Markus 1:23–28 Kuasa Kristus atas Kuasa Kegelapan

Pendahuluan
Setiap kali kita membaca Injil Markus, kita akan menemukan betapa penulis Injil ini menekankan otoritas dan kuasa Yesus Kristus. Markus 1 mencatat pelayanan awal Yesus, yang dimulai dengan pengajaran di sinagoga Kapernaum. Pengajaran itu segera diikuti oleh peristiwa dramatis: pengusiran roh jahat dari seorang yang kerasukan.
Markus 1:23–28 mencatat peristiwa itu:
“Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: ‘Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’ Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: ‘Diam! Keluarlah dari padanya!’ Roh jahat itu mengoyak-ngoyakkan orang itu dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: ‘Apa ini? Suatu ajaran baru! Ia berkata-kata dengan kuasa, roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.’ Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.”
Perikop ini memperlihatkan perjumpaan langsung antara kuasa terang dan kuasa gelap. Yesus hadir dengan otoritas surgawi, dan kehadiran-Nya langsung mengusik kerajaan kegelapan. Roh jahat berteriak ketakutan, namun dengan satu kata, Yesus mengusirnya.
Hari ini kita akan mengupas bagian ini dalam beberapa bagian besar:
-
Latar belakang: sinagoga sebagai tempat ibadah
-
Manifestasi kuasa kegelapan dalam kehidupan manusia
-
Pengakuan roh jahat akan Yesus sebagai Yang Kudus dari Allah
-
Kuasa firman Yesus dalam menghardik roh jahat
-
Respons orang banyak: kekaguman pada otoritas Kristus
-
Aplikasi bagi kehidupan orang percaya masa kini
Dengan menolong diri pada tafsiran para teolog Reformed seperti John Calvin, R. C. Sproul, Herman Ridderbos, hingga Sinclair Ferguson, kita akan melihat bagaimana teks ini mengajarkan bahwa Kristus berkuasa penuh atas kegelapan dan kita dipanggil untuk hidup dalam kemenangan-Nya.
Eksposisi Ayat
1. Latar Belakang: Sinagoga sebagai Tempat Ibadah (Markus 1:23)
Kita membaca bahwa peristiwa ini terjadi di sinagoga. Sinagoga pada zaman Yesus adalah pusat kehidupan rohani, sosial, bahkan politik bagi orang Yahudi. Di sinagoga, orang membaca Taurat, mendengar pengajaran, dan berdoa.
Yang mengejutkan adalah, di tempat ibadah itu terdapat seorang yang kerasukan roh jahat. Hal ini mengingatkan kita bahwa kuasa kegelapan bisa menyusup bahkan di tengah pertemuan keagamaan. Hadirnya roh jahat di sinagoga menyingkapkan bahwa agama formal tanpa kuasa Kristus tidak mampu mengusir kegelapan.
R. C. Sproul menekankan bahwa ini adalah bukti nyata bahwa ritual keagamaan tanpa Injil Kristus tidak bisa membebaskan manusia. Roh jahat tidak gentar dengan tradisi atau liturgi, tetapi ia gemetar ketika berhadapan dengan Kristus yang berkuasa.
2. Manifestasi Kuasa Kegelapan (Markus 1:23–24a)
Roh jahat itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami?”
Kata “apa urusan-Mu dengan kami” (ti hēmin kai soi) adalah ungkapan Ibrani yang berarti penolakan keras: “Jangan campuri urusan kami!” Roh jahat menyadari bahwa kehadiran Yesus mengancam eksistensinya.
Herman Ridderbos dalam The Coming of the Kingdom menekankan bahwa kedatangan Yesus adalah serangan langsung terhadap kuasa kegelapan. Kerajaan Allah masuk ke dunia, dan kerajaan setan goyah.
Kuasa kegelapan bukan hanya mitos, melainkan realitas yang menindas manusia. Dalam kasus ini, roh jahat merasuki seorang manusia, menguasai pikirannya, dan membuatnya terikat. Ini menunjukkan bahwa tanpa Kristus, manusia tidak berdaya melawan kuasa dosa dan setan.
3. Pengakuan Roh Jahat atas Identitas Yesus (Markus 1:24b)
Roh jahat itu berkata: “Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.”
Ironisnya, roh jahat mengenali identitas Yesus lebih jelas daripada banyak orang Yahudi. Mereka menyebut Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah,” suatu gelar mesianis yang menunjukkan kesucian dan pemilihan khusus dari Allah.
John Calvin menafsirkan bahwa pengakuan roh jahat ini bukanlah tanda iman, melainkan pengakuan terpaksa. Calvin berkata:
“Setan mengakui Kristus bukan untuk menghormati-Nya, melainkan karena ia dipaksa oleh kuasa ilahi. Pengakuan itu hanya keluar dari rasa takut, bukan dari ketaatan.”
Ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan teologis tidak sama dengan iman sejati. Roh jahat tahu siapa Yesus, tetapi mereka tetap memberontak.
4. Kuasa Firman Yesus dalam Menghardik Roh Jahat (Markus 1:25–26)
Yesus menghardik: “Diam! Keluarlah daripadanya!”
Yesus tidak memakai ritual panjang, tidak membutuhkan mantra, tidak mengandalkan alat. Ia hanya mengucapkan firman, dan roh jahat taat.
Sinclair Ferguson menekankan bahwa inilah otoritas ilahi Yesus. Firman-Nya efektif, berkuasa, dan langsung membawa hasil. Sama seperti firman Allah menciptakan dunia (Kejadian 1), demikian pula firman Kristus mengusir kuasa setan.
Roh jahat itu keluar sambil menjerit dan mengoyak orang itu. Ini menunjukkan bahwa setan berusaha melawan, tetapi akhirnya ia tidak berdaya. Kuasa Kristus tidak bisa dilawan.
5. Respons Orang Banyak: Kekaguman pada Otoritas Kristus (Markus 1:27–28)
Orang banyak takjub: “Apa ini? Suatu ajaran baru! Ia berkata-kata dengan kuasa, roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.”
Yang membuat mereka kagum bukan hanya bahwa Yesus mengajar, tetapi bahwa pengajaran-Nya diiringi kuasa nyata. Ajaran Yesus bukan teori kosong; firman-Nya berotoritas atas roh jahat.
John Stott menekankan bahwa inilah perbedaan antara guru agama biasa dengan Kristus. Ajaran Yesus tidak hanya informatif, tetapi juga performatif—ia menghasilkan kuasa perubahan nyata.
Kabar tentang Yesus pun segera tersebar ke seluruh Galilea. Kuasa Kristus yang nyata membuat nama-Nya dikenal.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
Setelah meneliti teks ini, mari kita lihat bagaimana hal ini berbicara kepada kita:
1. Yesus Berkuasa atas Kegelapan
Kita hidup di dunia yang masih dikuasai dosa dan roh jahat. Namun, orang percaya tidak perlu takut, sebab Yesus yang sama berkuasa penuh atas kegelapan.
2. Agama Formal Tidak Menyelamatkan
Roh jahat bisa hadir di sinagoga. Demikian pula, orang bisa hadir di gereja tanpa sungguh mengenal Kristus. Yang menyelamatkan bukan ritual, tetapi kuasa Kristus yang mengubah hati.
3. Pengetahuan Teologis Tidak Sama dengan Iman
Roh jahat tahu siapa Yesus, tetapi tetap menolak-Nya. Demikian pula, kita bisa tahu banyak tentang Alkitab, tetapi tanpa iman yang menyelamatkan, pengetahuan itu sia-sia.
4. Firman Kristus Adalah Kuasa
Yesus mengusir setan hanya dengan firman. Hingga kini, firman itu masih berkuasa mengusir kegelapan dalam hidup kita—dosa, ketakutan, kecanduan, dan ikatan lain.
5. Gereja Dipanggil untuk Memberitakan Kristus yang Berkuasa
Seperti kabar Yesus tersebar di Galilea, gereja pun dipanggil untuk memberitakan Kristus yang hidup dan berkuasa, bukan sekadar menyampaikan teori, tetapi menghadirkan Injil yang mengubahkan.
Penutup
Saudara-saudara, Markus 1:23–28 memperlihatkan perjumpaan langsung antara Yesus dan kuasa kegelapan. Dengan satu firman, Ia membungkam roh jahat dan melepaskan seorang manusia dari belenggu.
Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, yang datang untuk menghancurkan pekerjaan setan (1 Yohanes 3:8). Kuasa-Nya nyata, firman-Nya efektif, dan otoritas-Nya tak terbantahkan.
Hari ini, pertanyaan bagi kita adalah: Apakah kita sungguh-sungguh hidup dalam otoritas Kristus? Apakah kita percaya bahwa Ia berkuasa melepaskan kita dari dosa dan kegelapan? Dan apakah kita berani memberitakan Injil yang berkuasa ini kepada dunia yang masih terbelenggu?
Kiranya kita semua berkata seperti orang banyak di Kapernaum:
“Apa ini? Suatu ajaran baru dengan kuasa!”