Iman dalam Nama Yesus: Kisah Para Rasul 3:16

Pendahuluan
Kisah Para Rasul 3:16 merupakan bagian dari khotbah Petrus setelah mujizat penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah. Ayat ini menjadi kunci untuk memahami bagaimana kuasa ilahi dinyatakan melalui iman di dalam Yesus Kristus. Dalam pandangan teologi Reformed, ayat ini membuka diskusi penting mengenai hubungan antara iman, kuasa Kristus, dan karya keselamatan. Artikel ini menyajikan eksposisi menyeluruh terhadap ayat tersebut dan dampaknya bagi gereja masa kini.
Teks Kisah Para Rasul 3:16 (TB)
"Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua."
Konteks Historis
Kisah Para Rasul pasal 3 mencatat peristiwa penting setelah Pentakosta. Petrus dan Yohanes sedang menuju Bait Allah ketika mereka bertemu dengan seorang pengemis lumpuh sejak lahir. Alih-alih memberi uang, Petrus menyatakan: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi Nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kis. 3:6)
Setelah mujizat ini terjadi, banyak orang terkagum. Namun Petrus dengan segera menegaskan bahwa bukan oleh kekuatan atau kesalehannya sendiri ia menyembuhkan, melainkan semata-mata oleh iman dalam Nama Yesus.
Eksposisi Frasa demi Frasa
1. “Karena kepercayaan dalam Nama Yesus”
John Calvin menegaskan bahwa nama Yesus bukan sekadar sebutan, tetapi perwujudan pribadi dan otoritas Kristus. Dalam kerangka Reformed, iman bukanlah kekuatan sugestif, tetapi alat anugerah (instrumentum salutis) yang menyambungkan kita pada pribadi Yesus.
Menurut R.C. Sproul, iman bukanlah sesuatu yang memiliki kekuatan pada dirinya sendiri, melainkan memperoleh kekuatan dari objeknya—yaitu Kristus. Sproul menekankan bahwa iman bukan “percaya bahwa sesuatu akan terjadi,” tetapi percaya kepada pribadi yang berkuasa untuk bertindak.
Herman Bavinck menyebut bahwa iman adalah kepercayaan penuh pada Allah dan penyerahan diri total yang aktif, bukan pasif. Maka, dalam Kisah 3:16, iman dalam nama Yesus adalah tindakan menyandarkan diri kepada otoritas Mesias yang hidup.
2. “Maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kenal ini”
Nama dalam tradisi Ibrani mewakili identitas dan kuasa. "Nama Yesus" di sini bukan sekadar mantra, melainkan representasi dari pribadi Kristus yang bangkit. Seperti dijelaskan John Stott, mujizat ini adalah "tanda nyata bahwa Yesus yang disalibkan kini hidup dan bertindak melalui murid-murid-Nya."
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa tidak ada kuasa dalam manusia untuk melakukan penyembuhan sejati, tetapi kuasa itu datang dari Kristus yang hidup. Mujizat ini menjadi bukti bahwa Yesus bukan hanya tokoh sejarah, melainkan Pribadi aktif yang bekerja dalam gereja-Nya.
Dalam teologi Reformed, mujizat ini bukan hanya tentang kesembuhan fisik, tetapi tentang konfirmasi Injil. Mujizat menegaskan bahwa berita keselamatan adalah nyata.
3. “Kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini”
Sinclair Ferguson menjelaskan bahwa iman bukan hanya permulaan kehidupan Kristen, tetapi sarana yang terus-menerus menyambungkan kita kepada kuasa Kristus. Kesembuhan ini tidak bersumber dari kekuatan iman si lumpuh, tetapi dari iman yang diberikan dan diarahkan kepada Kristus.
Dalam kerangka Sola Fide (hanya oleh iman), ayat ini menunjukkan bahwa bukan ritual keagamaan, melainkan iman yang mengaktifkan kuasa Allah di dalam kehidupan umat-Nya. Iman dalam Kisah 3:16 bukan iman umum, tetapi iman yang terfokus kepada Kristus dan lahir dari karya Roh Kudus.
Implikasi Teologi Reformed dari Kisah Para Rasul 3:16
1. Kristosentrisme dalam Penginjilan
Eksposisi Reformed selalu menekankan Kristus sebagai pusat iman dan pelayanan. Petrus tidak mempromosikan dirinya atau gereja, melainkan langsung mengarahkan semua kemuliaan kepada Kristus. Ini adalah teladan penting bagi gereja masa kini yang rentan terhadap pengkultusan tokoh atau pengalaman.
Menurut Calvin, “Tidak ada nama lain di bawah kolong langit yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan, selain nama Yesus.” Maka pelayanan dan penginjilan harus sepenuhnya menunjuk kepada Dia.
2. Iman Sebagai Karunia dan Sarana
Teologi Reformed mengajarkan bahwa iman bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah (Efesus 2:8-9). Kisah Para Rasul 3:16 menunjukkan bahwa iman bekerja secara efektif ketika diarahkan kepada Kristus, bukan kepada hasil atau mujizat.
R.C. Sproul mengingatkan: “Kualitas iman bukanlah fokus utama, tetapi objek dari iman. Bahkan iman sekecil biji sesawi, bila ditempatkan pada Kristus, menghasilkan buah kekal.”
3. Karya Kristus yang Terus Berlanjut
Mujizat ini adalah bukti bahwa Kristus yang telah naik ke sorga masih bekerja melalui gereja-Nya. Calvin menyebut bahwa Roh Kudus melanjutkan pekerjaan Kristus di dunia melalui gereja, bukan untuk menarik perhatian, tetapi untuk membangun iman dan menyatakan kemuliaan Allah.
Ini menjadi penghiburan bagi gereja: Kristus tidak berhenti berkarya setelah kenaikan-Nya. Ia masih menyembuhkan, menguatkan, dan menyelamatkan umat-Nya melalui iman.
Penerapan Pastoral
1. Menghindari Teologi Sensasional
Dalam konteks modern, banyak yang mencari mujizat sebagai bukti iman. Namun Kisah 3:16 justru menunjukkan bahwa mujizat mengikuti iman yang tertuju pada Kristus, bukan sebaliknya. Gereja perlu berhati-hati agar tidak menjadikan pengalaman supranatural sebagai pusat pewartaan.
2. Menumbuhkan Pengertian Iman Sejati
Iman bukan hanya “percaya Allah bisa,” tetapi “percaya kepada siapa Allah itu.” Pengajaran tentang iman harus diarahkan kepada pribadi dan karya Kristus, bukan pada hasil atau pengalaman subjektif.
3. Penginjilan yang Memuliakan Kristus
Kisah ini menjadi pola untuk memberitakan Injil yang menekankan bahwa keselamatan dan kuasa hanya ada dalam nama Yesus. Ini bukan tentang daya tarik gereja atau kharisma pengkhotbah, tetapi tentang mengarahkan orang kepada Pribadi yang hidup.
Kesaksian Sepanjang Sejarah Gereja
Banyak tokoh Reformed hidup dan melayani dengan prinsip Kisah Para Rasul 3:16:
-
George Whitefield berkata: “Biarlah saya mati, asal nama Yesus hidup dalam hati umat manusia.”
-
Jonathan Edwards melihat kebangunan rohani sebagai karya Roh Kudus yang mengarahkan semua kepada kemuliaan Kristus, bukan pada mujizat atau fenomena.
-
Martyn Lloyd-Jones menolak kebangunan buatan; ia mengajar bahwa iman yang sejati menghasilkan buah yang nyata karena tertanam dalam karya salib Kristus.
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 3:16 adalah deklarasi kuat bahwa keselamatan, kesembuhan, dan kekuatan hanya ada dalam nama Yesus, dan iman adalah sarana Allah untuk menyalurkan kuasa itu. Bagi gereja masa kini, ini adalah panggilan untuk hidup dalam iman yang aktif, Kristosentris, dan berakar pada Injil yang sejati.
Teologi Reformed menekankan bahwa iman bukan alat magis atau motivasi batiniah, tetapi respon dari anugerah yang membawa kita kepada Yesus. Maka, pelayanan kita harus terpusat pada-Nya, dan bukan pada hasil duniawi.
Kiranya gereja masa kini kembali kepada dasar yang teguh ini: Iman dalam nama Yesus yang membebaskan, menyembuhkan, dan menyelamatkan.