Keluaran 4:2–9 - Apa Yang Ada Di Tanganmu?

Keluaran 4:2–9 - Apa Yang Ada Di Tanganmu?

PENDAHULUAN

Ada sebuah pertanyaan sederhana namun sangat menentukan yang Allah ajukan kepada Musa: “Apakah itu yang ada di tanganmu?” (Keluaran 4:2). Sebuah tongkat biasa—tongkat gembala yang mungkin dianggap remeh, tidak memiliki kekuatan, dan tidak layak digunakan untuk sesuatu yang besar. Namun di tangan Allah, tongkat yang sederhana itu berubah menjadi alat mujizat yang mengguncang kerajaan paling kuat di dunia: Mesir.

Demikian pula, banyak dari kita memandang diri kecil, tidak berarti, tidak berbakat, tidak cakap, dan tidak punya sesuatu yang cukup berharga bagi Tuhan. Namun kisah Musa menegaskan satu kebenaran Reformed yang mendalam: Allah tidak membutuhkan sesuatu yang besar dari manusia; Ia hanya memakai apa yang sudah Ia berikan dan Ia kuasai kembali.

Teolog Reformed Herman Bavinck menulis bahwa dalam seluruh karya penebusan dan penyelamatan, “Allah memakai sarana-sarana yang sederhana untuk menyatakan kuasa-Nya yang luar biasa, agar kemuliaan itu mutlak milik-Nya.” Hal yang sama tampak nyata dalam panggilan Musa.

Mari kita menggali Keluaran 4:2–9 untuk melihat bagaimana Allah memakai yang sederhana, bagaimana Allah mengubahkan ketakutan menjadi iman, dan bagaimana tanda-tanda itu mengungkapkan teologi kerajaan Allah serta menunjuk kepada Kristus.

I. KONTEKS PANGGILAN MUSA DAN KERAGUANNYA

Sebelum Allah memberikan tanda-tanda mujizat, Musa sedang bergumul dengan panggilannya. Di pasal sebelumnya, Allah telah menyatakan diri dari semak yang menyala. Allah memberikan janji, mandat, dan visi besar: membebaskan Israel dari perbudakan. Tetapi Musa masih ragu.

Menurut John Calvin, keraguan Musa bukan hanya tentang kurangnya kemampuan dirinya, tetapi karena “ia belum mengenal secara mendalam kemahakuasaan Allah yang menyertai-Nya.” Dengan kata lain, Musa lebih melihat kekurangannya daripada melihat kemuliaan Allah.

Keraguannya meliputi:

  1. Keraguan identitas dan kompetensi (Keluaran 3:11)

  2. Keraguan mengenai otoritas pesan (Keluaran 4:1)

  3. Keraguan mengenai penerimaan umat Israel

Sebelum Allah memakai Musa secara besar, Allah terlebih dahulu harus mengoreksi cara pandangnya: bahwa keberhasilan misi tidak bergantung pada kemampuan Musa, tetapi pada kuasa Allah.

II. “APAKAH ITU YANG ADA DI TANGANMU?” – TONGKAT YANG SEDERHANA (Keluaran 4:2)

Ketika Allah bertanya kepada Musa, Ia bukan bertanya karena tidak tahu, tetapi untuk mengarahkan pengertian Musa. Musa menjawab, “Tongkat.

Ini bukan senjata besar, bukan alat perang, bukan benda berharga—hanya tongkat gembala. Namun itulah yang Allah pilih.

Matthew Henry mengatakan:

“Allah memilih alat yang sederhana agar tidak ada manusia yang memegahkan diri; Ia melatih Musa bahwa kemahakuasaan-Nya dapat memakai hal-hal kecil untuk menghasilkan buah besar.”

A. Tongkat mencerminkan siapa Musa sebenarnya.
Itu adalah simbol pekerjaannya sebagai gembala — seorang yang kabur dari Mesir, tidak memiliki posisi, tidak dianggap penting.

B. Tongkat melambangkan apa yang Musa miliki saat itu.
Allah tidak meminta Musa memakai sesuatu yang tidak ia punya.
Ini teologi yang sangat Reformed: Allah bekerja melalui sarana yang Ia sendiri berikan, bukan dari kelebihan manusia.

C. Tongkat menjadi alat yang Allah kuduskan bagi tujuan-Nya.
Tongkat menjadi “tongkat Allah” (Keluaran 4:20), bukan lagi tongkat Musa.

Pelajaran untuk kita:

  • Allah tidak menuntut kita menjadi orang lain.

  • Allah memakai apa yang sudah ada di tangan kita.

  • Allah menguduskan hal yang biasa menjadi luar biasa.

Pertanyaannya bagi kita hari ini:
Apa yang ada di tanganmu? Talenta? Waktu? Pekerjaan? Kesempatan kecil?

Allah sering memulai dari hal yang sederhana.

III. TANDA PERTAMA: TONGKAT MENJADI ULAR (Keluaran 4:3–4)

Allah memerintahkan Musa melemparkan tongkat itu ke tanah, dan tongkat itu menjadi ular. Musa langsung lari ketakutan.

Makna teologis dari tanda ini menurut para pakar Reformed:

A. Menyingkapkan kuasa Allah atas ciptaan

John Gill menyebutkan bahwa perubahan tongkat menjadi ular menunjukkan:

“Allah adalah Tuhan atas kehidupan, atas makhluk ciptaan, dan atas segala kekuatan yang menakutkan manusia.”

Tuhan mengubah benda mati menjadi makhluk hidup. Hanya Allah yang bisa melakukan itu.

B. Menggambarkan kuasa Allah atas Mesir

Dalam simbolisme Mesir, ular, terutama kobra, adalah lambang kekuasaan Firaun. Dengan mengubah tongkat gembala menjadi ular, Allah menyatakan bahwa Ia berkuasa atas kuasa tertinggi Mesir.

C. Reaksi Musa: ketakutan manusia dihadapan kuasa Allah

Musa lari ketika melihat ular itu. Ini menegaskan bahwa misi Allah bukan hanya tentang tanda luar, tetapi tentang pembentukan hati Musa agar ia belajar mempercayai Allah.

D. Perintah Allah untuk memegang ekor ular

Hal ini tidak masuk akal secara manusiawi; memegang ekor ular bisa membuatnya berbalik dan menggigit.

Tetapi inilah yang Allah inginkan:

  • Taat meskipun tidak nyaman.

  • Percaya meskipun masuk akal.

  • Berlaku berani karena kuasa Allah memampukan.

Ketika Musa memegang ekornya, ular itu kembali menjadi tongkat.

Pelajaran rohani:
Tongkat yang menjadi ular dan kembali menjadi tongkat menegaskan bahwa kuasa berasal dari Allah, bukan dari benda, bukan dari Musa, bukan dari teknik, tetapi dari Allah sendiri.

IV. TANDA KEDUA: TANGAN YANG MENJADI KUSTA (Keluaran 4:6–7)

Kemudian Allah memberikan tanda kedua: tangan Musa dimasukkan ke dada, lalu menjadi kusta.

A. Kusta melambangkan dosa dan ketidakmurnian

Dalam teologi Perjanjian Lama, kusta adalah simbol kuat dari najis, kematian rohani, dan penghakiman Allah.

Menurut Calvin:

“Tanda ini menyingkapkan bahwa penyebab utama penderitaan Israel bukan hanya Firaun, tetapi juga dosa yang melekat dalam kehidupan manusia.”

B. Allah menunjukkan bahwa Ia sanggup menyembuhkan

Tangan Musa sembuh kembali setelah dimasukkan lagi.

Ini menegaskan dua kebenaran Reformed:

  1. Allah berkuasa menghakimi melalui penyakit.

  2. Allah berkuasa memulihkan dan menyembuhkan.

Ini menunjuk kepada doktrin anugerah (grace): dosa mendatangkan kehancuran, tetapi anugerah Allah memulihkan sepenuhnya.

C. Musa belajar bahwa kuasa Allah bekerja dari dalam dirinya, bukan hanya di luar

Jika tanda pertama menunjukkan kuasa Allah melalui ciptaan, tanda kedua menunjukkan kuasa Allah bekerja dalam pribadi Musa.

Pelajarannya jelas:
Untuk melayani Allah, Musa harus disucikan terlebih dahulu.

Herman Bavinck menulis bahwa setiap karya Allah melalui manusia harus dimulai dengan “pembaharuan batin” terlebih dahulu. Musa harus mengalami kuasa Allah dalam dirinya sebelum ia menyampaikan kuasa itu keluar.

V. TANDA KETIGA: AIR MENJADI DARAH (Keluaran 4:8–9)

Jika mereka masih tidak percaya dua tanda sebelumnya, Allah memberikan tanda ketiga: air dari sungai Nil menjadi darah.

A. Air Nil adalah sumber kehidupan Mesir

Sungai Nil adalah:

  • Sumber air minum

  • Sumber pertanian

  • Sumber perikanan

  • Sumber perdagangan

  • Sumber ilah-ilah Mesir

Dengan mengubah air menjadi darah, Allah sedang menyatakan bahwa Ia berdaulat atas kehidupan dan kehancuran.

B. Darah melambangkan hukuman

Air berubah menjadi darah adalah simbol penghakiman.

Ini adalah awal dari sepuluh tulah, yaitu pukulan langsung kepada ilah-ilah Mesir.

John Owen mengatakan bahwa tanda ini menunjukkan “kontras antara hidup dan maut; Allah adalah sumber keduanya sesuai kehendak-Nya yang kudus.”

C. Tanda ini menunjuk kepada Kristus

Ada kesamaan simbol:

  • Air Nil menjadi darah → tanda penghakiman

  • Darah Kristus → sumber keselamatan

Air berubah menjadi darah adalah gambaran keadilan Allah.
Darah Kristus adalah gambaran anugerah Allah.

Maka Alkitab menegaskan dua sisi yang tidak terpisahkan:
keadilan Allah yang kudus dan kasih Allah yang menyelamatkan.

VI. TIGA TANDA ITU MENYINGKAPKAN TEologi ATAS KUASA ALLAH

Tiga tanda itu bukan sekadar trik ajaib, tetapi wahyu teologis yang sangat kaya.

A. Allah memakai hal yang kecil untuk dampak besar

Tongkat sederhana menjadi alat mujizat.

B. Allah menyatakan kuasa-Nya atas kehidupan, dosa, dan bangsa-bangsa

  • Tongkat → ular: kuasa atas ciptaan

  • Tangan kusta: kuasa atas manusia

  • Air Nil → darah: kuasa atas bangsa dan ilah-ilah

C. Allah memulai perubahan dari dalam diri pelayan-Nya terlebih dahulu

Musa mengalami tanda kedua dalam tubuhnya sendiri.

D. Allah mengarahkan tanda itu untuk satu tujuan: membebaskan umat-Nya

Semua tanda Allah selalu menuju satu arah: keselamatan umat pilihan-Nya.

VII. MUSA, KITA, DAN KRISTUS

Tanda-tanda dalam Keluaran 4:2–9 menjadi bayangan dari karya Kristus.

A. Tongkat menunjuk kepada salib Kristus

  • Benda sederhana

  • Dipakai Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya

  • Melalui salib, kuasa Iblis dihancurkan

B. Tangan kusta menunjuk pada karya penyucian Kristus

Yesus menyentuh orang kusta dan menyembuhkan mereka — simbol bahwa Ia menyembuhkan penyakit dosa.

C. Air menjadi darah menunjuk pada darah Yesus

Darah-Nya bukan tanda penghukuman, tetapi keselamatan.

D. Musa hanya alat, Kristus adalah Penggenap

Musa membawa tanda-tanda lahiriah.
Kristus membawa realitas rohani.

Musa membawa pembebasan dari Mesir.
Kristus membawa pembebasan dari dosa.

VIII. APLIKASI PRAKTIS

Lalu apa pesan bagi kita?

1. Allah memakai apa yang ada pada kita

Pertanyaannya bukan:
“Apakah aku cukup hebat?”

Tetapi:
“Apakah aku menyerahkan apa yang ada di tanganku kepada Tuhan?”

Talenta kecil, jabatan kecil, kesempatan kecil — semuanya bisa dipakai oleh Tuhan.

2. Kuasa Allah mengubahkan yang biasa menjadi luar biasa

Tongkat menjadi ular.
Hidup biasa menjadi berkat luar biasa.

3. Tuhan perlu memurnikan kita terlebih dahulu

Tangan Musa menjadi kusta adalah simbol bahwa:

  • Pelayanan harus dimulai dengan kesucian.

  • Tuhan menghendaki perubahan batin sebelum perubahan luar.

4. Allah memberikan tanda untuk meneguhkan iman

Allah mengerti keraguan Musa, dan Ia sabar menguatkan Musa melalui tanda-tanda.

Demikian pula Tuhan menguatkan kita melalui:

  • Firman

  • Sakramen

  • Penyertaan Roh Kudus

  • Persekutuan orang percaya

5. Tanda terbesar adalah Kristus sendiri

Semua tanda PL menunjuk kepada satu pribadi: Yesus Kristus.

KESIMPULAN

Allah bertanya kepada Musa: “Apa yang ada di tanganmu?”
Pertanyaan ini bukan hanya untuk Musa, tetapi untuk kita semua.

Mungkin di tangan kita hanya ada:

  • pekerjaan sederhana

  • bakat kecil

  • kapasitas terbatas

  • pelayanan kecil

  • hidup yang tampak biasa-biasa saja

Namun Allah berkata:
“Serahkan itu kepada-Ku, dan lihat apa yang bisa Aku lakukan.”

Tongkat Musa pada awalnya tampak tidak berharga.
Tetapi tongkat itu, setelah disentuh kuasa Allah, menjadi alat pembebasan umat Israel.

Demikian pula hidup kita.
Yang sederhana menjadi mulia di tangan Allah.
Yang kecil menjadi besar di tangan Allah.
Yang tidak berarti menjadi alat mujizat di tangan Allah.

Kiranya kita berkata:
“Tuhan, inilah yang ada di tanganku — pakailah untuk kemuliaan-Mu.”

Amin.

Next Post Previous Post