Kemuliaan Penebus
.jpg)
Pendahuluan
“Kemuliaan Penebus” adalah salah satu tema tertinggi dalam seluruh wahyu Alkitab. Semua rencana Allah yang kekal, semua nubuat para nabi, semua korban dalam Perjanjian Lama, dan seluruh pekerjaan penebusan dalam Perjanjian Baru berpuncak pada Yesus Kristus, Sang Penebus yang mulia.
Dalam Yohanes 17:1 Yesus berdoa:
“Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.”
Permohonan Yesus ini bukanlah egoisme rohani, melainkan doa seorang Hamba yang setia, yang ingin agar kemuliaan Allah dinyatakan melalui pekerjaan penebusan yang akan Ia genapi di salib. Kemuliaan Kristus adalah kemuliaan Allah sendiri yang dinyatakan dalam daging.
Khotbah ini akan menuntun kita untuk merenungkan tiga hal besar:
-
Sumber kemuliaan Penebus, yaitu kemuliaan-Nya sebagai Allah yang kekal.
-
Puncak kemuliaan Penebus, yaitu dalam penderitaan dan penebusan di salib.
-
Hasil kemuliaan Penebus, yaitu penebusan umat pilihan dan penyatuan semua ciptaan dalam Dia.
Kita akan melihat hal ini melalui terang Kitab Suci dan pendapat para teolog besar Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Charles Hodge.
I. Sumber Kemuliaan Penebus: Keilahian Kristus yang Kekal
Kemuliaan Kristus tidak dimulai di Betlehem, tetapi telah ada sebelum dunia dijadikan. Ia adalah Firman yang kekal, yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah (Yohanes 1:1).
Dalam Yohanes 17:5, Yesus berkata:
“Dan sekarang, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”
1. Kemuliaan Allah Anak yang kekal
Menurut Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics, kemuliaan Kristus sebagai Allah Anak adalah “pernyataan dari kesempurnaan ilahi yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus.”
Bavinck menulis:
“Sebelum inkarnasi, Anak telah hidup dalam kemuliaan yang tidak terlukiskan—kemuliaan yang tidak diciptakan, kemuliaan yang adalah esensi keilahian-Nya sendiri.”
Kemuliaan ini bersifat ontologis, yaitu kemuliaan yang melekat dalam keberadaan-Nya sebagai Allah yang sejati. Namun, dalam rencana penebusan, Anak rela meninggalkan kemuliaan itu untuk sementara waktu, bukan dengan berhenti menjadi Allah, tetapi dengan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:7).
2. Inkarnasi: kemuliaan yang tersembunyi
Ketika Firman menjadi manusia (Yohanes 1:14), kemuliaan ilahi itu tidak hilang, melainkan diselubungi dalam kemanusiaan yang rendah. Yohanes berkata:
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
John Calvin menjelaskan bahwa inkarnasi adalah “penyingkapan kemuliaan Allah dalam bentuk yang dapat dilihat oleh manusia berdosa.” Ia menulis dalam komentarnya:
“Kemuliaan Kristus tidak berkurang dalam daging, tetapi justru menjadi sarana agar manusia dapat memandang kemuliaan yang sebelumnya tersembunyi di surga.”
Kemuliaan Kristus yang sejati bersinar melalui kerendahan-Nya: kelahiran di palungan, kehidupan dalam ketaatan, dan pelayanan dalam kasih yang penuh belas kasihan. Di sinilah paradoks ilahi itu tampak—kemuliaan sejati tidak bersinar melalui keagungan duniawi, melainkan melalui kerendahan hati dan pengorbanan.
II. Puncak Kemuliaan Penebus: Salib Kristus
Dunia menganggap salib sebagai lambang kehinaan, tetapi bagi Allah, salib adalah takhta kemuliaan Anak-Nya.
Dalam Yohanes 12:23 Yesus berkata:
“Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.”
Apa yang dimaksud Yesus? Saat kemuliaan itu adalah saat Ia akan disalibkan. Dunia melihat penderitaan, tetapi Allah melihat kemuliaan penebusan.
Jonathan Edwards, dalam karya klasiknya The Excellency of Christ, menulis dengan penuh kekaguman:
“Di salib, kita melihat keindahan yang tak tertandingi: kelembutan domba dan kekuatan singa, keadilan dan kasih, kebesaran dan kerendahan hati bersatu sempurna dalam pribadi Kristus.”
1. Kemuliaan dalam penderitaan
Kemuliaan Kristus di salib bukan hanya karena pengorbanan fisik, tetapi karena ketaatan-Nya yang sempurna kepada kehendak Bapa.
Filipi 2:8 berkata:
“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Ketaatan ini adalah inti kemuliaan moral Kristus. Ia tidak hanya menjalankan kehendak Bapa, tetapi menyukainya (Mazmur 40:9). Dalam penderitaan yang paling dalam, Ia memuliakan Allah dengan kasih yang sempurna.
John Owen menjelaskan bahwa salib adalah tempat di mana “kemuliaan Allah dan keselamatan manusia bertemu dalam satu titik pertemuan yang kekal.” Di salib, Allah menunjukkan kasih, keadilan, hikmat, dan kekuasaan-Nya sekaligus.
2. Kemuliaan dalam penebusan
Kemuliaan Kristus juga tampak dalam keberhasilan penebusan-Nya. Ia bukan hanya menawarkan keselamatan, tetapi menyelesaikan penebusan secara efektif bagi umat pilihan-Nya (Yohanes 19:30).
Louis Berkhof menulis:
“Kemuliaan Kristus sebagai Penebus adalah bahwa Ia tidak gagal dalam tujuan penebusan. Karya-Nya bukan kemungkinan keselamatan, melainkan jaminan keselamatan bagi mereka yang telah dikaruniakan Bapa kepada-Nya.”
Di salib, kasih Allah dinyatakan dengan sempurna, dan di situlah manusia berdosa dapat memandang kemuliaan ilahi dengan penuh kekaguman dan rasa syukur.
III. Hasil Kemuliaan Penebus: Penebusan dan Pengagungan
Setelah penderitaan, datanglah kemuliaan yang lebih besar. Filipi 2:9–11 berkata:
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama...”
Yesus yang merendahkan diri kini duduk di takhta kemuliaan, di sebelah kanan Bapa. Inilah bukti bahwa karya penebusan telah diterima dan disempurnakan.
1. Kemuliaan dalam kebangkitan dan kenaikan
Kebangkitan Kristus adalah pembenaran ilahi terhadap diri-Nya—Allah menunjukkan bahwa pengorbanan Kristus telah diterima. Dalam kebangkitan itu, kemuliaan Allah bersinar penuh (Roma 6:4).
Charles Hodge menulis dalam Systematic Theology:
“Kebangkitan Kristus adalah puncak dari kemuliaan-Nya sebagai Penebus, karena di dalamnya seluruh pekerjaan keselamatan dijamin, dan dosa, maut, serta Iblis ditaklukkan.”
Kenaikan-Nya ke surga bukanlah kepergian yang menjauh, tetapi pengangkatan menuju kemuliaan yang lebih tinggi, di mana Ia menjadi Pengantara yang hidup bagi umat-Nya (Ibrani 7:25).
2. Kemuliaan dalam Gereja yang ditebus
Kemuliaan Kristus kini terus dinyatakan dalam tubuh-Nya, yaitu Gereja. Ia adalah Kepala Gereja yang memerintah dengan kasih, memelihara dengan firman, dan menguduskan dengan Roh-Nya.
Herman Bavinck menulis:
“Kemuliaan Kristus bukan hanya milik-Nya secara pribadi, tetapi dibagikan kepada Gereja sebagai mempelai-Nya. Dalam kesatuan dengan Kristus, umat percaya turut serta dalam kemuliaan-Nya.”
Ketika orang berdosa bertobat, ketika kasih Kristus dinyatakan dalam pelayanan Gereja, ketika Injil diberitakan, kemuliaan Penebus terus bersinar di dunia yang gelap ini.
3. Kemuliaan dalam kedatangan-Nya kembali
Namun kemuliaan Kristus belum mencapai puncaknya sampai Ia datang kembali dalam kemuliaan besar. Pada saat itu, dunia akan melihat Penebus yang dahulu dihina kini dimuliakan di hadapan segala bangsa.
Yesaya 40:5 berkata:
“Maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan, dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama.”
Jonathan Edwards menggambarkan hari itu sebagai “hari di mana seluruh ciptaan akan bergema dengan satu lagu besar: kemuliaan bagi Anak Domba yang telah disembelih.”
IV. Penerapan bagi Orang Percaya
-
Hidup dalam kekaguman akan kemuliaan Kristus
Melihat kemuliaan Kristus adalah inti kehidupan rohani. Yesus berkata dalam Yohanes 17:3:
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
John Owen menulis dalam The Glory of Christ:
“Tidak ada yang lebih menguatkan jiwa yang letih daripada memandang kemuliaan Kristus melalui iman.”
Setiap kali kita merenungkan Injil, kita sedang dipenuhi dengan kekaguman atas kemuliaan-Nya yang menyelamatkan.
-
Hidup dalam keserupaan dengan Kristus yang mulia
Kemuliaan Kristus bukan hanya untuk dikagumi, tetapi juga untuk diteladani. Roma 8:29 mengatakan bahwa Allah telah menetapkan kita untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya.
John Calvin menegaskan:
“Kemuliaan Kristus adalah pola bagi kita; Ia dimuliakan melalui penderitaan dan ketaatan, maka kita pun dipanggil untuk berjalan di jalan yang sama.”
Setiap penderitaan dan pelayanan kita yang setia adalah bagian dari proses Allah memuliakan kita bersama Kristus (Roma 8:17).
-
Hidup dalam pengharapan akan kemuliaan yang akan datang
Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang diarahkan pada kemuliaan kekal.
Kolose 3:4 berkata:
“Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”
Herman Bavinck berkata:
“Akhir dari segala hal adalah kemuliaan Allah yang bersinar dalam umat-Nya. Penebusan bukan hanya penyelamatan individu, tetapi pemulihan seluruh ciptaan ke dalam kemuliaan Allah.”
Karena itu, setiap orang percaya hidup dalam pengharapan mulia, menantikan hari ketika mata kita akan memandang kemuliaan Penebus secara langsung.
V. Tantangan dan Peringatan bagi Gereja
Gereja masa kini sering kali kehilangan fokus terhadap kemuliaan Kristus. Banyak yang lebih memuliakan manusia, program, atau pengalaman rohani daripada Sang Penebus itu sendiri.
Jonathan Edwards memperingatkan dalam khotbahnya God Glorified in Man’s Dependence:
“Segala sesuatu dalam keselamatan manusia dirancang untuk meninggikan Kristus, agar tidak ada yang bermegah selain di dalam Dia.”
Jika gereja tidak memusatkan diri pada Kristus yang mulia, maka ibadah, pelayanan, bahkan teologi akan kehilangan daya rohaninya.
Kemuliaan Kristus harus menjadi poros seluruh kehidupan gereja:
-
Dalam khotbah, Kristus harus ditinggikan, bukan manusia.
-
Dalam pelayanan, kasih-Nya harus dinyatakan.
-
Dalam persekutuan, kemuliaan-Nya harus menjadi tujuan.
Sebagaimana dikatakan John Calvin:
“Seluruh kehidupan kita harus diarahkan untuk kemuliaan Kristus, sebab di dalam kemuliaan-Nya terletak kebahagiaan dan keselamatan kita.”
VI. Kemuliaan Penebus dan Doxologi Kekal
Akhir dari segala sejarah penebusan adalah penyembahan kekal kepada Kristus yang mulia. Dalam Wahyu 5:12–13 kita mendengar paduan suara surgawi:
“Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!”
Semua makhluk di surga dan di bumi memuji Dia, karena Dialah pusat segala kemuliaan Allah yang dinyatakan.
Jonathan Edwards berkata:
“Seluruh sejarah dunia hanyalah panggung di mana kemuliaan Penebus ditampilkan, dan segala ciptaan akan menemukan sukacita kekalnya dalam menikmati kemuliaan itu.”
Kemuliaan Kristus adalah tema kekal yang tidak akan habis kita nyanyikan sepanjang kekekalan. Di sana, iman akan berubah menjadi penglihatan, dan kita akan memandang wajah-Nya yang penuh kemuliaan tanpa tabir.
Penutup
Kemuliaan Penebus adalah inti dari Injil. Dari kekekalan sampai kekekalan, Kristus dimuliakan dalam semua karya Allah.
-
Dalam praeksistensi-Nya, Ia adalah Allah yang mulia.
-
Dalam inkarnasi-Nya, Ia menyatakan kemuliaan melalui kerendahan.
-
Dalam penebusan-Nya, Ia menyingkapkan kasih dan keadilan Allah.
-
Dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya, Ia dinyatakan sebagai Raja yang menang.
-
Dalam kedatangan-Nya kelak, Ia akan dimuliakan di hadapan segala bangsa.
Kiranya setiap kita belajar untuk berkata bersama rasul Paulus:
“Segala sesuatu yang aku anggap keuntungan, kini kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku.” (Filipi 3:8)
Dan kiranya doa kita setiap hari menjadi:
“Bagi Dia, yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, segala puji, hormat, kemuliaan, dan kuasa sampai selama-lamanya.” (Wahyu 5:13)
Amin.