Mazmur 9:19–20 - Bangkitlah, Ya Tuhan: Doa Memohon Intervensi Allah

Mazmur 9:19–20 - Bangkitlah, Ya Tuhan: Doa Memohon Intervensi Allah

Mazmur 9:19–20:
“Bangkitlah, ya TUHAN, janganlah manusia mempunyai kuasa; biarlah bangsa-bangsa dihakimi di hadapan muka-Mu! Jadikanlah mereka takut, ya TUHAN! Biarlah bangsa-bangsa mengetahui bahwa mereka hanyalah manusia!”

PENDAHULUAN: DOA DI TENGAH KEGONCANGAN DUNIA

Mazmur 9 merupakan mazmur pujian dan permohonan, suatu kombinasi unik antara syukur dan seruan mendesak. Pada ayat 19–20, Daud mengakhiri mazmur dengan sebuah doa peperangan rohani, memohon intervensi Allah terhadap bangsa-bangsa yang menindas umat-Nya.

Daud tidak meminta kekuatan untuk membalas. Ia tidak meminta strategi politik. Ia tidak meminta kemampuan diplomasi. Ia hanya meminta satu hal:

Bahwa Tuhan bangkit dan menyatakan diri-Nya.

Mazmur ini sangat relevan untuk zaman kita – ketika bangsa-bangsa bergolak, kejahatan tampak semakin kuat, dan manusia semakin meninggikan diri.

Melalui eksposisi ini, kita akan melihat empat hal utama:

  1. Allah adalah Pembela Umat-Nya

  2. Kesombongan Manusia yang Tidak Berdaya

  3. Tindakan Penghakiman Tuhan atas Bangsa-Bangsa

  4. Tujuan Intervensi Allah: Agar Manusia Mengenal Siapa Mereka

I. “BANGKITLAH, YA TUHAN” – ALLAH ADALAH PEMBELA UMAT-NYA

Ayat dibuka dengan kalimat seruan:
“Bangkitlah, ya TUHAN.”

Ungkapan ini sering muncul dalam Alkitab, terutama dalam konteks peperangan Israel (Bil. 10:35). Ini adalah permohonan agar Allah bergerak, bertindak, dan menyatakan kuasa-Nya.

1.1. Calvin: Seruan iman, bukan keputusasaan

John Calvin menekankan bahwa seruan Daud bukanlah tanda putus asa, tetapi ekspresi iman yang teguh. Calvin berkata:

“Daud berseru bukan karena Allah tidak hadir, tetapi karena Allah sering menyembunyikan diri-Nya untuk menguji iman umat-Nya.”

Dengan kata lain, ketika kita berkata, “Tuhan, bangkitlah!” kita tidak sedang menyuruh Tuhan bangun – seolah-olah Ia tidur – tetapi kita sedang menyatakan:

“Tuhan, kami percaya hanya Engkau yang sanggup menolong.”

1.2. Matthew Henry: Allah tampak diam, tetapi tidak pernah absen

Henry menambahkan bahwa Mazmur ini ditulis ketika Daud mengalami tekanan hebat dari musuh. Namun ia berkata:

“Ketika Allah tampak lambat dalam menolong, Ia sedang mengatur kemenangan yang lebih besar.”

Ini berarti, dalam masa penantian, Tuhan tidak sedang pasif.
Ia sedang mengatur.

Ia sedang bekerja.

Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

1.3. Spurgeon: Doa yang mengguncang musuh

Charles Spurgeon menyebut ayat ini sebagai doa peperangan, yang menggerakkan kekuatan surgawi:

“Ketika orang percaya berseru ‘Bangkitlah, ya Tuhan’, maka seluruh kerajaan surga bergerak.”

Ini menunjukkan betapa kuatnya doa umat Tuhan ketika menghadapi bangsa-bangsa yang melawan Tuhan.

II. “JANGANLAH MANUSIA MEMPUNYAI KUASA” – KETERBATASAN DAN KELEMAHAN MANUSIA

Daud melanjutkan dengan permohonan:
“janganlah manusia mempunyai kuasa.”

Kata enosh dalam bahasa Ibrani berarti manusia yang lemah, rapuh, fana. Daud sedang meminta Tuhan membatasi kesombongan manusia, karena manusia memiliki kecenderungan mengambil alih tahta Allah.

2.1. Kesombongan manusia – masalah sepanjang zaman

Dalam pandangan Reformed, terutama menurut Calvin, akar dari dosa adalah kesombongan:

“Tidak ada hal yang lebih berbahaya daripada manusia yang melupakan bahwa dirinya hanyalah debu.”

Mazmur ini menunjukkan bahwa ketika Tuhan tidak membatasi manusia, manusia akan:

  • menindas yang lemah,

  • membangun kerajaan sendiri,

  • berperang demi ambisi,

  • menolak hukum Tuhan,

  • meninggikan "kemanusiaan" di atas Allah.

2.2. John Gill: Manusia ingin memerintah, tetapi tidak mampu

John Gill menafsirkan frasa ini demikian:

“Manusia berusaha mengambil kuasa, tetapi mereka tidak memiliki hikmat, kuasa, atau kekuatan moral untuk memerintah tanpa Allah.”

Inilah tragedi dunia:
Manusia ingin berkuasa, tetapi tidak mampu memerintah dengan benar.

Manusia ingin menjadi Tuhan, tetapi tidak sanggup mengatasi dosa dalam dirinya.

2.3. Spurgeon: dunia hancur ketika Tuhan ‘membiarkan’ manusia

Salah satu komentar Spurgeon berkata:

“Ketika Tuhan menarik tangan-Nya dan membiarkan manusia berkuasa menurut kehendaknya sendiri, itulah awal dari kekacauan.”

Lihatlah dunia:

  • perang,

  • korupsi,

  • ideologi yang menolak Tuhan,

  • budaya yang merayakan dosa,

  • masyarakat yang menolak kebenaran.

Semua ini terjadi ketika manusia “mempunyai kuasa” tanpa takut akan Tuhan.

Daud mengerti hal ini, karena itu ia berdoa:
Tuhan, batasi ambisi manusia!

III. “BIARLAH BANGSA-BANGSA DIHAKIMI DI HADAPAN MUKA-MU” – PENGHAKIMAN TUHAN ATAS DUNIA

Daud tidak hanya berdoa untuk perlindungan pribadi, tetapi untuk penghakiman Allah atas bangsa-bangsa.

Ini adalah tema besar dalam teologi Reformed:
Allah adalah Raja atas bangsa-bangsa.

3.1. Calvin: Penghakiman Allah adalah kemenangan umat

Calvin menegaskan bahwa setiap kali Daud memohon agar Tuhan menghakimi bangsa-bangsa, itu bukanlah kebencian pribadi, tetapi permohonan agar keadilan Allah dinyatakan.

“Ketika Allah menghakimi bangsa-bangsa, Ia sedang membenarkan umat-Nya dan mematahkan kesombongan musuh.”

Otoritas bangsa-bangsa tidak absolut; hanya Allah yang memiliki kuasa tertinggi.

3.2. Penghakiman Allah tidak dapat dihindari

Mazmur 9 menunjukkan bahwa:

  • bangsa yang menindas akan dihantar ke kebinasaan,

  • kuasa duniawi bersifat sementara,

  • kerajaan manusia akan runtuh.

Sejarah membuktikan hal ini:

  • Babel jatuh,

  • Persia runtuh,

  • Yunani pudar,

  • Romawi hancur,

  • kekaisaran dunia bangkit tapi tidak bertahan.

Bangsa yang melupakan Tuhan akan dihukum.

3.3. Matthew Henry: Penghakiman Allah adalah pengingat bagi dunia

Henry menulis:

“Allah menghakimi bukan hanya untuk menghukum, tetapi untuk mengajar.”

Penghakiman Tuhan bukan sekadar tindakan penghukuman, tetapi juga penyingkapan.

Tujuannya: dunia melihat siapa Tuhan.

Ketika Allah menghakimi, Ia sedang berkata:

“Akulah Tuhan, bukan manusia.”

IV. “JADIKANLAH MEREKA TAKUT, YA TUHAN!” – TUJUAN ALLAH: AGAR MANUSIA MENYADARI KEFANAANNYA

Ayat terakhir menyatakan:
“Jadikanlah mereka takut, ya Tuhan! Biarlah bangsa-bangsa mengetahui bahwa mereka hanyalah manusia!”

Ini adalah kesimpulan teologis dari seluruh mazmur:
Ketika Tuhan campur tangan, tujuan-Nya adalah agar manusia sadar bahwa mereka bukan Tuhan.

4.1. Ketakutan yang menyelamatkan

Takut akan Tuhan bukanlah ketakutan yang menghancurkan, tetapi ketakutan yang membawa manusia kembali kepada:

  • pertobatan,

  • penyembahan,

  • ketundukan,

  • pengakuan akan kemahakuasaan Allah.

Calvin berkata:

“Takut yang sejati membawa manusia kepada ketaatan yang sejati.”

Bangsa-bangsa harus belajar takut kepada Tuhan – bukan melalui tekanan politik atau moral, tetapi melalui penyataan kuasa Allah sendiri.

4.2. Spurgeon: Dunia melupakan bahwa manusia hanyalah manusia

Spurgeon berkata:

“Kajilah sejarah: setiap kali manusia melupakan bahwa ia hanyalah manusia, Tuhan merendahkannya dengan cara yang paling menggentarkan.”

Ini adalah kebenaran besar:

  • manusia adalah rapuh,

  • hidup manusia seperti uap,

  • kuasa manusia terbatas,

  • moral manusia rusak.

Tetapi manusia terus berusaha menggantikan Allah – baik melalui ideologi, moralitas, politik, teologi liberal, atau humanisme.

Mazmur ini mengingatkan:

Tuhan akan bertindak dan menempatkan manusia di posisi yang benar.

4.3. John Gill: Allah menundukkan bangsa-bangsa dengan cara yang misterius

Gill menekankan bahwa Tuhan tidak selalu menghakimi bangsa-bangsa dengan cara yang spektakuler. Kadang:

  • ekonomi hancur,

  • pemimpin jatuh,

  • alam bergolak,

  • moral masyarakat runtuh,

  • kejahatan menjadi bumerang bagi pelakunya.

Inilah cara Tuhan berkata:
“Kalian hanyalah manusia.”

V. APLIKASI PRAKTIS BAGI ORANG PERCAYA

5.1. Berdoa seperti Daud: mengakui ketidakberdayaan manusia

Kita perlu berdoa:

  • agar Tuhan membatasi kejahatan manusia,

  • agar Tuhan menopang pemerintah yang takut Tuhan,

  • agar Tuhan menahan ambisi pemimpin yang menindas,

  • agar bangsa-bangsa sadar bahwa mereka bukan Allah.

Dalam dunia yang semakin meninggikan kemanusiaan di atas firman Tuhan, doa Daud menjadi sangat relevan.

5.2. Menyerahkan keadilan kepada Allah

Mazmur ini mengajar:

  • jangan membalas kejahatan dengan kejahatan,

  • jangan mengandalkan kekuatan manusia,

  • jangan menaruh harapan pada sistem politik dunia.

Tuhan ada di atas segalanya.
Ia melihat.
Ia tahu.
Ia akan bertindak.

5.3. Hidup dalam ketakutan yang benar – takut akan Tuhan

Ketika kita menyadari:

  • siapa Allah,

  • siapa manusia,

  • siapa kita di hadapan-Nya,

kita akan hidup dalam:

  • kerendahan hati,

  • pertobatan,

  • ketaatan,

  • penyembahan yang sejati.

Takut akan Tuhan membebaskan kita dari ketakutan yang lain.

5.4. Mengingat bahwa Tuhan adalah Raja atas bangsa-bangsa

Mazmur ini menanamkan pandangan dunia Reformed:

“Tuhan berdaulat atas sejarah, politik, bangsa-bangsa, dan masa depan.”

Tidak ada satu pun yang dapat melampaui kuasa Tuhan.

KESIMPULAN

Mazmur 9:19–20 adalah doa yang mengungkapkan inti dari teologi Alkitab:

  • Allah berdaulat atas dunia,

  • manusia rapuh dan terbatas,

  • bangsa-bangsa berada di bawah penghakiman Tuhan,

  • tujuan Allah adalah agar manusia menyadari siapa mereka.

Ketika kita melihat dunia gelap, ketika kejahatan tampak menang, ketika bangsa-bangsa meninggikan diri, doa Daud harus menjadi doa kita:

“Bangkitlah, ya Tuhan.”

Sebab hanya Tuhan yang dapat:

  • membungkam kesombongan manusia,

  • mematahkan ketidakadilan,

  • menghakimi bangsa-bangsa,

  • dan memulihkan umat-Nya.

Akhirnya, mazmur ini adalah panggilan untuk percaya bahwa:

Allah selalu menang.
Allah selalu memerintah.
Allah selalu menghakimi dengan benar.

Dan pada hari itu, bangsa-bangsa akan tahu:
mereka hanyalah manusia.

Next Post Previous Post