Pelayanan Yesus Kristus di Yudea

PENDAHULUAN
Ketika kita berbicara tentang Pelayanan Yesus Kristus di Yudea, kita sering kali fokus pada mukjizat-Nya, ajaran-Nya, atau konflik-Nya dengan para pemimpin agama. Namun teologi Reformed mengajak kita melihat jauh lebih dalam: bahwa setiap langkah Yesus adalah bagian dari rencana penebusan ilahi yang telah ditetapkan sejak kekekalan.
Yesus tidak memulai pelayanan-Nya tanpa tujuan. Tidak ada tindakan Yesus yang sembarangan. Seluruh pelayanan-Nya di Yudea, baik ajaran, tanda-tanda, konfrontasi, maupun interaksi-Nya dengan orang berdosa, adalah penggenapan dari kehendak Bapa untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya.
Herman Bavinck menulis:
“Kehidupan Yesus bukan sekadar teladan moral, namun klimaks sejarah penebusan. Semua yang Ia lakukan adalah karya ilahi untuk keselamatan manusia.”
Oleh karena itu, kita tidak hanya mempelajari sejarah pelayanan Yesus di Yudea, tetapi juga melihat kedaulatan Allah, anugerah, dan tujuan penebusan yang mengalir melalui setiap aspek pelayanan-Nya.
I. KONTEKS GEOGRAFIS, SOSIAL, DAN ROHANI YUDEA DALAM PELAYANAN YESUS
Untuk memahami kedalaman pelayanan Yesus di Yudea, kita harus melihat konteksnya.
1. Yudea sebagai pusat religius dan politik
Yudea bukan wilayah sembarangan. Inilah pusat:
-
Bait Allah
-
Orang Farisi dan ahli Taurat
-
Pemerintahan Romawi melalui Herodes dan Pilatus
-
Pusat perayaan-keagamaan
-
Pusat konflik rohani dan sosial
Yudea adalah tempat di mana terang dan gelap bertemu. Yesus sengaja bekerja di jantung pergumulan bangsa Israel.
Calvin mencatat:
“Kristus melaksanakan sebagian besar pelayanan-Nya di tempat di mana penolakan terhadap Dia paling besar. Ia datang bukan untuk mencari tepuk tangan manusia, tetapi untuk menyatakan kebenaran ilahi.”
2. Kondisi rohani bangsa Israel
Pada masa Yesus, Yudea dipenuhi:
-
legalisme Farisi
-
kemunafikan rohani
-
eksploitasi ekonomi
-
kekosongan spiritual
-
nasionalisme religius
-
penantian Mesias yang keliru
Bangsa Israel tidak kekurangan agama, tetapi kekurangan kebenaran.
R.C. Sproul berkata:
“Bangsa Israel tidak sesat karena kekurangan pengetahuan tentang hukum, tetapi karena hati yang jauh dari Allah.”
Dalam konteks inilah Yesus datang sebagai:
-
Sang Terang
-
Sang Mesias
-
Sang Gembala
-
Sang Raja
-
Sang Penebus
II. PERMULAAN PELAYANAN YESUS DI YUDEA: BAPTISAN DAN PENGAKUAN SURGA
Pelayanan Yesus di Yudea dimulai dengan baptisan di Sungai Yordan (Yohanes 1:28; Mat 3).
1. Baptisan Yesus dan kesaksian Yohanes
Yohanes Pembaptis berseru:
“Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” (Yoh 1:29)
Di sini kita melihat:
-
Yesus disahkan oleh Bapa
-
Roh Kudus turun atas-Nya
-
Yohanes memberi kesaksian publik
-
Tiga Pribadi Tritunggal menyatakan pelayanan penebusan
Menurut Bavinck:
“Baptisan Yesus adalah inaugurasi kerajaan Mesias di dunia.”
2. Makna Reformed dari baptisan Yesus
Mengapa Yesus yang tidak berdosa dibaptis?
Jawabannya: untuk menjadi wakil kita.
Calvin menjelaskan:
“Kristus dibaptis untuk menyatakan bahwa Ia memikul dosa kita, masuk ke dalam kematian kita, dan bangkit bagi pembenaran kita.”
Baptisan Yesus adalah permulaan dari seluruh karya penebusan-Nya.
III. AJARAN YESUS DI YUDEA: KERAJAAN ALLAH, KEBENARAN, DAN PERTOBATAN
Setelah membangun dasar pelayanan, Yesus mulai mengajar di Yudea, terutama di Bait Allah dan kota-kota sekitar Yerusalem.
1. Pesan inti: Kerajaan Allah sudah dekat
Yesus tidak mengajarkan program politik.
Tidak membentuk partai perlawanan.
Tidak menawarkan jalan revolusi militer.
Ia mengajar:
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17)
Dalam pandangan Reformed, kerajaan Allah berarti:
-
pemerintahan Allah atas hati manusia
-
pemulihan ciptaan di dalam Kristus
-
realitas rohani yang hadir melalui karya Roh Kudus
Louis Berkhof menulis:
“Kerajaan Allah bukan sekadar wilayah, tetapi pemerintahan Allah melalui Kristus atas umat-Nya.”
2. Ajaran Yesus melawan legalisme
Para Farisi menekankan:
-
tradisi
-
peraturan tambahan
-
penampilan lahiriah
-
ritual tanpa hati
Yesus berkata:
“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, tetapi hatinya jauh dari pada-Ku.” (Matius 15:8)
Yesus menunjukkan bahwa hukum tanpa kasih adalah kematian rohani.
3. Yesus mengungkapkan kebenaran yang tak dapat dibantah
Di Yudea, Yesus mengajarkan:
-
perintah terbesar (Matius 22:37–40)
-
kebenaran tentang diri-Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:30)
-
pengajaran tentang air hidup (Yoh 7)
-
panggilan untuk lahir baru (Yohanes 3:1–16)
-
identitas-Nya sebagai terang dunia (Yohanes 8:12)
Yesus tidak hanya memberi pengajaran; Ia menyatakan diri-Nya.
Sproul berkata:
“Ajaran Yesus adalah pewahyuan diri-Nya sebagai Allah yang menjelma.”
IV. MUKJIZAT YESUS DI YUDEA: TANDA KEILAHIAN DAN MISI PENEBUSAN
Yesus tidak melakukan mukjizat untuk popularitas.
Mukjizat-Nya adalah tanda kerajaan Allah.
1. Mukjizat sebagai bukti Mesias
Di Yudea terjadi beberapa mukjizat besar:
-
menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda (Yoh 5)
-
menyembuhkan orang buta sejak lahir (Yoh 9)
-
mengusir roh jahat
-
membangkitkan Lazarus (Yoh 11)
D.A. Carson menjelaskan:
“Setiap mukjizat dalam Injil Yohanes adalah tanda yang menunjuk kepada identitas Yesus sebagai Mesias, bukan sekadar tindakan belas kasihan.”
2. Makna teologis dari mukjizat
Mukjizat Yesus menunjukkan bahwa:
-
Ia berkuasa atas dosa (mengampuni)
-
Ia berkuasa atas penyakit
-
Ia berkuasa atas alam
-
Ia berkuasa atas setan
-
Ia berkuasa atas kematian
Reformed Theology selalu menekankan bahwa mukjizat bukan hanya untuk diingat, tetapi untuk menunjukkan siapa Yesus sebenarnya.
V. KONFRONTASI YESUS DENGAN PEMIMPIN AGAMA DI YUDEA
Inilah bagian yang paling mencolok dalam pelayanan Yesus di Yudea.
1. Farisi: legalisme dan kemunafikan
Yesus menyebut mereka:
-
“orang buta”
-
“kuburan yang dilabur putih”
-
“keturunan ular beludak”
Mengapa Yesus begitu keras?
Karena mereka menghalangi umat mengenal Allah.
Calvin menegaskan:
“Yesus keras terhadap Farisi bukan karena kebencian, tetapi karena mereka menipu umat Tuhan dengan pengajaran yang menyesatkan.”
2. Ahli Taurat: mempertentangkan hukum dengan kasih karunia
Yesus meluruskan pemahaman mereka, bahwa:
-
hukum menuntun kepada Kristus
-
bukan keselamatan melalui usaha manusia
-
bukan pembenaran berdasarkan perbuatan
3. Imam-imam kepala: permusuhan yang memuncak
Merekalah akhirnya merencanakan kematian Yesus.
Namun teologi Reformed mengatakan:
-
kematian Yesus bukan kecelakaan
-
bukan sekadar kejahatan manusia
-
tetapi penetapan Allah sejak kekekalan
Bavinck menulis:
“Salib bukanlah kekalahan Mesias, melainkan kemenangan maha besar dari rencana kekal Allah.”
VI. INTERAKSI YESUS DENGAN ORANG BERDOSA DI YUDEA
Pelayanan Yesus tidak hanya berisi konfrontasi, tetapi juga belas kasihan yang dalam.
1. Perempuan Samaria (Yohanes 4)
Meskipun ini terjadi di Samaria, dampaknya kembali ke Yudea, karena orang-orang Yudea kemudian belajar bahwa:
-
keselamatan bukan milik eksklusif Israel
-
belas kasihan Allah mencapai bangsa-bangsa
Ini menentang etnosentrisme Yahudi.
2. Perempuan yang kedapatan berzina (Yohanes 8)
Yesus menegakkan:
-
keadilan (menghadapkan para penuduh pada dosa mereka)
-
kasih karunia (“Aku pun tidak menghukum engkau”)
-
pengudusan (“Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi”)
Reformed Theology melihat kisah ini sebagai:
“Kasih karunia yang membenarkan sekaligus menguduskan.”
3. Nikodemus (Yohanes 3)
Yesus mengajarkan bahwa:
-
lahir baru berasal dari Roh
-
keselamatan bukan hasil usaha manusia
-
iman adalah karya anugerah
R.C. Sproul menyebut Yohanes 3:
“Pusat doktrin kelahiran baru dalam teologi Reformed.”
VII. PUNCAK PELAYANAN YESUS DI YUDEA: JALAN MENUJU SALIB
Yesus menyatakan berkali-kali bahwa Ia akan:
-
ditolak (Yohanes 1:11)
-
disalibkan (Matius 20:17–19)
-
bangkit pada hari ketiga
Di Yerusalem, Yesus:
-
mengusir pedagang dari Bait Allah
-
mengajar setiap hari
-
merayakan Perjamuan Terakhir
-
berdoa di Getsemani
-
ditangkap
-
disalibkan
John Stott menulis:
“Bayang-bayang salib menaungi seluruh pelayanan Yesus di Yudea.”
Makna teologis salib menurut iman Reformed
Salib bukan:
-
tragedi,
-
kecelakaan sejarah,
-
kekalahan politik,
-
kekejaman tanpa makna.
Melainkan:
-
penebusan,
-
pendamaian,
-
pembayaran hutang dosa,
-
kemenangan atas kuasa gelap,
-
pemenuhan hukum Allah,
-
menyatakan kasih dan keadilan Allah sekaligus.
VIII. KEBANGKITAN DAN MISI: PELAYANAN YESUS YANG BERLANJUT
Setelah salib, kebangkitan menjadi puncak kemuliaan Kristus.
Yesus menampakkan diri di Yudea kepada murid-murid dan berkata:
“Damai sejahtera bagi kamu.”
Kebangkitan menegaskan:
-
Yesus adalah Tuhan
-
dosa telah dikalahkan
-
kematian dihancurkan
-
penebusan selesai
-
misi harus dilanjutkan
KESIMPULAN: MAKNA PELAYANAN YESUS DI YUDEA DALAM HIDUP ORANG PERCAYA
Pelayanan Yesus di Yudea mengajarkan bahwa:
-
Yesus datang sebagai Raja yang berdaulat
-
Ia mengajarkan kebenaran kerajaan Allah
-
Ia melakukan mukjizat sebagai tanda identitas ilahi-Nya
-
Ia menghadapi legalisme dengan kasih karunia dan kebenaran
-
Ia menunjukkan belas kasihan kepada yang berdosa
-
Ia menuju salib untuk menyelesaikan penebusan
-
Ia bangkit dan mengutus gereja untuk meneruskan misi-Nya
Iman Reformed melihat seluruh pelayanan Kristus sebagai karya Allah yang sempurna:
From Him, through Him, and to Him are all things.
Kepada Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. (Roma 11:36)