 Korintus 15, Rasul Paulus menjelaskan bahwa tubuh yang sekarang fana akan dibangkitkan dalam kemuliaan. Ayat 42-44 berbunyi:

“Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan... ditaburkan tubuh jasmani, dibangkitkan tubuh rohani.”

Anthony Hoekema, teolog Reformed Belanda-Amerika, menekankan dalam bukunya The Bible and the Future, bahwa:

“Kita tidak akan menjadi roh tanpa tubuh. Allah menebus seluruh keberadaan kita—roh dan tubuh.”

Artinya, meski daging sekarang memudar, bukan berarti Allah mengabaikannya. Akan ada pemulihan total dalam tubuh kebangkitan.

b. Kristus sebagai Teladan

Tubuh kebangkitan Yesus menjadi model bagi apa yang akan dialami orang percaya. Ini adalah inti dari pengharapan Kristen. Michael Horton menulis:

“Kita tidak ditentukan oleh kelemahan tubuh kita yang sekarang, tetapi oleh kemuliaan Kristus yang bangkit.”

5. Aplikasi Hidup: Hidup dalam Kesadaran Kefanaan

Teologi Reformed tidak berhenti pada teori. Kesadaran akan kefanaan harus mendorong hidup dalam:

a. Kerendahan Hati

Mengetahui bahwa tubuh kita memudar membantu kita melawan kesombongan dan penyembahan diri. Jonathan Edwards menulis:

“Kehidupan ini hanyalah bayangan. Kita tidak bisa menaruh harapan pada dunia yang akan berlalu.”

b. Disiplin Rohani dan Kekudusan

Karena daging cenderung menentang kehendak Allah, kita perlu disiplin dalam doa, membaca Firman, dan persekutuan. Seperti dikatakan oleh Calvin:

“Menjadi Kristen adalah berlatih mati setiap hari.”

c. Penginjilan dan Misi

Mengetahui bahwa segala sesuatu di dunia ini akan lenyap membuat kita memprioritaskan apa yang kekal. Banyak teolog Reformed menyerukan agar gereja tidak terlena dalam budaya dunia, tetapi aktif dalam menyebarkan Injil yang menyelamatkan.

6. Perbandingan dengan Pandangan Lain

Teologi Reformed berbeda dari:

  • Gnostisisme: yang menganggap tubuh jahat dan hanya roh yang baik.

  • Sekularisme: yang menekankan tubuh sebagai pusat kehidupan tanpa dimensi kekekalan.

  • Paham hedonistik: yang memuja kenikmatan daging sebagai tujuan akhir.

Teologi Reformed menempatkan tubuh dalam terang penebusan: tubuh diciptakan baik, dirusak oleh dosa, namun akan ditebus secara sempurna.

7. Konteks Budaya dan Tantangan Modern

Di era modern, tema “The fading of the flesh” menjadi sangat relevan:

  • Industri kecantikan dan kesehatan menjanjikan keabadian palsu.

  • Teknologi dan transhumanisme mencoba melampaui batas tubuh.

  • Konsumerisme rohani sering menolak penderitaan dan kematian.

Tim Keller, teolog Reformed kontemporer, menulis:

“Semua manusia mencoba menyangkal kematian. Tapi hanya Injil yang memberi jawaban sejati.”

Dengan demikian, kita dipanggil untuk hidup bijak di tengah dunia yang menolak kefanaan tetapi tidak memiliki harapan kekal.

Kesimpulan: Hiduplah dalam Terang Kekekalan

“The fading of the flesh” adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Namun dalam iman Kristen, ini bukanlah akhir dari cerita. Tubuh kita memang memudar, tetapi jiwa yang diperbarui oleh Roh Kudus tidak akan binasa.

Teologi Reformed menegaskan:

  • Daging yang sekarang memudar adalah akibat dosa.

  • Kristus datang untuk menebus bukan hanya roh kita, tetapi juga tubuh kita.

  • Kita menantikan kebangkitan tubuh yang mulia, bebas dari kefanaan.

  • Sementara itu, kita hidup dalam disiplin, kerendahan hati, dan pelayanan sebagai anak-anak Allah.

Sebagaimana Rasul Paulus menulis:

“Sebab meskipun manusia lahiriah kita semakin merosot, namun manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari.” (2 Korintus 4:16, AYT)

Next Post Previous Post