Matius 7:17–20 - Orang Kristen yang Berbuah
Eksposisi Matius 7:17–20 dan Pandangan Teologi Reformed tentang Kehidupan yang Dihasilkan oleh Anugerah
Pendahuluan: Iman yang Nampak dari Buahnya
Dalam khotbah di bukit, Yesus memberikan sebuah kriteria yang tajam untuk menilai kebenaran sejati: bukan dengan kata-kata, bukan pula dengan penampilan rohani, tetapi dengan buah. Ia berkata, “Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka.” (Matius 7:20).
Perkataan ini tidak hanya berlaku bagi nabi-nabi palsu, tetapi juga bagi setiap orang yang mengaku sebagai murid Kristus. Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan hubungan yang tidak terpisahkan antara iman yang sejati dan buah kehidupan yang nyata.
John Calvin menulis dalam Institutes of the Christian Religion:
“Kita dibenarkan oleh iman saja, tetapi iman yang membenarkan itu tidak pernah sendirian.”
Artinya, buah bukan dasar keselamatan, tetapi bukti nyata dari iman yang hidup.
1. Konteks Khotbah di Bukit: Peringatan terhadap Kemunafikan
Yesus sedang berbicara di akhir Sermon on the Mount (Matius 5–7). Di sini Ia memperingatkan umat tentang nabi-nabi palsu yang tampak saleh namun tidak memiliki kehidupan rohani sejati. Mereka “datang dengan pakaian domba, tetapi di dalamnya serigala yang buas” (Matius 7:15).
Dalam konteks ini, Yesus menggunakan metafora pohon dan buah untuk menggambarkan identitas sejati seseorang.
-
Pohon yang baik menggambarkan hati yang diperbarui oleh anugerah Allah.
-
Pohon yang tidak baik menggambarkan hati yang masih dikuasai oleh dosa.
Thomas Watson menulis dalam The Beatitudes:
“Kebajikan sejati tumbuh dari akar kasih karunia. Sebuah pohon tidak dapat menghasilkan buah manis jika akarnya pahit.”
2. “Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17)
Perkataan Yesus di ayat 17 menyatakan hukum moral rohani yang mutlak: karakter menentukan perilaku.
Dalam teologi Reformed, hal ini berkaitan dengan doktrin kelahiran baru (regeneration). Hanya orang yang hatinya dihidupkan oleh Roh Kudus yang mampu menghasilkan buah kebenaran.
Jonathan Edwards dalam A Treatise Concerning Religious Affections menulis:
“Kasih karunia sejati yang bekerja di hati tidak bisa diam; ia selalu menghasilkan buah yang kelihatan dalam kehidupan.”
Orang Kristen yang sejati tidak hanya mengaku percaya, tetapi kehidupannya secara alami memperlihatkan hasil dari iman tersebut.
-
Ia mencintai kebenaran.
-
Ia membenci dosa.
-
Ia menumbuhkan kasih, kesabaran, dan kerendahan hati.
Buah ini tidak muncul karena tekanan hukum, tetapi karena sifat baru yang diberikan oleh Kristus sendiri (2 Korintus 5:17).
3. “Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik” (Matius 7:17b–18)
Yesus tidak meninggalkan ruang abu-abu. Ia menegaskan: “Pohon yang baik tidak mungkin menghasilkan buah yang tidak baik.”
Dalam pandangan Reformed, ini menunjukkan ketidakmungkinan moral bagi seseorang yang telah dilahirkan kembali untuk hidup terus-menerus dalam dosa tanpa pertobatan.
John Owen berkata:
“Anugerah yang sejati tidak pernah tidak aktif. Ia selalu bekerja melawan dosa dan menumbuhkan kesucian.”
Namun, bukan berarti orang percaya tidak pernah jatuh dalam dosa. Perbedaannya adalah:
-
Orang yang belum lahir baru hidup dalam dosa dan menikmatinya.
-
Orang yang lahir baru berduka karena dosa dan berjuang melawannya.
Yesus sedang menekankan bahwa kualitas buah bergantung pada natur pohon. Jika hati manusia masih mati dalam dosa, buahnya akan tetap busuk meskipun terlihat religius.
Itulah sebabnya banyak “buah rohani palsu” — aktivitas gereja, pelayanan, atau kata-kata yang saleh — yang ternyata tidak lahir dari kasih kepada Allah, melainkan dari kesombongan atau motivasi duniawi.
4. “Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang” (Matius 7:19)
Kalimat ini mengguncang kita dengan realitas penghakiman Allah. Pohon yang tidak berbuah akan ditebang dan dibuang ke dalam api — sebuah simbol penghukuman kekal.
John Calvin menafsirkan:
“Yesus bukan sedang berbicara tentang kehilangan anugerah, melainkan tentang mereka yang tidak pernah memiliki kehidupan ilahi sejak awal.”
Teologi Reformed melihat hal ini sebagai konfirmasi bahwa keselamatan sejati menghasilkan ketekunan (perseverance). Orang pilihan tidak akan dibiarkan tanpa buah.
R.C. Sproul menulis dalam Essential Truths of the Christian Faith:
“Ketiadaan buah adalah bukti ketiadaan iman.”
Buah bukan syarat untuk diselamatkan, tetapi konfirmasi bahwa seseorang memang telah diselamatkan.
5. “Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka” (Matius 7:20)
Yesus mengulangi frasa ini untuk menekankan: buah adalah tanda otentik dari iman sejati.
Dalam kehidupan praktis, ini berarti bahwa integritas, kasih, dan kesetiaan dalam kehidupan seseorang berbicara lebih keras daripada pengakuan iman atau karunia rohani.
Herman Bavinck menulis:
“Kehidupan Kristen bukan sekadar pengakuan doktrin, melainkan transformasi hidup oleh Roh Kudus yang menghasilkan kebaikan yang nyata.”
Di sini kita menemukan keseimbangan antara iman dan perbuatan. Reformasi menolak legalisme, tetapi juga menolak iman yang mati. Martin Luther berkata:
“Kita diselamatkan oleh iman saja, tetapi iman sejati tidak pernah sendirian; ia selalu menghasilkan perbuatan.”
6. Buah yang Dikehendaki Allah
Apa sebenarnya buah yang dimaksud Yesus?
Dalam seluruh Kitab Suci, “buah” mencakup beberapa aspek:
-
Buah karakter – Seperti dalam Galatia 5:22–23: kasih, sukacita, damai, kesabaran, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
Calvin: “Buah Roh adalah tanda paling jelas dari Roh yang bekerja dalam diri manusia.”
-
Buah ketaatan – Seperti dalam Yohanes 14:15: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-Ku.”
Watson: “Kasih tanpa ketaatan adalah bunga tanpa buah.”
-
Buah pelayanan – Roma 1:13 berbicara tentang hasil rohani dari pelayanan Paulus.
Edwards: “Pelayanan yang benar adalah limpahan kasih kepada Allah dan sesama, bukan pencarian kehormatan diri.”
-
Buah pertobatan – Matius 3:8, “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”
Owen: “Pertobatan sejati bukan air mata, tetapi perubahan hati.”
7. Hubungan antara Buah dan Akar: Anugerah sebagai Sumbernya
Teologi Reformed selalu menegaskan bahwa buah kehidupan Kristen bukan hasil kekuatan manusia, tetapi hasil anugerah Allah yang bekerja melalui Roh Kudus.
Efesus 2:10 berkata,
“Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.”
Dengan kata lain, akar dari semua buah rohani adalah kasih karunia.
John Piper menulis:
“Buah yang sejati muncul ketika Kristus menjadi harta utama hati kita.”
Tanpa kesatuan dengan Kristus, tidak ada kehidupan. Yohanes 15:5 menegaskan, “Terpisah dari-Ku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
8. Bahaya Buah yang Palsu: Agama Tanpa Kehidupan
Yesus menegur keras mereka yang menghasilkan buah palsu — orang-orang yang tampak rohani, tetapi hatinya jauh dari Allah.
Matius 7:21–23 (lanjutan dari teks ini) memperingatkan:
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Reformed theology menyebut fenomena ini sebagai external religiosity without regeneration — kesalehan lahiriah tanpa kelahiran baru.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Nabi palsu bukan hanya guru sesat, tetapi setiap orang yang mengaku mengenal Kristus namun menyangkal-Nya dengan gaya hidupnya.”
Buah palsu bisa berupa:
-
Kesalehan yang dibangun atas kebanggaan diri.
-
Aktivitas gereja tanpa pertobatan sejati.
-
Kebaikan moral yang tidak bersumber dari kasih kepada Allah.
9. Orang Kristen yang Berbuah: Hidup yang Dipenuhi Roh Kudus
Dalam pandangan Reformed, kehidupan Kristen adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus yang berdiam di dalam orang percaya.
Galatia 5:25 berkata, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.”
Itulah sebabnya buah sejati tidak bisa diproduksi oleh usaha manusia. Ia tumbuh secara alami ketika seseorang hidup dalam persekutuan dengan Kristus dan berjalan dalam ketaatan kepada Roh.
John Owen menulis dalam Communion with God:
“Berbuah bukan hasil usaha moralistik, tetapi hasil dari persekutuan yang hidup dengan Allah Tritunggal.”
10. Buah Sebagai Kesaksian dan Kemuliaan Allah
Matius 5:16 berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Buah bukan untuk kemuliaan diri, tetapi untuk kemuliaan Allah.
Calvin berkata:
“Seluruh hidup orang Kristen adalah panggung di mana kemuliaan Allah dipertunjukkan.”
Orang Kristen yang berbuah menjadi saksi kasih karunia di dunia yang haus akan kebenaran. Hidupnya menunjukkan realitas Injil tanpa perlu banyak kata.
11. Ketekunan dalam Berbuah: Panggilan untuk Bertumbuh
Buah rohani tidak muncul seketika. Pertumbuhan itu memerlukan waktu, disiplin, dan ketaatan yang terus-menerus.
Bavinck menulis:
“Anugerah bekerja seperti musim semi yang perlahan menumbuhkan bunga; ia tidak tergesa, tetapi pasti.”
Itulah sebabnya gereja Reformed menekankan means of grace — sarana pertumbuhan rohani:
-
Firman yang diberitakan,
-
Sakramen yang dihayati,
-
Doa yang terus dilakukan,
-
Persekutuan yang saling meneguhkan.
12. Peneguhan Diri: Ujian Buah dalam Hidup Kita
2 Korintus 13:5 berkata, “Ujilah dirimu, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.”
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memeriksa:
-
Apakah hidupku mencerminkan kasih Kristus?
-
Apakah aku berbuah dalam kesabaran, kasih, dan ketaatan?
-
Apakah kehidupanku menjadi berkat bagi orang lain?
Watson berkata:
“Buah tidak diukur dari seberapa besar pelayananmu, tetapi dari seberapa dalam kasihmu kepada Kristus.”
Kesimpulan: Pohon yang Baik, Buah yang Baik
Yesus menutup pengajarannya dengan prinsip sederhana namun mendalam: pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.
Ini bukan panggilan untuk sekadar berusaha lebih keras, tetapi untuk hidup lebih dekat dengan Kristus.
Ketika akar iman menancap dalam kasih karunia, buah kebenaran akan muncul secara alami.
Seperti dikatakan oleh Jonathan Edwards:
“Kekudusan sejati adalah keindahan Kristus yang terpantul dalam jiwa manusia.”
Maka, jadilah orang Kristen yang berbuah — bukan karena ingin dikagumi, tetapi karena hidupmu bersumber dari Kristus yang hidup di dalammu.
“Demikian juga, setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik...” (Matius 7:17)
