Pengalaman Dan Penerapan Praktis Dari Penebusan Kristus

Pendahuluan
Salah satu pokok kebenaran yang paling agung dalam seluruh Kitab Suci adalah doktrin pendamaian (atonement). Inilah inti dari Injil, jantung dari teologi Reformed, dan pusat dari seluruh wahyu Allah. Tanpa pendamaian, tidak ada pengampunan dosa; tanpa salib, tidak ada keselamatan; tanpa darah Kristus, tidak ada hubungan yang dipulihkan antara Allah dan manusia.
Namun, banyak orang Kristen hari ini berhenti pada pemahaman doktrinal tentang pendamaian, tanpa pernah mengalami kekuatan eksperimental dan praktis dari karya Kristus di salib. Mereka tahu bahwa Kristus mati untuk dosa, tetapi belum merasakan bagaimana salib itu membentuk hati, menaklukkan dosa, dan memulihkan kehidupan kudus.
Itulah sebabnya kita perlu memandang pendamaian bukan hanya sebagai sebuah teori teologis, tetapi sebagai kebenaran yang dialami. Sebagaimana dikatakan oleh John Owen:
“Kematian Kristus tidak hanya dimaksudkan untuk menjamin keselamatan secara hukum, tetapi juga untuk menerapkan keselamatan itu secara nyata di dalam jiwa orang percaya.”
Kita akan menelusuri makna ini dalam dua aspek utama:
-
Pandangan Eksperimental (Experimental View) – bagaimana pendamaian dialami secara pribadi dalam hati orang percaya.
-
Pandangan Praktis (Practical View) – bagaimana pendamaian membentuk kehidupan sehari-hari dalam kekudusan, kasih, dan ketaatan.
I. PENDAMAIAN SEBAGAI PENGALAMAN (EXPERIMENTAL VIEW)
1. Kristus sebagai Jalan Pendamaian yang Nyata
Dalam Roma 5:10, Paulus berkata:
“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.”
Pendamaian bukan sekadar ide atau teori, tetapi peristiwa nyata di mana Allah yang kudus dan manusia berdosa dipertemukan kembali melalui korban Kristus.
Menurut John Calvin, pendamaian bukan hanya menghapus murka Allah secara yuridis, tetapi juga “menarik hati manusia untuk kembali mencintai Allah yang telah lebih dahulu mengasihinya.”
Dengan kata lain, pendamaian bukan hanya peristiwa di kayu salib, tetapi juga peristiwa di dalam hati.
Calvin menulis dalam Institutes (II.16.1):
“Kristus, dengan darah-Nya, bukan hanya menanggung penghukuman kita, tetapi juga menenangkan hati nurani kita yang gelisah.”
Artinya, pengampunan tidak berhenti pada deklarasi forensik, tetapi berlanjut pada pengalaman damai sejahtera batiniah (Roma 5:1).
2. Roh Kudus sebagai Penerap Pendamaian
Menurut teologi Reformed, karya Kristus di salib diterapkan kepada orang percaya melalui Roh Kudus.
Charles Hodge menegaskan:
“Pendamaian Kristus adalah objektif dalam sifatnya, tetapi penerapannya adalah subjektif melalui karya Roh Kudus.”
Pendamaian menjadi pengalaman eksperimental ketika Roh Kudus menyingkapkan kepada hati kita realitas bahwa Kristus telah mati untukku.
Inilah yang dikatakan Paulus dalam Galatia 2:20:
“...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Perhatikan kata “untuk aku.”
Pendamaian yang sejati menjadi nyata saat kita melihat salib bukan hanya sebagai sejarah, tetapi sebagai pengalaman pribadi.
Saat kita menangis di bawah salib, kita menyadari bahwa di sana bukan hanya dosa dunia yang dipikul, tetapi dosa saya.
Thomas Boston menyebut ini sebagai “pendamaian yang diterapkan” (applied reconciliation). Ia berkata:
“Salib tidak menyelamatkan siapa pun kecuali ketika salib itu dibawa ke dalam hati oleh Roh Kudus.”
3. Pengalaman Kedamaian dan Pembaruan Hati
Efek pertama dari pendamaian adalah damai dengan Allah (Roma 5:1). Tapi efek keduanya adalah pembaruan hati (2 Korintus 5:17-18).
Pendamaian bukan hanya menghapus rasa bersalah, tetapi juga mengubah natur lama menjadi baru.
Martyn Lloyd-Jones menulis:
“Tidak ada orang yang benar-benar memahami pendamaian Kristus yang tidak berubah dalam kasihnya kepada Allah dan dalam kebenciannya terhadap dosa.”
Pendamaian yang eksperimental selalu menghasilkan transformasi moral.
Ketika kasih Allah yang menebus dirasakan dalam kedalaman jiwa, dosa tidak lagi terasa manis.
Hati yang dulu dingin kini menjadi hangat oleh kasih Kristus.
Inilah pengalaman yang dialami oleh Daud ketika ia berkata dalam Mazmur 32:1–2:
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!”
Pendamaian Kristus menjadikan kata “berbahagia” itu bukan teori, melainkan kenyataan hidup.
II. PANDANGAN PRAKTIS DARI PENEBUSAN (PRACTICAL VIEW)
1. Pendamaian Menjadi Dasar Etika Kristen
Pendamaian bukan hanya menjawab persoalan dosa, tetapi juga menjadi dasar etika Kristen.
Dalam Efesus 5:1–2 Paulus menulis:
“Hendaklah kamu menjadi penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih, dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Artinya, pendamaian bukan sekadar menyelamatkan kita dari neraka, tetapi memanggil kita untuk meniru kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ mengatakan:
“Kematian Kristus bukan hanya untuk menebus, tetapi juga untuk membentuk umat yang hidup bagi Allah.”
Pendamaian, dengan demikian, bukan hanya memulihkan posisi kita di hadapan Allah, tetapi juga membentuk karakter kita sesuai gambar Kristus.
2. Pendamaian Melahirkan Hidup Kudus
Pendamaian sejati menghasilkan kehidupan yang kudus.
Roma 6:6 menegaskan bahwa mereka yang telah disalibkan bersama Kristus tidak lagi menjadi hamba dosa.
Kristus bukan hanya menanggung akibat dosa, tetapi juga mematahkan kuasanya.
Calvin menulis:
“Kristus menebus kita bukan hanya supaya kita bebas dari hukuman, tetapi supaya kita menjadi milik Allah dan hidup dalam kekudusan.” (Institutes, II.16.2)
Pendamaian yang dipahami secara praktis berarti hidup yang diserahkan total kepada Allah.
Orang yang telah didamaikan dengan Allah tidak dapat lagi menikmati dosa dengan tenang.
Ia mencintai kekudusan karena di dalamnya ia menemukan keindahan Kristus.
3. Pendamaian Melahirkan Kasih dan Pengampunan kepada Sesama
Efesus 4:32 menasihati:
“Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Inilah penerapan praktis dari pendamaian.
Ketika kita menyadari betapa besar kasih dan pengampunan yang telah kita terima, kita tidak mungkin menahan kasih itu dari orang lain.
John Owen berkata:
“Tidak ada bukti yang lebih jelas dari seseorang yang telah mengenal pendamaian, selain bahwa ia sendiri menjadi pendamai bagi orang lain.”
Kristus, yang di salib berkata “Bapa, ampunilah mereka,” memanggil setiap orang percaya untuk hidup dengan semangat yang sama: mengampuni sebagaimana kita diampuni.
4. Pendamaian Menumbuhkan Kerendahan Hati dan Penyembahan
Pendamaian menundukkan hati yang sombong.
Ketika kita menyadari bahwa kita diselamatkan bukan karena jasa, melainkan karena kasih yang tidak layak, kita menjadi rendah hati.
Kita berhenti membanggakan diri dan mulai menyembah.
Jonathan Edwards menulis:
“Salib adalah tempat di mana kebanggaan manusia mati. Karena siapa yang dapat meninggikan diri ketika melihat Anak Allah tergantung menggantikan dirinya?”
Kebaktian sejati lahir dari jiwa yang terpesona oleh pendamaian.
Semakin kita memahami kedalaman salib, semakin dalam penyembahan kita.
III. DOKTRIN-DOKTRIN REFORMED YANG MENGALIR DARI PENEBUSAN
1. Pendamaian yang Terbatas namun Efektif
Teologi Reformed menegaskan bahwa pendamaian Kristus adalah terbatas dalam cakupan tetapi efektif dalam hasilnya — atau dikenal sebagai particular redemption.
John Owen menyebutnya “kematian yang benar-benar menyelamatkan, bukan sekadar membuka kemungkinan keselamatan.”
Kristus tidak mati untuk menebus kemungkinan, tetapi menebus orang-orang tertentu yang telah dipilih oleh Bapa.
Namun, doktrin ini bukan untuk membatasi kasih Allah, melainkan untuk menegaskan kepastian keselamatan bagi umat pilihan.
Pendamaian menjadi bukan potensi, melainkan kepastian yang dialami secara nyata.
2. Pendamaian Sebagai Bukti Kasih dan Keadilan Allah
Herman Bavinck menjelaskan bahwa salib adalah titik di mana kasih dan keadilan Allah bertemu.
Allah tidak meniadakan hukum-Nya demi kasih, dan Ia tidak meniadakan kasih demi keadilan.
Dalam salib, keduanya digenapi sempurna.
Pendamaian menunjukkan bahwa Allah tidak menutup mata terhadap dosa, tetapi menghukumnya di dalam Anak-Nya sendiri.
Itulah sebabnya orang percaya bisa berkata seperti Paulus:
“Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka!” (Roma 8:33)
3. Pendamaian Menjamin Ketekunan Orang Kudus
Karena pendamaian Kristus bersifat efektif, maka orang yang telah didamaikan tidak akan terhilang.
Kristus berkata dalam Yohanes 10:28:
“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.”
Charles Hodge menulis:
“Jika pendamaian Kristus cukup kuat untuk menenangkan murka Allah, maka ia pasti cukup kuat untuk menjaga umat-Nya sampai akhir.”
Pendamaian bukan hanya awal keselamatan, tetapi juga jaminan bagi ketekunan iman.
IV. APLIKASI PRAKTIS BAGI GEREJA MASA KINI
-
Gereja harus kembali kepada salib.
Banyak khotbah modern berfokus pada motivasi, psikologi, atau keberhasilan hidup, tetapi lupa pada inti Injil: pendamaian di dalam Kristus.
Gereja Reformed harus menegakkan kembali salib sebagai pusat pemberitaan. -
Setiap orang percaya harus menghidupi pendamaian.
Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya bahwa Kristus mati, tetapi untuk hidup dalam semangat salib: rela berkorban, mengasihi, dan mengampuni. -
Pendamaian harus menjadi sumber penghiburan di tengah penderitaan.
Bila Kristus telah menanggung dosa dan murka Allah, maka tidak ada penderitaan dunia yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. -
Pendamaian menggerakkan misi.
Orang yang telah mengenal kasih Kristus tidak dapat diam. Ia ingin semua bangsa mendengar berita pendamaian (2 Korintus 5:18–20).
Kesimpulan
Pendamaian bukan hanya doktrin untuk dipahami, tetapi realitas untuk dialami dan dihidupi.
Di salib, Allah berdamai dengan manusia; di hati orang percaya, manusia berdamai dengan Allah.
Salib bukan hanya sejarah, tetapi pusat kehidupan.
Sebagaimana John Calvin berkata:
“Seluruh kehidupan Kristen adalah salib.”
Maka biarlah kita setiap hari hidup di bawah bayangan salib Kristus —
mengalami damainya, mempraktikkan kasihnya, dan memuliakan Allah yang telah mendamaikan kita kepada diri-Nya melalui darah Anak-Nya.
“Sebab kasih Kristus yang menguasai kami... supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”
— 2 Korintus 5:14–15