Markus 8:27–30 - Engkau adalah Sang Kristus

Pendahuluan: Pertanyaan yang Mengubah Segalanya
Di seluruh sejarah manusia, tidak ada pertanyaan yang lebih penting daripada yang diajukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya di Kaisarea Filipi:
“Namun, menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Pertanyaan ini tidak hanya menyentuh pengetahuan teologis, tetapi juga menyingkap isi hati manusia — apakah kita benar-benar mengenal Yesus sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya.
Peristiwa ini merupakan titik balik Injil Markus. Setelah delapan pasal tentang mukjizat dan pengajaran, Yesus membawa para murid ke wilayah yang jauh dari keramaian untuk satu tujuan: menegaskan siapa Dia sebenarnya dan apa artinya menjadi pengikut-Nya.
Teolog Reformed R.C. Sproul menulis:
“Tidak ada hal yang lebih penting bagi seseorang selain bagaimana ia menjawab pertanyaan Yesus: ‘Siapakah Aku ini?’ Sebab jawaban itu menentukan nasib kekal seseorang.”
Artikel ini akan menelusuri eksposisi Markus 8:27–30, menyingkapkan makna teologis dari pengakuan Petrus, dan meninjau pandangan beberapa pakar Reformed — termasuk Calvin, Edwards, dan Bavinck — untuk memahami apa arti sejati dari mengakui Kristus.
1. Latar Belakang: Kaisarea Filipi dan Konteks Pengakuan
Kaisarea Filipi terletak sekitar 40 km di utara Danau Galilea, di kaki Gunung Hermon.
Daerah ini dikenal sebagai pusat penyembahan berhala, terutama bagi dewa Yunani Pan. Ada kuil dan patung yang didedikasikan untuk kaisar Roma — simbol kekuasaan politik dan religius dunia.
Yesus dengan sengaja membawa murid-murid-Nya ke tempat ini — pusat penyembahan palsu — untuk menyingkapkan penyembahan sejati.
John Calvin dalam Commentary on the Synoptic Gospels menulis:
“Tuhan memilih tempat yang penuh dengan tanda-tanda penyembahan palsu, agar terang pengakuan yang benar bersinar lebih jelas.”
Dengan kata lain, pengakuan iman yang sejati selalu berdiri kontras terhadap budaya dunia.
2. Markus 8:27–28: Persepsi Dunia tentang Yesus
“Yesus melanjutkan perjalanan ... ‘Apa yang orang katakan tentang siapakah Aku?’
Mereka menjawab, ‘Yohanes Pembaptis, Elia, atau salah satu nabi-nabi.’”
Pertanyaan pertama Yesus adalah pertanyaan umum, menguji pemahaman murid tentang opini publik.
Jawaban mereka menunjukkan bahwa banyak orang menghormati Yesus, tetapi tidak mengenal Dia secara benar.
-
Sebagian melihat-Nya sebagai Yohanes Pembaptis — seorang moral reformer.
-
Sebagian lagi menganggap-Nya Elia — simbol kuasa dan mujizat.
-
Ada yang menyebut-Nya nabi besar — pembawa firman Allah.
Namun, semua jawaban itu salah. Mereka mengenali keistimewaan Yesus, tetapi tidak melihat keilahian-Nya.
John MacArthur menjelaskan:
“Orang-orang mengagumi Yesus, tetapi mereka tidak menyembah-Nya. Dunia masih melakukan hal yang sama — menghormati Yesus sebagai guru moral, namun menolak-Nya sebagai Tuhan.”
Dalam teologi Reformed, hal ini menggambarkan kondisi manusia yang tidak mampu mengenal Allah dengan benar tanpa pewahyuan Roh Kudus (1 Korintus 2:14).
Jonathan Edwards menulis:
“Pengetahuan tentang Kristus bukan hasil spekulasi manusia, melainkan penyataan ilahi di dalam hati.”
3. Markus 8:29: “Namun, menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Pertanyaan kedua bersifat pribadi dan menentukan.
Yesus tidak menanyakan opini, melainkan iman pribadi.
a. Dari Pengetahuan Umum ke Pengakuan Pribadi
Kata Yunani yang digunakan, hymeis de, menekankan kontras: “Tetapi kamu — bagaimana dengan kamu?”
Yesus menuntut jawaban dari hati, bukan dari tradisi.
B.B. Warfield menulis:
“Iman bukan hanya pengakuan tentang fakta sejarah Yesus, tetapi penyerahan diri kepada-Nya sebagai Kristus yang hidup.”
b. Jawaban Petrus: “Engkau adalah Sang Kristus”
Pengakuan Petrus singkat, namun sarat makna teologis:
“Engkau adalah Sang Kristus” (ho Christos).
Kata “Kristus” berarti “Yang Diurapi” (Mashiach dalam Ibrani).
Ini menunjuk pada tiga jabatan Mesias: Raja, Imam, dan Nabi.
John Calvin menulis dalam Institutes (II.15.1):
“Kita harus mengingat bahwa nama ‘Kristus’ mencakup tiga jabatan: Raja yang memerintah, Imam yang menebus, dan Nabi yang mengajar. Dalam mengenal Kristus, kita mengenal semua yang kita butuhkan untuk keselamatan.”
Artinya, dalam satu kalimat, Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Pemenuhan dari seluruh rencana keselamatan Allah.
4. Asal Pengakuan Iman: Pekerjaan Roh Kudus
Dalam Injil Matius (16:17), Yesus menegaskan bahwa pengakuan Petrus tidak berasal dari manusia:
“Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku di surga.”
Herman Bavinck menegaskan bahwa iman sejati selalu hasil pekerjaan Roh Kudus yang membukakan mata hati manusia.
“Iman adalah respons dari kehidupan baru yang ditanamkan Allah. Pengakuan Petrus adalah buah dari regenerasi.” (Reformed Dogmatics, IV: 233)
Jadi, pengakuan “Engkau adalah Kristus” bukan sekadar hasil pengetahuan atau pengalaman, melainkan tanda bahwa kehidupan Allah telah hadir dalam jiwa manusia — sejalan dengan konsep “The Life of God in the Soul of Man” yang diuraikan sebelumnya.
R.C. Sproul menulis:
“Tidak ada yang bisa menyebut Yesus sebagai Tuhan dengan benar kecuali oleh Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Iman sejati bukanlah kesimpulan rasional, melainkan pencerahan rohani.”
5. Markus 8:30: “Jangan beritahukan kepada siapa pun” — Rahasia Mesias
“Yesus memperingatkan mereka dengan tegas untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang diri-Nya.”
Mengapa Yesus melarang mereka memberitahukan hal ini?
Jawabannya terletak pada kesalahpahaman tentang Mesias di kalangan Yahudi.
Banyak orang menantikan Mesias politik yang akan menggulingkan Roma, bukan Juruselamat yang akan menderita.
William Lane, seorang teolog Reformed konservatif, menjelaskan:
“Larangan ini bukan untuk menyembunyikan kebenaran, tetapi untuk mencegah penyalahpahaman. Mesias sejati hanya bisa dimengerti melalui salib.”
Injil Markus menempatkan pengakuan ini tepat sebelum Yesus mulai menyingkapkan penderitaan-Nya (Markus 8:31).
Artinya, pengakuan tentang Kristus harus selalu disertai pemahaman tentang salib Kristus.
6. Kristus yang Benar: Raja, Imam, dan Nabi
Dalam perspektif Reformed, pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah “Sang Kristus” mencakup seluruh misi penebusan Allah dalam tiga jabatan Mesias.
a. Kristus sebagai Raja
Sebagai Raja, Yesus memerintah atas hati umat-Nya dan menaklukkan dosa.
John Calvin menulis:
“Kristus memerintah bukan dengan pedang dunia, tetapi dengan firman dan Roh-Nya, membawa kita tunduk di bawah kehendak Allah.”
Pengakuan “Engkau adalah Kristus” berarti mengakui kedaulatan Yesus atas hidup pribadi.
Ia bukan hanya Juru Selamat, tetapi juga Tuhan yang berdaulat.
b. Kristus sebagai Imam
Sebagai Imam, Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penebus dosa.
Ibrani 7:27 menegaskan bahwa Ia mempersembahkan korban sekali untuk selamanya.
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ menulis:
“Kristus tidak hanya membuka jalan keselamatan; Ia sendiri adalah jalan itu.”
Artinya, pengakuan iman sejati mencakup pengakuan bahwa tanpa salib, tidak ada keselamatan.
c. Kristus sebagai Nabi
Sebagai Nabi, Kristus menyatakan kehendak Allah kepada manusia.
Ia adalah Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14).
Herman Bavinck menulis:
“Dalam Kristus, Allah berbicara secara penuh dan terakhir. Tidak ada wahyu lain di luar Dia.”
Dengan demikian, mengakui Yesus sebagai Kristus berarti menundukkan pikiran di bawah otoritas firman-Nya.
7. Implikasi Reformed: Iman yang Mengakui Kristus
a. Iman Bukan Sekadar Pengetahuan
Reformed theology menegaskan bahwa iman sejati terdiri dari tiga aspek:
-
Notitia – pengetahuan tentang fakta Injil,
-
Assensus – persetujuan terhadap kebenaran itu,
-
Fiducia – kepercayaan pribadi kepada Kristus.
Pengakuan Petrus menunjukkan ketiganya. Ia tahu siapa Yesus (notitia), setuju bahwa Dia adalah Mesias (assensus), dan mempercayakan dirinya kepada-Nya (fiducia).
John Murray menulis:
“Iman bukan sekadar mengetahui kebenaran, tetapi bersandar sepenuhnya pada Kristus yang menjadi kebenaran itu.”
b. Iman yang Teruji Melalui Salib
Setelah pengakuan Petrus, Yesus langsung menubuatkan penderitaan-Nya (Markus 8:31).
Ini menunjukkan bahwa pengakuan iman sejati tidak bisa dipisahkan dari salib.
Dietrich Bonhoeffer, walau bukan Reformed klasik, mengekspresikan prinsip yang senada dengan Reformed orthodoxy:
“Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia memanggilnya untuk datang dan mati.”
John Calvin menyatakan:
“Kristus tidak dapat dikenali secara benar tanpa salib-Nya. Sebab kemuliaan Kristus tersembunyi dalam penderitaan.”
c. Iman yang Teruji dalam Konteks Dunia Modern
Hari ini, banyak orang masih menjawab pertanyaan Yesus dengan jawaban yang salah:
Yesus sebagai guru moral, motivator, atau simbol kasih universal.
Namun iman Reformed menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, satu-satunya Jalan menuju Allah.
R.C. Sproul mengingatkan:
“Kita tidak memiliki hak untuk mendefinisikan Yesus menurut selera kita. Kita hanya bisa mengenal Dia sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya dalam Kitab Suci.”
8. Pengakuan Iman dan Gereja
Pengakuan Petrus menjadi fondasi gereja (Matius 16:18).
Bukan pribadi Petrus yang menjadi batu, melainkan pengakuannya tentang Kristus.
John Calvin menegaskan:
“Gereja dibangun bukan di atas manusia, tetapi di atas pengakuan bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.”
Dengan demikian, setiap kali gereja menyatakan “Yesus adalah Tuhan,” ia memperbarui pengakuan Petrus dan meneguhkan identitasnya sebagai tubuh Kristus.
9. Refleksi Teologis: Dari Pengakuan ke Pengenalan
Pengakuan “Engkau adalah Kristus” adalah titik awal perjalanan iman, bukan akhir.
Dalam hidup Reformed, pengakuan harus diikuti oleh pengenalan yang semakin dalam tentang Kristus.
Jonathan Edwards menulis:
“Semakin kita mengenal Kristus, semakin kita melihat keindahan-Nya yang tak terhingga. Iman sejati bertumbuh menjadi kekaguman dan kasih yang semakin besar.”
Pengenalan ini membawa transformasi hidup, sebagaimana dikatakan Paulus:
“Supaya aku mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.” (Filipi 3:10)
10. Penerapan: Menghidupi Pengakuan Iman
a. Secara Pribadi
-
Periksa: Siapakah Yesus bagiku?
-
Apakah Dia hanya sosok dalam doktrin, atau Tuhan yang hidup di hatiku?
b. Dalam Komunitas Gereja
-
Gereja harus menjadi tempat di mana Kristus dimuliakan, bukan pemimpin manusia.
-
Segala pelayanan harus berpusat pada Injil Kristus, bukan budaya populer.
c. Dalam Dunia
-
Pengakuan “Engkau adalah Kristus” menuntun kita untuk menyaksikan Kristus di tengah dunia yang menolak-Nya.
-
Kita dipanggil untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup: Siapakah Kristus Bagimu?
Pertanyaan Yesus di Kaisarea Filipi tetap bergema hingga hari ini:
“Namun, menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Jawaban setiap orang akan menentukan hidup kekalnya.
Pengakuan sejati bukan hanya di bibir, tetapi dari hati yang diperbarui oleh Roh Kudus.
Sebagaimana Petrus, kita pun dipanggil untuk berkata dengan iman:
“Engkau adalah Sang Kristus, Anak Allah yang hidup.”
Dan seperti Petrus juga, kita harus belajar bahwa mengenal Kristus berarti mengikut Dia ke salib — sebab di sanalah kasih dan kemuliaan Allah dinyatakan.