Hidup bagi Tuhan: Roma 14:2–9
Pendahuluan
Dalam kehidupan Kristen, perbedaan pendapat tentang praktik-praktik non-dogmatis seperti makanan, hari raya, dan kebiasaan ibadah sering kali menimbulkan konflik. Rasul Paulus dalam Roma 14:2–9 memberikan prinsip yang sangat penting tentang kebebasan Kristen, toleransi, dan hidup bagi Tuhan. Bagaimana bagian ini dipahami dalam konteks teologi Reformed, dan apa implikasinya bagi gereja masa kini?
Artikel ini mengupas Roma 14:2–9 secara mendalam dengan pendekatan teologi Reformed, mengutip pemikiran dari tokoh-tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, Tim Keller, Michael Horton, dan lainnya. Mari kita telusuri prinsip teologis yang mendasari nas ini dan bagaimana kita dapat menghidupi nilai-nilainya dalam konteks kekinian.
1. Konteks Surat Paulus dan Situasi Jemaat Roma
Para teolog Reformed seperti Douglas Moo dan Thomas Schreiner menjelaskan bahwa pasal 14 ini ditulis kepada jemaat yang mengalami ketegangan antara dua kelompok:
-
Orang Yahudi Kristen yang masih memegang adat istiadat Taurat (seperti larangan makanan dan hari Sabat)
-
Orang bukan Yahudi yang merasa bebas dalam Kristus
Masalahnya bukan pada doktrin keselamatan, melainkan pada praktik kehidupan Kristen. Paulus tidak menyalahkan satu pihak, tetapi menyerukan penghormatan dan kasih dalam perbedaan.
2. Teologi Reformed tentang Kebebasan Kristen
a. Kebebasan dan Tanggung Jawab (Calvin)
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa:
"Kebebasan Kristen bukanlah lisensi untuk hidup sembarangan, tetapi kebebasan yang tunduk pada kasih dan membangun sesama."
Roma 14 menjadi salah satu dasar ajaran Calvin tentang adiaphora – hal-hal yang tidak secara eksplisit diperintahkan atau dilarang dalam Alkitab.
b. Prinsip Kesadaran Hati Nurani
Dalam tradisi Reformed, hati nurani yang dibentuk oleh Firman Allah sangat dijunjung tinggi. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh memaksakan pandangannya dalam hal-hal yang bukan pokok iman (non-essential). Namun, kebebasan ini harus berakar dalam kasih dan membangun tubuh Kristus.
3. “Orang Lemah” dan “Orang Kuat”: Siapa Mereka?
a. Definisi Menurut Paulus
-
“Orang lemah” di sini bukan orang yang tidak taat, tetapi mereka yang masih terikat hati nuraninya pada hukum lama.
-
“Orang kuat” adalah mereka yang memahami kebebasan dalam Kristus, bahwa makanan dan hari-hari tidak menentukan keselamatan.
Menurut R.C. Sproul, orang lemah bukanlah orang yang salah secara moral, tetapi belum sepenuhnya memahami implikasi Injil dalam kehidupan sehari-hari.
4. Prinsip Kasih: Jangan Menghakimi atau Meremehkan
a. Dua Dosa yang Berlawanan
Paulus menyoroti dua reaksi yang berlawanan:
-
Orang kuat menghina yang lemah
-
Orang lemah menghakimi yang kuat
Michael Horton mencatat bahwa kasih adalah perekat yang menyatukan tubuh Kristus. Tanpa kasih, kebebasan berubah menjadi batu sandungan.
b. Kristus sebagai Hakim dan Pemilik
Dalam Roma 14:4, Paulus menegaskan bahwa kita tidak berhak menghakimi, karena setiap orang adalah hamba Kristus, bukan hamba kita.
5. Semua Dilakukan untuk Tuhan
a. Kristus di Pusat Semua Praktik
Roma 14:6–9 memperlihatkan motivasi utama setiap tindakan orang percaya: semua dilakukan untuk Tuhan.
“Baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan.” (Roma 14:8)
Tim Keller menyebut ini sebagai "motivasi vertikal" — bahwa semua keputusan praktis kita, bahkan yang tampaknya kecil, harus dilihat dari hubungan kita dengan Kristus.
6. Penerapan Teologis: Prinsip Reformasi dalam Perbedaan Praktik
a. Ecclesia Reformata semper Reformanda
Dalam semangat “Gereja yang terus diperbarui,” teologi Reformed tidak menuntut keseragaman mutlak dalam segala hal, melainkan:
-
Kesatuan dalam pokok-pokok iman
-
Kebebasan dalam hal-hal sekunder
-
Kasih dalam semua hal
b. Prinsip Tiga: Liberty, Charity, Unity
Francis Schaeffer dalam pelayanannya sering menyebut bahwa dunia akan melihat Yesus jika umat-Nya saling mengasihi, bukan jika mereka bersikeras soal siapa yang paling benar dalam hal sekunder.
7. Relevansi Masa Kini: Bagaimana Menghadapi Perbedaan Praktik Ibadah?
a. Contoh Kontemporer:
-
Musik ibadah: tradisional vs kontemporer
-
Puasa: perlu atau tidak
-
Gaya berpakaian ke gereja
-
Pandangan terhadap minum anggur
-
Hari Sabat: Minggu atau hari lain?
b. Prinsip Roma 14 bagi Gereja Masa Kini:
-
Jangan menghina mereka yang lebih berhati-hati
-
Jangan menghakimi mereka yang lebih bebas
-
Tanyakan: apakah ini dilakukan untuk Tuhan?
-
Bangun satu sama lain dalam kasih
8. Pandangan Pakar Teologi Reformed
a. John Calvin
Dalam komentarnya atas Roma 14, Calvin menekankan bahwa:
“Kebebasan bukan untuk merusak, tetapi untuk mendirikan.”
Ia menasihatkan agar orang kuat menahan diri dalam kasih, demi menjaga kesatuan tubuh Kristus.
b. R.C. Sproul
Sproul dalam The Gospel of God menekankan bahwa Roma 14 adalah panggilan untuk kepekaan rohani dan kasih pastoral. Ia menegur kecenderungan gereja masa kini yang membesar-besarkan isu sekunder.
c. Sinclair Ferguson
Ferguson menyatakan bahwa prinsip utama Roma 14 adalah bahwa Kristus harus menjadi pusat semua keputusan etika kita. Bahkan hal-hal yang “netral” secara moral menjadi signifikan ketika kita memutuskan apakah itu memuliakan Tuhan.
d. Tim Keller
Keller mengajak gereja untuk tidak jatuh ke dalam legalisme maupun lisensiusme. Roma 14 adalah undangan untuk hidup dalam ketegangan itu dengan kebijaksanaan, kasih, dan kepekaan nurani.
9. Kesimpulan dan Aplikasi Pribadi
a. Hidup bagi Tuhan
Roma 14:2–9 adalah seruan keras agar setiap orang percaya mengevaluasi hidupnya: Apakah aku hidup untuk Tuhan?
"Tidak ada seorang pun dari kita yang hidup untuk dirinya sendiri..."
Kita dipanggil untuk hidup dan mati untuk Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri sendiri atau memenangkan debat teologis.
b. Prinsip Hidup Bersama:
-
Hormati perbedaan dalam hal yang tidak prinsipil
-
Hindari menghakimi, karena Kristus adalah satu-satunya Hakim
-
Lakukan segalanya dengan motivasi untuk Tuhan
-
Kasih harus menjadi dasar kebebasan
Penutup: Identitas Kita dalam Kristus
Paulus menutup bagian ini dengan menyatakan bahwa Kristus telah mati dan hidup kembali supaya Ia menjadi Tuhan atas semua. Inilah dasar dari semua kehidupan Kristen. Kita tidak lagi milik diri sendiri, melainkan milik Kristus.
Dengan demikian, Roma 14:2–9 bukan sekadar ajaran etika sosial, melainkan ekspresi dari teologi salib dan kebangkitan. Kita hidup bukan untuk perbedaan, tetapi untuk Kristus yang telah mengasihi dan menebus kita.
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.” – Roma 14:8