Sukacita Tergantung Pada Tindakan Mematikan Dosa
“Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari” Mazmur 32:3
Selama kita berjalan dengan Allah, kita mengharapkan kekuatan-Nya, penghiburan-Nya, kuasa-Nya dan damai sejahtera-Nya. Pewujudan semua ini, yaitu kesukacitaan hidup rohani kita, sangatlah tergantung pada tindakan kita mematikan dosa. Akibat langsung dari hak istimewa ini adalah pengangkatan kita sebagai anak di tangan Roh Kudus.
Demikianlah, di dalam perjalanan sehari-hari bersama Allah, kekuatan dan kenyamanan kehidupan rohani kita sangatlah tergantung pada tindakan kita untuk mematikan dosa. Mematikan dosa membawa serta satu sebab akibat yang berkaitan dengan sukacita kita. Kehidupan rohani kita tidaklah mungkin menjadi kuat tanpa tindakan mematikan dosa. Mematikan dosa menjauhkan kita dari kemampuan dosa untuk merusak kehidupan rohani kita yang sehat.
Setiap kelalaian mematikan dosa pasti akan mengakibatkan 2 hal berikut:
(1) Dosa akan melemahkan dan merusak kekuatan jiwa. Tatkala Daud melabuhkan hawa nafsu sesaat di dalam hatinya, hal itu telah meremukkan semua tulang-tulangnya, dan tidak menyisakan sedikitpun kekuatan rohaninya. Hawa nafsu yang tidak dimatikan akan menyedot gairah semangat jiwa, dan semua kekuatan jiwa, dan tidak menyisakan kekuatan untuk melaksanakan semua tugas. Dosa mengacaukan hati dengan membuat kusut afeksi-afeksinya. Ia membelokkan/ menyelewengkan hati dari kerangka rohani yang diperlukan untuk bersekutu dengan Allah.
Dosa mengisi pikiran dengan umpan/daya pikatnya. Ia menawan pikiran, dan jika tidak dimatikan ia berupaya memberikan segala kemungkinan perlengkapan untuk mengisi nafsu kedagingan. Dosa menyebar (menjangkiti) dan menghalangi kita melaksanakan kewajiban/tugas.
(2) Dosa akan menggelapkan jiwa, dan merusak rasa nyaman dan kedamaian. Dosa serupa awan yang menebar di atas wajah sang jiwa dan mencegat/merintangi pancaran kasih Allah dan perkenan-Nya. Ia (dosa) menyingkirkan semua yang kita nikmati atas hak istimewa pengangkatan kita sebagai anak Allah. Apabila jiwa mulai mengumpulkan pikiran-pikiran penghiburan, dosa akan segera mencerai-beraikannya.
Setiap kelalaian mematikan dosa pasti akan mengakibatkan 2 hal berikut:
(1) Dosa akan melemahkan dan merusak kekuatan jiwa. Tatkala Daud melabuhkan hawa nafsu sesaat di dalam hatinya, hal itu telah meremukkan semua tulang-tulangnya, dan tidak menyisakan sedikitpun kekuatan rohaninya. Hawa nafsu yang tidak dimatikan akan menyedot gairah semangat jiwa, dan semua kekuatan jiwa, dan tidak menyisakan kekuatan untuk melaksanakan semua tugas. Dosa mengacaukan hati dengan membuat kusut afeksi-afeksinya. Ia membelokkan/ menyelewengkan hati dari kerangka rohani yang diperlukan untuk bersekutu dengan Allah.
Dosa mengisi pikiran dengan umpan/daya pikatnya. Ia menawan pikiran, dan jika tidak dimatikan ia berupaya memberikan segala kemungkinan perlengkapan untuk mengisi nafsu kedagingan. Dosa menyebar (menjangkiti) dan menghalangi kita melaksanakan kewajiban/tugas.
(2) Dosa akan menggelapkan jiwa, dan merusak rasa nyaman dan kedamaian. Dosa serupa awan yang menebar di atas wajah sang jiwa dan mencegat/merintangi pancaran kasih Allah dan perkenan-Nya. Ia (dosa) menyingkirkan semua yang kita nikmati atas hak istimewa pengangkatan kita sebagai anak Allah. Apabila jiwa mulai mengumpulkan pikiran-pikiran penghiburan, dosa akan segera mencerai-beraikannya.
Namun sekarang, biarkanlah hati anda bersih oleh tindakan mematikan dosa, dan biarkanlah rumput liar nafsu dicabut akarnya setiap hari, maka akan terdapat ruang bagi anugerah Allah untuk tumbuh dan berkembang, dan menjadikan anda siap sedia bagi setiap penggunaan dan setiap tujuan/sasaran.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya John Owen (1616-1683), ‘Works’, VI:21-23 . https://teologiareformed.blogspot.com/
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya John Owen (1616-1683), ‘Works’, VI:21-23 . https://teologiareformed.blogspot.com/