Kesaksian Iman Para Scots Worthies: Ibrani 12:1–2
Pendahuluan
Sejarah gereja dipenuhi dengan saksi iman yang mempertaruhkan hidupnya demi Injil Kristus. Salah satu kumpulan kesaksian yang terkenal adalah The Scots Worthies, karya John Howie, yang merekam kehidupan para tokoh Reformed di Skotlandia, khususnya para Covenanters yang setia mempertahankan kemurnian ibadah dan supremasi Kristus atas gereja di tengah tekanan politik dan penganiayaan.
Untuk memahami arti penting The Scots Worthies, kita dapat menempatkannya dalam terang Ibrani 12:1–2:
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
Ayat ini memberikan kerangka teologis bagi kesaksian para tokoh Skotlandia yang hidup, menderita, dan mati demi Kristus.
I. Konteks Historis The Scots Worthies
1. Reformasi Skotlandia
Reformasi Skotlandia pada abad ke-16 dipengaruhi oleh teologi Calvin di Jenewa. Tokoh penting seperti John Knox menegakkan prinsip bahwa Kristus adalah satu-satunya Kepala Gereja. Hal ini berimplikasi bahwa raja atau negara tidak boleh mencampuri tatanan ibadah atau pemerintahan gereja.
2. Masa Covenanters
Pada abad ke-17, Skotlandia memasuki masa sulit ketika raja Inggris berusaha memaksakan Episkopalisme (sistem gereja dengan uskup) dan liturgi yang mirip dengan Katolik Roma. Para Covenanters menolak campur tangan ini dengan menandatangani National Covenant (1638) dan Solemn League and Covenant (1643), yang menegaskan komitmen kepada doktrin Reformed dan kebebasan gereja di bawah Kristus.
3. Penulisan The Scots Worthies
John Howie (1725–1793) menulis The Scots Worthies sebagai catatan biografis tentang orang-orang yang setia, termasuk John Knox, Andrew Melville, Samuel Rutherford, Richard Cameron, Donald Cargill, dan banyak lainnya. Karya ini tidak hanya menjadi sejarah, tetapi juga pengingat rohani tentang ketekunan iman.
II. Eksposisi Ibrani 12:1–2
1. "Kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita"
Penulis Ibrani merujuk pada tokoh-tokoh iman dalam pasal 11, seperti Abraham, Musa, dan Daud. Mereka adalah teladan bagi umat Allah. Dalam tradisi Reformed, para martir dan saksi iman sepanjang sejarah dipandang sebagai “awan saksi” tambahan yang menguatkan gereja di segala zaman.
John Owen, teolog Puritan yang berpengaruh bagi Skotlandia, menafsirkan ayat ini sebagai dorongan agar orang percaya melihat keberanian para saksi iman bukan sebagai sesuatu yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari tubuh Kristus yang satu.
2. "Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita"
Para Scots Worthies menanggalkan “beban kompromi.” Mereka rela kehilangan jabatan, harta, bahkan nyawa demi kesetiaan pada Kristus. Misalnya, Richard Cameron memilih mati di medan pertempuran ketimbang tunduk pada kompromi liturgi yang dipaksakan pemerintah.
3. "Berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita"
Kehidupan Kristen adalah perlombaan yang menuntut ketekunan. Samuel Rutherford menulis dalam surat-suratnya bahwa penderitaan adalah bagian dari “sekolah Kristus” yang memurnikan iman. Bagi tradisi Reformed, ketekunan bukan sekadar hasil usaha manusia, melainkan buah dari karya anugerah Allah yang memelihara umat pilihan sampai akhir.
4. "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus"
Fokus utama bukanlah para saksi itu sendiri, tetapi Kristus. Para Scots Worthies tidak dipuji karena kekuatan manusiawinya, melainkan karena iman mereka yang tertuju kepada Kristus sebagai Raja Gereja.
Calvin menekankan bahwa iman sejati selalu berakar pada Kristus, bukan pada keberanian atau keteguhan manusia. Inilah yang membedakan teladan Reformed dari sekadar heroisme sejarah.
III. Pandangan Teolog Reformed tentang Kesaksian Iman
1. John Calvin
Calvin menegaskan prinsip soli Deo gloria: semua kesetiaan orang percaya bermuara pada kemuliaan Allah. Dalam Institutes IV.20, ia menegaskan bahwa Kristus adalah Kepala Gereja yang tunggal, sehingga tidak ada otoritas manusia yang boleh melampaui-Nya. Prinsip ini menjadi dasar perjuangan Covenanters.
2. Herman Bavinck
Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyebut bahwa sejarah gereja adalah bukti providensi Allah yang memelihara umat-Nya. Para martir Skotlandia adalah bagian dari “saksi iman” yang Allah pelihara untuk meneguhkan generasi berikutnya.
3. John Murray
Murray menekankan doktrin perseverance of the saints (ketekunan orang kudus). Kesetiaan Scots Worthies hingga mati adalah bukti bahwa mereka dipelihara oleh anugerah Allah, bukan sekadar oleh kekuatan manusia.
4. Sinclair Ferguson
Teolog Reformed Skotlandia kontemporer, Sinclair Ferguson, menegaskan bahwa teladan Scots Worthies harus mendorong gereja modern untuk kembali kepada kesetiaan doktrinal dan penekanan pada supremasi Kristus atas gereja, bukan menyesuaikan diri dengan arus budaya.
IV. Implikasi Doktrinal
-
Kristus sebagai Kepala Gereja
Kesetiaan Scots Worthies menegaskan doktrin bahwa hanya Kristus yang berhak memerintah gereja. Tidak ada raja, uskup, atau negara yang boleh mengambil tempat Kristus. -
Providensi dan Pemeliharaan Allah
Karya Allah nyata dalam memelihara umat-Nya melalui penderitaan. Bahkan kematian para martir menjadi sarana Allah untuk meneguhkan iman generasi berikutnya. -
Ketekunan Orang Kudus
Ketekunan Scots Worthies adalah buah dari anugerah Allah. Mereka tetap setia karena Allah yang setia. -
Kesaksian Sebagai Bagian dari Misi Gereja
Kesaksian iman tidak hanya memberi inspirasi, tetapi juga menjadi bagian dari penginjilan. Darah para martir berbicara lebih lantang daripada khotbah yang dibungkam.
V. Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
-
Kesetiaan di Tengah Tekanan Budaya
Seperti para Covenanters yang menolak kompromi, gereja modern dipanggil untuk menolak tunduk pada relativisme moral atau tekanan sekulerisme. -
Panggilan untuk Mengingat Awan Saksi
Membaca kisah Scots Worthies memberi kesadaran bahwa iman kita bukanlah perjalanan individual, melainkan bagian dari garis panjang sejarah gereja. -
Mata Tertuju pada Kristus
Teladan iman harus mengarahkan kita pada Kristus, bukan pada pemuliaan manusia. -
Panggilan untuk Misi dan Martirdom
Kesaksian Scots Worthies mengingatkan bahwa Injil layak untuk diperjuangkan dengan nyawa. Gereja masa kini perlu menghidupi kembali semangat misi yang berani.
Kesimpulan
The Scots Worthies adalah kesaksian sejarah tentang orang-orang biasa yang dipakai Allah untuk mempertahankan iman Reformed di Skotlandia. Dalam terang Ibrani 12:1–2, mereka adalah bagian dari “awan saksi” yang mengelilingi gereja sepanjang zaman.
Dalam perspektif Reformed, kesaksian mereka menegaskan:
-
Kristus adalah satu-satunya Kepala Gereja.
-
Allah berdaulat memelihara umat-Nya melalui penganiayaan.
-
Ketekunan iman adalah bukti anugerah pemeliharaan Allah.
-
Gereja dipanggil untuk terus setia dengan mata tertuju pada Kristus.
Dengan demikian, The Scots Worthies bukan sekadar catatan sejarah, melainkan warisan iman yang mengingatkan kita untuk berlari dengan tekun dalam perlombaan iman, sampai akhirnya kita bersama mereka bersatu di dalam Kristus yang duduk di takhta kemuliaan.