Kejadian 6:3 - Kesabaran Allah yang Berbatas

Pendahuluan
Kejadian 6:3 merupakan salah satu ayat yang sarat makna teologis, sarat peringatan, sarat ketegasan Allah, namun sekaligus menyatakan kemurahan dan kasih-Nya. Ayat ini muncul dalam konteks sebelum air bah, ketika dunia berada pada puncak kerusakannya, ketika kekerasan, imoralitas, dan pemberontakan memuncak.
Banyak teolog Reformed melihat Kejadian 6:3 sebagai salah satu kunci memahami:
-
Kekudusan Allah,
-
Kesabaran Allah,
-
Kemarahan dan hukuman Allah,
-
Kerapuhan dan dosa manusia,
-
Batasan anugerah penyabaran Allah,
-
Pentingnya pertobatan sebelum terlambat.
Dalam khotbah hari ini, kita akan menggali maknanya berdasarkan tafsiran para pakar teologi Reformed seperti:
-
John Calvin
-
Matthew Henry
-
Herman Bavinck
-
Geerhardus Vos
-
A.W. Pink
-
John Gill
-
John Murray
Kita akan melihat apa maksud Roh Allah berjuang dengan manusia, apa arti manusia sebagai makhluk yang “daging”, dan apa maksud dari batas waktu “seratus dua puluh tahun”.
I. KONTEKS KEJADIAN 6: KERUSAKAN MANUSIA MENINGGI
Kejadian 6 adalah gambaran gelap tentang kondisi manusia sebelum air bah. Dalam ayat 1–2 digambarkan bahwa manusia bertambah banyak, tetapi pertambahan itu tidak membawa kekudusan; malah membawa kerusakan moral.
Menurut John Calvin, bagian ini menunjukkan bahwa:
“Ketika jumlah manusia bertambah, dosa juga bertambah; dan ketika kemakmuran meningkat, korupsi turut mengikutinya.”
Ayat 5 mengatakan:
"Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata…"
Di tengah situasi demikian, ayat 3 muncul sebagai deklarasi Allah, sebuah keputusan Ilahi yang menunjukkan bahwa kesabaran Allah memiliki batas.
II. “ROH-KU TIDAK AKAN SELAMA-LAMANYA TINGGAL/BERJUANG DENGAN MANUSIA”
1. Apakah arti “tinggal” atau “berjuang”?
Dalam bahasa Ibrani digunakan kata “yadon”, yang diterjemahkan beberapa ahli menjadi:
-
strive (berjuang/berbantah)
-
contend (berselisih)
-
abide (tinggal/dianugerahkan)
Menurut banyak teolog Reformed, kata ini mengandung dua aspek:
a. Aspek anugerah: Roh bekerja menegur hati manusia
Roh Allah selama ini menegur, memperingatkan, dan memanggil manusia kepada pertobatan.
Herman Bavinck mengatakan:
“Roh Allah aktif dalam sejarah manusia, bekerja melalui hati nurani untuk menahan kejahatan. Tanpa Roh, kejatuhan manusia akan jauh lebih cepat.”
b. Aspek perlawanan: manusia terus memberontak
John Calvin berkata:
“Allah sejak semula berbicara melalui bisikan Roh-Nya dalam hati manusia, tetapi manusia menutup hati, menolak, dan melawan.”
Roh terus berjuang berabad-abad, namun manusia tetap keras hati.
III. MENGAPA ALLAH MENGHENTIKAN PERJUANGAN ROH?
Allah berkata bahwa Roh-Nya tidak akan selama-lamanya berjuang. Ada beberapa alasan:
1. Karena Manusia Adalah “Daging”
Ayat ini menyebutkan:
“karena ia adalah daging”
Istilah basar (daging) bukan sekadar tubuh fisik, tetapi menunjuk pada:
-
kelemahan moral,
-
kecenderungan berdosa,
-
keberpalingan dari Allah,
-
orientasi pada hawa nafsu.
John Murray menyebut manusia yang “daging” sebagai:
“makhluk yang tidak lagi dipimpin oleh Roh, tetapi oleh keinginan diri sendiri yang berdosa.”
Menurut Matthew Henry:
“Manusia menjadi daging artinya ia telah jatuh begitu dalam sehingga ia hidup hanya untuk dunia, bukan lagi untuk Allah.”
Allah memandang manusia tidak lagi responsif terhadap teguran Roh.
Mereka membungkam suara Allah dalam hati mereka.
2. Karena ketidaktaatan manusia menjadi total
Kejadian 6:5 menunjukkan kondisi total depravity (kebejatan total).
Geerhardus Vos melihat bagian ini sebagai dasar bagi doktrin Reformed mengenai kerusakan total manusia.
Ia berkata:
“Ini bukan sekadar dosa yang banyak, tetapi natur manusia telah menjadi rusak sedemikian rupa sehingga setiap kecenderungan hatinya memusuhi Allah.”
Jika manusia sudah begitu keras, maka sampai titik tertentu Roh Allah tidak lagi memperjuangkannya.
IV. APAKAH ARTINYA ALLAH MENARIK ROH-NYA?
Reformed theologians menekankan bahwa ini bukan penarikan mutlak seperti dalam neraka, tetapi:
-
Roh tidak lagi memberikan peringatan,
-
Roh tidak lagi memberikan kesempatan pertobatan,
-
Roh tidak lagi menahan kejahatan manusia,
-
Roh tidak lagi memberikan waktu tambahan.
A.W. Pink menulis:
“Ketika Roh mengundurkan diri, manusia dibiarkan kepada kebobrokan dirinya sendiri, dan itu merupakan hukuman yang paling mengerikan.”
Inilah yang terjadi sebelum air bah.
Dunia dibiarkan mengalami kejahatannya secara penuh sebelum Allah menjatuhkan penghakiman.
V. “UMURNYA AKAN SERATUS DUA PULUH TAHUN”
Ada dua tafsiran besar dalam tradisi Reformed:
1. Tafsiran pertama: Umur manusia dibatasi maksimal 120 tahun
Beberapa teolog seperti John Gill dan sebagian Calvinis berpandangan bahwa setelah air bah, Tuhan membatasi umur manusia.
Namun tafsiran ini mengandung masalah:
-
Banyak tokoh pasca-air bah masih hidup lebih dari 120 tahun.
(Abraham hidup 175 tahun, Ishak 180 tahun.)
Karena itu banyak teolog Reformed modern menolak tafsiran ini.
2. Tafsiran kedua (lebih dominan Reformed): Batas waktu sebelum air bah terjadi
Banyak teolog seperti Calvin, Matthew Henry, Bavinck, Vos sepakat bahwa:
“Seratus dua puluh tahun adalah waktu anugerah, waktu kesabaran, sebelum air bah dijatuhkan.”
Ini berarti Allah memberi:
-
Kesempatan pertobatan 120 tahun,
-
Waktu dimana Nuh memberitakan firman Allah (2 Petrus 2:5),
-
Masa penundaan hukuman sebagai bentuk kemurahan Ilahi.
Matthew Henry mengatakan:
“Allah memberikan waktu yang sangat panjang sebelum menghukum manusia. Kesabaran-Nya luar biasa, tetapi kesabaran itu punya batas.”
Herman Bavinck menulis:
“Seratus dua puluh tahun itu adalah masa di mana Allah masih memanggil manusia untuk bertobat melalui pewartaan Nuh. Jika Allah berkata cukup, maka tidak ada lagi jalan kembali.”
Tafsir inilah yang paling kuat dan selaras dengan seluruh konteks.
VI. PESAN TEOLOGIS KEJADIAN 6:3 MENURUT TEOLOG REFORMED
1. Allah sangat sabar, tetapi kesabaran Allah ada batasnya
Calvin berkata:
“Allah sabar, tetapi kesabaran itu bukanlah kebodohan. Ia tidak menahan murka-Nya tanpa akhir.”
Allah selama ratusan tahun menahan murka-Nya, tetapi akhirnya berkata:
“Tidak lagi.”
Banyak orang mengira Allah selalu menunda murka-Nya.
Tetapi Kejadian 6:3 menunjukkan bahwa ada titik dalam sejarah manusia—dan dalam hidup pribadi seseorang—ketika Allah berkata:
“Cukup.”
2. Peringatan Roh Kudus tidak selamanya tersedia
Ini salah satu poin Reformed terpenting.
John Murray menegaskan:
“Setiap kali kita mendengar firman dan menolak, kita semakin menumpuk kekerasan hati. Pada titik tertentu, Roh tidak lagi menegur.”
Ini adalah misteri mengerikan dalam doktrin reprobasi.
3. Dosa membuat manusia tidak peka terhadap suara Roh
Hati yang terus didiamkan dari suara Tuhan akan menjadi keras seperti batu.
A.W. Pink menulis:
“Hati yang keras bukan terjadi dalam semalam, tetapi melalui penolakan berulang terhadap bisikan Roh.”
Dosa kecil, dosa kebiasaan, dosa tersembunyi—semua itu membuat Roh meredupkan teguran-Nya.
4. Allah tidak menghukum tanpa memberi kesempatan
120 tahun adalah masa anugerah umum.
Allah tidak langsung menghancurkan dunia; Ia memberi waktu.
Herman Bavinck:
“Hukuman Allah selalu didahului dengan panggilan kepada pertobatan.”
5. Keadilan dan kemurahan Allah selalu berjalan bersama
Air bah menunjukkan bahwa:
-
Allah tidak menolerir dosa,
-
Allah tidak pernah salah menghukum,
-
Namun sebelum menghukum Ia memberi waktu panjang.
VII. APLIKASI PRAKTIS UNTUK ORANG PERCAYA MASA KINI
1. Jangan mengeraskan hati ketika Roh menegur
Roh Allah bekerja melalui:
-
Firman,
-
khotbah,
-
hati nurani,
-
teguran sesama.
Jika kita terus menolak, suara itu akan semakin samar.
Ibrani 3:15 mengatakan:
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu."
2. Jangan menyalahgunakan kesabaran Allah
Kesabaran Allah bukan toleransi terhadap dosa.
Tidak berarti bahwa karena Allah tidak menghukum sekarang, maka Ia tidak akan menghukum.
Banyak orang menyangka mereka aman karena tidak ada konsekuensi langsung.
Tetapi Allah berkata:
“Roh-Ku tidak akan tinggal selamanya.”
3. Waspadalah terhadap dosa yang dibiarkan
Dosa yang tidak ditangani akan:
-
menumpuk,
-
menguasai hati,
-
mematikan kepekaan rohani.
Manusia pada zaman Nuh tidak menjadi jahat dalam semalam; itu proses panjang.
4. Tuhan memberikan waktu anugerah—gunakan sebelum terlambat
Hari ini adalah hari keselamatan.
Jika Allah memberi Anda waktu untuk hidup, itu berarti Ia masih memberi kesempatan.
Jangan tunggu sampai Tuhan berkata:
“Kesempatannya sudah habis.”
5. Panggilan untuk hidup oleh Roh, bukan oleh daging
Jika manusia “daging”, maka orang percaya harus hidup oleh Roh (Roma 8:13–14).
Kejadian 6:3 mengingatkan kita:
-
jangan hidup menurut hawa nafsu,
-
jangan hidup menurut dunia,
-
jangan hidup menurut kedagingan,
karena kedagingan itu sementara dan menuju kehancuran.
6. Hiduplah dalam pertobatan setiap hari
Pertobatan bukan peristiwa sesekali, tetapi ritme hidup orang percaya.
Seperti Nuh yang hidup benar di zaman yang rusak, kita juga dipanggil menjadi:
-
standar kekudusan,
-
saksi kebenaran,
-
pembawa Injil di tengah dunia yang jahat.
VIII. KRISTUS DALAM KEJADIAN 6:3
Banyak teolog Reformed melihat benang merah Injil dalam ayat ini.
1. Jika ada penghukuman, ada juga keselamatan
Allah menghentikan kesabaran-Nya, tetapi Ia juga menyediakan bahtera.
Bahtera adalah gambaran Kristus.
Bavinck menulis:
“Bahtera adalah tipologi keselamatan dalam Kristus: satu-satunya jalan keselamatan ketika murka Allah dinyatakan.”
2. 120 tahun adalah gambaran masa anugerah sebelum kedatangan Kristus
Sama seperti zaman Nuh diberi 120 tahun sebelum air bah, dunia kini sedang hidup dalam “masa anugerah” sebelum Kristus datang kembali.
Roh Kudus sekarang bekerja melalui Injil, namun suatu hari pintu anugerah akan tertutup (Lukas 13:25).
3. Roh yang berjuang dalam Kejadian 6 adalah Roh Kudus yang sama yang memperbarui hati kita
Dulu Roh berjuang menahan kejahatan.
Sekarang Roh memperbarui hati dan memampukan kita hidup kudus.
Tanpa Roh, kita sama seperti manusia zaman Nuh—penuh kejahatan.
Penutup
Kejadian 6:3 bukan sekadar ayat sejarah; ini cermin rohani bagi setiap orang.
Allah sabar, tetapi kesabaran-Nya tidak selamanya.
Roh Allah menegur, tetapi tidak selamanya menegur.
Allah memberi waktu, tetapi akan ada akhirnya.
Biar kita merespons dengan:
-
hati yang lembut,
-
hidup yang taat,
-
pertobatan setiap hari,
-
kesungguhan dalam mencari Tuhan.
Kiranya kita bukan seperti generasi Nuh yang mengeraskan hati, tetapi seperti Nuh yang:
-
hidup benar,
-
berjalan dengan Allah,
-
dan diselamatkan oleh anugerah-Nya.
Soli Deo Gloria.