Markus 4:10–13 Rahasia Kerajaan Allah dan Hati yang Menerima Firman

Pendahuluan
Setiap kali Yesus berbicara kepada orang banyak, Ia tidak sekadar memberikan pengajaran moral atau kisah penghiburan. Ia sedang menyatakan rahasia Kerajaan Allah—sebuah kebenaran yang tidak bisa dipahami oleh akal manusia tanpa pencerahan dari Roh Kudus. Markus 4:10–13 adalah bagian yang sangat penting karena Yesus menjelaskan mengapa Ia berbicara dalam perumpamaan dan bagaimana hati manusia menentukan respons terhadap firman Allah.
Banyak orang senang mendengar cerita, tetapi tidak semua mengerti maknanya. Begitu pula dalam pelayanan Yesus, banyak orang mendengar suara-Nya, tetapi hanya sedikit yang sungguh memahami dan diubahkan oleh firman itu. Di sinilah kita belajar bahwa firman Allah bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk diterima dengan hati yang dibukakan oleh kasih karunia.
I. Konteks dan Latar Belakang
Markus 4 dimulai dengan perumpamaan tentang penabur (ayat 1–9), di mana Yesus menggambarkan empat jenis tanah sebagai simbol hati manusia dalam merespons firman Allah. Setelah menceritakan perumpamaan itu di depan orang banyak, Yesus kemudian menarik diri dan hanya bersama murid-murid serta pengikut yang lebih dekat. Mereka ingin tahu, apa arti dari perumpamaan tersebut?
Inilah momen penting dalam pelayanan Yesus: Ia membedakan antara orang banyak yang hanya mendengar secara lahiriah dan murid sejati yang ingin memahami secara rohani. John Calvin menulis, “Kristus tidak menolak untuk mengajar semua orang, tetapi Ia tahu bahwa hanya mereka yang telah diterangi oleh Roh Kudus yang akan benar-benar mengerti kebenaran Injil.”
Dengan demikian, perumpamaan bukan sekadar metode pengajaran yang sederhana, tetapi juga alat penyingkapan dan penyaringan rohani. Bagi yang hatinya lembut, perumpamaan menjadi terang; bagi yang keras, perumpamaan justru menutupi kebenaran.
II. Eksposisi Ayat demi Ayat
Markus 4:10 – Murid-murid bertanya kepada Yesus
“Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya yang ada bersama dengan kedua belas murid itu, bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu.”
Ayat ini menunjukkan kerinduan sejati untuk mengerti. Orang banyak mendengar tetapi tidak bertanya; hanya murid sejati yang mau mencari penjelasan lebih dalam. Di sini kita melihat perbedaan antara pendengar superfisial dan pencari kebenaran sejati.
R.C. Sproul menekankan bahwa iman sejati selalu disertai kerinduan akan pengertian yang lebih dalam tentang Allah. Orang yang telah dilahirkan baru tidak puas hanya dengan mendengar firman; ia ingin mengenal lebih lagi siapa Allah dan apa kehendak-Nya.
Yesus tidak menolak pertanyaan mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak menyembunyikan kebenaran dari orang yang sungguh mau mencari-Nya.
Markus 4:11 – “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah”
“Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan.”
Kata “rahasia” di sini berasal dari bahasa Yunani mystērion, yang berarti kebenaran ilahi yang sebelumnya tersembunyi tetapi kini dinyatakan kepada orang percaya.
Calvin menjelaskan: “Rahasia Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang hanya untuk para elit, melainkan untuk mereka yang Allah beri anugerah untuk melihat.” Dengan kata lain, pemahaman rohani bukan hasil kecerdasan manusia, tetapi pemberian Allah semata.
John Stott menambahkan bahwa “rahasia Kerajaan Allah” bukan misteri yang tak bisa dipecahkan, tetapi kebenaran yang hanya bisa dimengerti jika Roh Kudus membuka hati seseorang.
Yesus menyebut dua kelompok:
-
Kepadamu (murid-murid) – mereka yang telah menerima panggilan dan kasih karunia.
-
Kepada orang luar – mereka yang menolak, tidak peduli, atau datang hanya karena ingin melihat mukjizat.
Ini bukan perbedaan berdasarkan status sosial, tetapi berdasarkan kondisi hati. Mereka yang keras hati tidak akan pernah memahami kebenaran meskipun sering mendengarnya.
Markus 4:12 – “Supaya sekalipun melihat, mereka tidak menanggapi...”
“...supaya sekalipun melihat, mereka tidak menanggapi, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.”
Ayat ini sering disalahpahami seolah-olah Allah sengaja membuat orang tidak bisa bertobat. Namun, menurut tafsiran Reformed, Yesus mengutip Yesaya 6:9–10 untuk menunjukkan konsekuensi dari penolakan terus-menerus terhadap firman Allah.
John Calvin menjelaskan bahwa pengajaran Yesus dalam perumpamaan adalah bentuk penghakiman atas mereka yang sudah menolak kebenaran. Firman yang sama yang menyelamatkan sebagian orang, bisa juga mengeraskan hati orang lain.
R.C. Sproul berkata: “Injil tidak pernah netral—ia selalu membawa efek: menyelamatkan atau mengeraskan.”
Dengan kata lain, perumpamaan tidak dimaksudkan untuk menutup jalan pertobatan, tetapi mengungkapkan siapa yang benar-benar mau mengenal Allah dan siapa yang tidak. Ketika hati seseorang terus menolak firman, maka pengertian rohani akan semakin tertutup.
Ayat 13 – “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini?”
“Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian, bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?”
Yesus menegur murid-murid karena ketidakmengertian mereka terhadap perumpamaan penabur. Perumpamaan ini adalah dasar dari semua perumpamaan lainnya, karena berbicara tentang cara firman bekerja dalam hati manusia.
Martin Lloyd-Jones menulis: “Perumpamaan penabur adalah ujian rohani: siapa yang sungguh menjadi milik Allah akan menunjukkan buah dari firman yang tertanam dalam hatinya.”
Dengan kata lain, jika seseorang tidak memahami kebenaran dasar tentang firman dan hati, maka ia tidak akan memahami kebenaran-kebenaran yang lebih dalam tentang Kerajaan Allah.
III. Pandangan Para Teolog Reformed
-
John Calvin
Calvin menegaskan bahwa pemahaman rohani adalah pemberian anugerah khusus Allah. Ia menulis, “Mereka yang diberi pengertian oleh Allah akan memahami firman, tetapi mereka yang dibiarkan dalam kebutaan rohani akan tetap tidak mengerti, meskipun mendengar dengan telinga mereka setiap hari.”
Ini sejalan dengan doktrin illumination—bahwa Roh Kudus bekerja membuka mata hati orang percaya untuk mengerti firman. -
John Stott
Stott menekankan bahwa perumpamaan berfungsi untuk mengundang orang berpikir lebih dalam. Ia berkata, “Yesus tidak memberikan jawaban yang mudah, karena Ia ingin para pendengar bergumul dan merenungkan kebenaran itu di dalam hati mereka.”
Dengan demikian, perumpamaan bukan sekadar cerita, melainkan panggilan untuk refleksi rohani. -
R.C. Sproul
Sproul menafsirkan bagian ini sebagai contoh nyata dari doktrin anugerah umum dan anugerah khusus. Firman diberitakan kepada semua orang (anugerah umum), tetapi hanya yang dipilih Allah yang sungguh mengerti dan diselamatkan (anugerah khusus).
“Kebenaran Injil tidak ditolak karena tidak masuk akal, tetapi karena hati manusia secara alami membencinya.” -
Martyn Lloyd-Jones
Ia menulis bahwa perumpamaan Yesus adalah alat untuk membedakan antara iman yang sejati dan yang palsu.
“Mereka yang sungguh-sungguh milik Kristus tidak akan berhenti pada mendengar cerita, tetapi akan mencari makna di baliknya. Mereka akan berdoa, ‘Tuhan, bukalah mataku untuk melihat keajaiban dari firman-Mu.’”
IV. Aplikasi Teologis dan Praktis
-
Firman Allah tidak cukup hanya didengar, harus diterima dengan hati.
Banyak orang mendengar firman setiap minggu, tetapi sedikit yang sungguh mengizinkan firman itu mengubah hidup mereka. Perumpamaan ini mengingatkan kita untuk memeriksa kondisi hati kita—apakah seperti tanah yang keras, berbatu, berduri, atau tanah yang subur? -
Pemahaman rohani adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia.
Kita harus bersyukur jika hari ini kita bisa mengerti firman, karena itu berarti Roh Kudus bekerja di dalam kita. Sebagaimana Paulus berkata: “Orang dunia tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah” (1 Korintus 2:14). -
Firman Allah akan selalu menguji hati manusia.
Sama seperti benih yang jatuh di berbagai tanah, firman yang sama menghasilkan respons berbeda. Tugas kita bukan mengubah firman agar lebih “menarik,” tetapi menyiapkan hati agar lebih lembut terhadap kebenaran. -
Hati yang terbuka kepada firman akan menerima rahasia Kerajaan Allah.
Mereka yang sungguh haus akan kebenaran akan diberi pengertian yang lebih dalam oleh Allah. Ketika kita rendah hati di hadapan firman, Allah akan menyingkapkan rahasia-Nya satu demi satu. -
Firman yang ditolak akan mengeraskan hati.
Sama seperti matahari yang sama bisa melunakkan lilin tetapi mengeraskan tanah liat, demikian juga firman yang sama bisa melembutkan hati yang rendah atau mengeraskan hati yang sombong.
V. Penerapan bagi Gereja Masa Kini
Gereja modern sering kali berfokus pada daya tarik lahiriah—musik yang megah, retorika yang kuat, program yang sibuk—tetapi melupakan bahwa inti dari pelayanan gereja adalah firman yang hidup dan hati yang taat.
Markus 4:10–13 menegur gereja untuk kembali ke pusat Injil: menabur firman dan membentuk hati yang siap menerima. Pelayanan tanpa firman hanyalah kegiatan moral; tetapi pelayanan dengan firman yang diresapi Roh Kudus akan menghasilkan buah kekal.
R.C. Sproul berkata, “Tugas gereja bukan membuat Injil lebih dapat diterima, tetapi membuat hati manusia siap untuk menerima Injil.”
Artinya, kita tidak bisa mengubah Injil, tetapi kita harus terus mengabarkannya dengan setia dan berdoa agar Roh Kudus mengubah hati pendengarnya.
VI. Penutup: Hati yang Mengerti Rahasia Kerajaan
Yesus berkata, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah.” Pernyataan ini penuh kasih dan penghiburan. Kita tidak lebih layak dari mereka yang “di luar,” tetapi kita menerima kasih karunia untuk mengenal-Nya.
Kiranya kita tidak menjadi pendengar yang hanya ingin mendengar cerita, tetapi menjadi murid sejati yang ingin mengenal Sang Raja dan hidup dalam kebenaran-Nya.
John Calvin menutup tafsirannya atas Markus 4 dengan doa ini:
“Kiranya Allah menanamkan firman-Nya dalam hati kita, agar kita tidak hanya mendengar tetapi juga mengerti, tidak hanya mengerti tetapi juga melakukan, sampai akhirnya kita berbuah bagi kemuliaan-Nya.”