Kejadian 6:4 - Kejahatan Manusia dan Kesetiaan Allah

Kejadian 6:4 - Kejahatan Manusia dan Kesetiaan Allah

Pendahuluan

Kejadian 6:4 merupakan salah satu bagian paling misterius dan paling sering diperdebatkan dalam seluruh Perjanjian Lama. Banyak yang tersandung membaca ayat-ayat awal pasal ini karena membahas istilah seperti “anak-anak Allah”, “anak-anak manusia”, dan “orang-orang raksasa” (Nefilim). Dari sini banyak muncul legenda, spekulasi, mitos, dan teori-teori yang jauh dari maksud asli Alkitab.

Namun, di balik misteri dan ketidakjelasan yang sering dirasakan pembaca modern, Kejadian 6:4 memuat pesan teologis yang sangat penting—pesan tentang kedalaman kejatuhan manusia, kerusakan moral yang merajalela, dan kesetiaan Allah yang tetap menjaga umat-Nya di tengah dunia yang semakin jahat.

Ayat ini berbunyi:

“Pada waktu itu orang-orang raksasa (Nefilim) ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia dan mereka melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”

Melalui ayat ini, kita akan melihat apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana para teolog Reformed memahaminya, dan apa relevansinya bagi kehidupan kita hari ini.

I. Konteks Kejadian 6: Dunia yang Menuju Kehancuran

Pasal ini adalah pendahuluan menuju air bah, ketika Tuhan akan menghakimi dunia karena kejahatan manusia sudah begitu dalam.

Kejadian 6:1–3 menunjukkan:

  • meningkatnya populasi manusia,

  • meningkatnya korupsi moral melalui hubungan campuran yang tidak kudus,

  • dan penyimpangan terhadap tatanan Allah mengenai pernikahan.

Ayat 4 kemudian menggambarkan sebuah fenomena khusus: hadirnya Nefilim, orang-orang gagah perkasa yang sudah terkenal di masa purbakala.

Namun, penting untuk memahami bahwa tujuan utama bagian ini bukan tentang raksasa, melainkan tentang kerusakan moral manusia sebelum air bah.

Seperti kata John Calvin:

“Roh Kudus tidak menyebut Nefilim untuk membangkitkan rasa takjub, tetapi untuk menunjukkan betapa dalamnya manusia sudah merosot jauh dari rancangan penciptaannya.”

II. Siapakah “Nefilim”? Tiga Pandangan Teolog Reformed

Pembahasan Kejadian 6 tidak lengkap tanpa menyentuh interpretasi tentang istilah “Nefilim.” Pandangan Reformed mengelompokkan penafsiran menjadi tiga, meskipun bukan ini pusat dari teologi keselamatan, tetapi penting untuk memahami konteks naratif.

1. Pandangan “dosa malaikat jatuh”

(Pandangan minoritas dalam Reformed)

Pandangan ini mengatakan “anak-anak Allah” adalah malaikat jatuh (seperti dalam Yudas 6–7). Hal ini menghasilkan keturunan raksasa.

Namun mayoritas teolog Reformed menolak pandangan ini, sebab:

  • Tuhan mematikan semua makhluk hidup dalam air bah, tetapi malaikat tidak mati.

  • Perkawinan malaikat biologis tidak mungkin (Mat. 22:30).

  • Hal ini lebih mirip mitologi pagan.

Calvin berkata:

“Adalah imajinasi yang kosong untuk mengatakan malaikat jatuh bisa menikah dan melahirkan keturunan.”

2. Pandangan “campuran garis saleh dan garis fasik”

(Pandangan Reformed paling dominan)

Ini adalah pandangan Calvin, Matthew Henry, Herman Bavinck, dan John Murray:

  • “Anak-anak Allah” = garis Seth (keturunan orang benar).

  • “Anak-anak perempuan manusia” = garis Kain (keturunan fasik).

Ketika pernikahan antar garis itu terjadi:

  • korupsi meningkat,

  • penyembahan Tuhan merosot,

  • pemimpin-pemimpin yang kuat tetapi jahat muncul.

Pandangan ini menekankan kemerosotan rohani umat Allah melalui kompromi perkawinan campuran.

3. Pandangan “para tiran dan prajurit besar”

(Dipegang Meredith Kline dan sebagian teolog modern)

“Nefilim” adalah:

  • orang-orang kuat,

  • prajurit,

  • pembangun kota,

  • penguasa yang menindas.

Bukan raksasa secara fisik, tetapi raksasa dalam kekuasaan dan kebengisan.

Kline menjelaskan bahwa istilah “gagah perkasa” bukan menunjukkan tubuh besar, tetapi kekuasaan militer dan moral yang rusak.

Apapun pandangannya, Frasa pentingnya adalah:

“…orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”

Ini menunjukkan bahwa dunia dipenuhi tokoh-tokoh kuat yang terkenal karena kekerasan, bukan karena kesalehan.

III. Eksposisi Kejadian 6:4

Sekarang kita masuk lebih dalam ke ayat ini.

A. “Pada waktu itu orang-orang raksasa (Nefilim) ada di bumi”

Kata Ibrani nefilim akar katanya berarti “yang menjatuhkan”, atau “para penindas.”
Artinya:

  • mereka bukan sekadar besar,

  • tetapi mereka menjatuhkan orang lain,

  • mereka menindas,

  • mereka terkenal karena kekerasan.

Mereka simbol dunia yang dikuasai kejahatan.

Bavinck menulis:

“Nefilim adalah tanda bahwa bumi sudah tidak lagi mencerminkan kemuliaan Allah, tetapi dikuasai oleh kekerasan dan ketidakadilan.”

Jadi, bukan ukuran tubuh yang penting—melainkan kerusakan moral.

B. “Dan juga pada waktu sesudahnya…”

Ini menunjukkan bahwa fenomena penindasan ini berulang, bukan hanya sebelum air bah.

Dalam Bilangan 13:33, para pengintai Israel mengatakan mereka melihat “Nefilim.”
Apakah itu buah imajinasi ketakutan mereka?
Kemungkinan besar iya.

Namun maksud Musa adalah karakteristik kejahatan ini terus muncul dalam sejarah manusia, bahkan setelah air bah.

Di sepanjang Alkitab kita melihat:

  • tiran Mesir,

  • Goliat dan para raksasa Filistin,

  • penguasa Babel,

  • kerajaan-kerajaan yang menindas Israel.

Dengan kata lain:

sifat nefilim terus hadir dalam sejarah manusia.
—bukan jenis biologis, tetapi karakter moral.

C. “Ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia…”

Inilah akar persoalan.

Pernikahan campuran (antara garis saleh dan fasik) menghasilkan:

  • kompromi iman,

  • penetrasi kejahatan ke dalam keluarga orang benar,

  • hilangnya distingsi antara umat Allah dan dunia.

Calvin berkata:

“Setan menyerang rumah tangga umat Allah melalui pernikahan yang tidak kudus, hingga garis saleh hampir hilang.”

Inilah yang terjadi:

  • umat Allah kehilangan identitas,

  • moralitas merosot,

  • dunia menjadi jahat tanpa batas.

D. “Dan mereka melahirkan anak bagi mereka…”

Ini menggambarkan degradasi rohani berlangsung lintas generasi.
Korupsi tidak berhenti pada satu generasi—itu diturunkan.

Kejatuhan moral menyebar melalui:

  • pola asuh,

  • budaya,

  • sosial masyarakat,

  • struktur kekuasaan.

Orang-orang yang “dilahirkan” ini kemudian menjadi:

  • pemimpin kuat,

  • prajurit gagah,

  • penguasa terkenal,

tetapi dengan karakter rusak.

E. “Inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”

Istilah “gagah perkasa” (gibborim) sering dipakai untuk prajurit.
Tetapi di sini ini negatif.

Mereka:

  • terkenal, tetapi bukan karena kesalehan,

  • kuat, tetapi penuh kekerasan,

  • pemimpin, tetapi menindas.

Mereka disebut “orang-orang kenamaan”—
tetapi Tuhan tidak memandang mereka sebagai pahlawan.

Mereka adalah simbol dunia yang melawan Allah.

Seperti kata Geerhardus Vos:

“Kejadian 6 menggambarkan puncak dari kota manusia—kekuatan besar tanpa takut akan Allah.”

IV. Pesan Teologis: Kerusakan Total dan Kasih Karunia All

1. Kejatuhan manusia mencapai puncaknya

Kejadian 6 menggambarkan bahwa dosa bukan hanya:

  • tindakan,

  • pikiran,

tetapi sistem dan struktur.

Ada korupsi:

  • pribadi,

  • keluarga,

  • masyarakat,

  • pemerintahan.

Inilah yang Paulus sebut total depravity—bukan berarti manusia sejahat mungkin, tetapi dosa merusak seluruh aspek hidup.

2. Allah tidak tinggal diam—penghakiman adalah wujud kasih-Nya

Air bah bukan tindakan marah tanpa kontrol.
Itu adalah tindakan kasih Allah yang:

  • menghentikan penyebaran kejahatan,

  • memulihkan dunia,

  • melindungi garis Mesias.

Jika Tuhan tidak menghakimi dunia pada masa itu, dunia akan hancur oleh kekerasan manusia sendiri.

Seperti kata John Murray:

“Penghakiman Allah selalu bekerja untuk memelihara janji penebusan.”

3. Kasih karunia tetap bertahan di tengah dunia yang semakin jahat

Di tengah seluruh korupsi moral, Tuhan menyatakan:

“Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.” (Kejadian 6:8)

Inilah inti kabar baik:

  • dunia gelap → tetapi ada kasih karunia

  • dunia rusak → tetapi Allah memelihara umat-Nya

  • dunia dikuasai kekerasan → tetapi Tuhan merencanakan keselamatan

Rencana Allah tidak bisa dihalangi oleh sekelompok Nefilim atau seluruh dunia yang jahat.

V. Aplikasi untuk Gereja Masa Kini

1. Waspada terhadap pernikahan yang mengabaikan kesatuan iman

Kejadian 6 menunjukkan bahwa pernikahan campuran rohani dapat menghancurkan:

  • iman pribadi,

  • keluarga,

  • generasi berikutnya.

Gereja Reformed selalu menekankan pentingnya kesepadanan iman dalam pernikahan.

2. Jangan terpesona oleh “orang-orang kenamaan” dunia

Dunia memuja:

  • kekuatan,

  • kekayaan,

  • ketenaran.

Tetapi Tuhan memandang hati.
Nefilim adalah “orang-orang kenamaan,”
tetapi mereka adalah musuh Allah.

Gereja tidak boleh mengukur keberhasilan melalui:

  • angka,

  • popularitas,

  • kekuasaan.

3. Dunia modern juga penuh “Nefilim rohani”

Mereka adalah:

  • penguasa korup,

  • tokoh kuat yang menginjak keadilan,

  • sistem sosial yang menindas.

Tetapi:
Allah tetap berdaulat.

Tidak ada Nefilim modern yang dapat menghalangi pekerjaan Allah.

4. Jaga kekudusan generasi sekarang

Seperti garis Seth yang hampir hilang, hari ini gereja harus menjaga:

  • keluarga,

  • pemuridan anak,

  • pendidikan rohani,

  • kasih setia dalam rumah tangga.

5. Hanya kasih karunia Allah yang menyelamatkan dari dunia yang rusak

Nuh selamat bukan karena sempurna,
tetapi karena kasih karunia.

Demikian juga kita:

  • dunia rusak,

  • moralitas runtuh,

  • kekacauan terjadi,

tetapi Kristus adalah perahu keselamatan kita.

VI. Kristus: Penggenapan Harapan di Tengah Kerusakan

Kejadian 6 menunjukkan dunia penuh kekerasan, tetapi Allah mempersiapkan jalan keselamatan melalui seorang yang benar—Nuh.

Namun, Nuh hanyalah bayangan.
Sang Juruselamat sejati adalah Yesus Kristus, yang:

  • hidup di dunia penuh Nefilim rohani,

  • tetap kudus dan taat,

  • memikul dosa dunia,

  • membawa anugerah yang lebih besar dari kejahatan apa pun.

Kasih karunia Kristus lebih kuat dari:

  • kekerasan dunia,

  • kerusakan manusia,

  • struktur dosa,

  • ketidakadilan sejarah.

Dialah “Manusia sejati”—lebih besar dari semua “orang gagah perkasa” dunia.

Kesimpulan Khotbah

Kejadian 6:4 bukanlah kisah fantasi tentang raksasa, tetapi sebuah pesan Allah tentang:

  1. Kedalaman dosa manusia

  2. Bahaya kompromi iman

  3. Korupsi moral yang terus berulang

  4. Kesetiaan Allah yang tetap menjaga rencana penebusan

  5. Pentingnya keluarga kudus

  6. Kemenangan kasih karunia di atas kekerasan dunia

  7. Kristus sebagai penggenapan harapan bagi manusia

Dunia kita mungkin dipenuhi “Nefilim modern”—manusia kuat, sistem jahat, dan kedurhakaan yang tak terkendali. Tetapi:

Kasih karunia Allah selalu lebih besar.
Kristus selalu memerintah.
Rencana Allah tidak dapat digagalkan.

Kiranya kita hidup bukan seperti orang-orang kenamaan dunia, tetapi seperti Nuh yang hidup dalam kasih karunia Allah.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post