LUKAS 12:13-21 (ORANG KAYA YANG BODOH)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Lukas 12:13-21 - “(Lukas 12:13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (Lukas 12:14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 13:21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”. 
LUKAS 12:13-21 (ORANG KAYA YANG BODOH)
otomotif, tutorial, gadget
I) Orang yang datang kepada Yesus (Lukas 12:13). 

Lukas 12:13: “Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’”. 

1) Latar belakang. 

Pada jaman itu seorang Rabi / guru sering membereskan persoalan. Yesus dianggap sebagai Rabi sehingga Ia diminta untuk membereskan persoalan. 

2) Orang ini datang kepada Yesus bukan karena ia percaya kepada Yesus atau karena ia menyenangi ajaranNya, tetapi supaya ia mendapat warisan / menjadi kaya. 

Penerapan: jaman sekarang, dengan populernya Theologia Kemakmuran, maka ada banyak orang ‘datang kepada Yesus’ atau ‘datang ke gereja’ dengan tujuan yang sama, yaitu supaya menjadi kaya / supaya mendapat berkat Tuhan yang berlimpah-limpah. Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, maka pelajarilah dari pelajaran ini bagaimana sikap Yesus kepada orang yang datang kepadaNya dengan motivasi seperti itu, dan bertobatlah! 

3) Yesus baru mengajarkan firman Tuhan (Lukas 12: 1-12), tetapi orang itu tidak mempedulikan apa yang Yesus baru ajarkan, dan ia, tanpa sungkan sedikitpun, tahu-tahu berbicara soal warisan, yang sama sekali tak ada hubungannya dengan apa yang Yesus ajarkan dalam ay 1-12 itu. 

Di sini kita melihat bahwa orang itu, karena ketamakan / kecintaannya akan uang, menjadi tidak mempunyai kesopanan, tidak peduli pada firman Tuhan, asal ia bisa mendapat uang. Tak heran Paulus mengatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Timotius 6:9-10). 

1Timotius 6:9-10 - “(9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”. 

Renungkan: seberapa pentingnya uang bagi saudara? 

4) Dalam Perjanjian Lama ada hukum tentang pembagian warisan (Ulangan 21:15-17 Bilangan 27:8-11 Bil 36). 

Ulangan 21:15-17 - “(15) ‘Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, (16) maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung. (17) Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan.’”. 

Bilangan 27:8-11 - “(8) Dan kepada orang Israel engkau harus berkata: Apabila seseorang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki, maka haruslah kamu memindahkan hak atas milik pusakanya kepada anaknya yang perempuan. (9) Apabila ia tidak mempunyai anak perempuan, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudaranya yang laki-laki. (10) Dan apabila ia tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudara lelaki ayahnya. (11) Dan apabila ayahnya tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada kerabatnya yang terdekat dari antara kaumnya, supaya dimilikinya.’ Itulah yang harus menjadi ketetapan hukum bagi orang Israel, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”. 

Boleh jadi orang yang datang kepada Yesus itu memang adalah pihak yang benar dalam sengketa tentang warisan itu. Dengan kata lain, bisa saja saudaranya tidak mematuhi hukum-hukum tentang pembagian warisan yang ada dalam Perjanjian Lama itu. Tetapi, bagaimanapun juga, orang ini tetap salah, karena ia adalah orang yang tamak, yang pikirannya hanya tertuju pada uang. Mungkin ia berpikir bahwa kalau ada uang maka segala sesuatu pasti enak. 

5) Sengketa yang dia bicarakan adalah dalam persoalan pembagian warisan dengan saudaranya sendiri! 

William Hendriksen: “Someone has said, ‘When there is an inheritance 99 percent of the people become wolves.’” [= Seseorang telah mengatakan, ‘Pada waktu di sana ada warisan, 99 % manusia menjadi serigala.’]. 

Apakah saudara termasuk yang 99 % atau yang 1 %? 

II) Sikap / jawaban Yesus (Lukas 12: 14-21). 

A) Lukas 12: 14: “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’”. 

1) ‘Saudara’ (ay 14). Ini sebetulnya salah terjemahan. 

NIV/NASB/Lit: ‘man’. Mungkin bisa diterjemahkan ‘bung’ dalam bahasa Indonesia. 

Ini sebutan yang tidak terlalu ramah dibanding dengan sebutan ‘saudara’ atau ‘anakku’ dsb. Jadi dari sini sudah terlihat sikap Yesus terhadap orang itu. 

J. Reiling dan J. L. Swellengrebel: “a harsh form of address implying disapprobation” [= suatu bentuk penyebutan / panggilan kasar yang secara implit menunjukkan ketidak-setujuan / pengecaman.] - ‘A Translator’s Handbook on the Gospel of Luke’ (Libronix). 

2) Ay 14 ini jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak mau menuruti permintaan orang itu. Mengapa? 

a) Mungkin karena orang itu menggunakan Yesus hanya sebagai ‘tambal butuh’ / ‘ban serep’ saja. 

Penerapan: kalau saudara hanya berdoa pada saat saudara membutuhkan sesuatu dari Tuhan, jangan berharap Tuhan mau mempedulikan saudara! 

b) Mungkin karena Yesus tidak mau orang banyak menganggap Dia sebagai Raja duniawi yang menangani persoalan-persoalan duniawi. Ingat bahwa orang Yahudi mempunyai pemikiran yang salah tentang Mesias dimana mereka menganggapNya sebagai Raja duniawi. Dan Yesus tidak mau memperparah pemikiran yang salah ini. 

c) Mungkin karena Yesus tidak mau ‘melangkahi’ orang-orang yang berwenang menangani persoalan seperti itu. 

d) Mungkin karena Ia mempunyai tugas lain yang lebih penting, yaitu tugas rohani! 

Bdk. Lukas 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”. 

Penerapan: 

1. Hamba Tuhan tidak seharusnya disibukkan dengan tugas-tugas duniawi, bahkan tidak dengan tugas-tugas ‘remeh’ dalam gereja. 

Kisah Para Rasul 6:1-7 - “(1) Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. (2) Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. (3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, (4) dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’ (5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. (6) Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. (7) Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”. 

Catatan: tetapi hamba Tuhan boleh membereskan sengketa di antara 2 orang kristen. 

Bdk. 1Korintus 6:1-6 - “(1) Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? (2) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? (3) Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. (4) Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? (5) Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? (6) Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?”. 

Filipi 4:2 - “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.”. 

2. Jangan melakukan tugas duniawi, sehingga melalaikan tugas rohani saudara! Misalnya: terus sibuk dengan urusan pekerjaan, kampung (RT / RW), arisan, negara dsb, sehingga tIdak ada waktu untuk melayani Tuhan. 

B) Lukas 12: 15: “KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’”. 

1) ‘Waspadalah terhadap segala ketamakan’. 

a) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ketamakan’ adalah PLEONEXIAS yang merupakan gabungan dari 2 kata Yunani yaitu PLEION [= more / lebih] + EKHEIN [= to have / mempunyai]. Jadi kata itu menunjuk pada ‘keinginan untuk mempunyai lebih banyak’. Kalau saudara adalah orang yang selalu ingin mempunyai lebih banyak (hal materi), maka saudara adalah orang yang tamak. 

William Hendriksen: “The Greek word for ‘greed’ is very descriptive. Literally it means: the thirst for ‘having more,’ always having more and more and still more. It is as if a man in order to quench his thirst takes a drink of salt water, which happens to be the only water that is available. This makes him still more thirsty. So he drinks again and again, until his thirst kills him.” [= Kata Yunani untuk ‘ketamakan’ sangat menggambarkan. Secara hurufiah itu berarti: kehausan untuk ‘mempunyai lebih banyak’, selalu mempunyai lebih banyak dan lebih banyak dan tetap lebih banyak lagi. Itu adalah seperti seseorang yang untuk memuaskan kehausannya meminum air asin, yang kebetulan merupakan satu-satunya air yang tersedia. Ini membuat ia makin haus lagi. Maka ia minum lagi dan lagi, sampai kehausannya membunuhnya.]. 

b) ‘segala ketamakan’. 

NASB: ‘every forms of greed’ [= setiap bentuk ketamakan]. 

NIV: ‘all kinds of greed’ [= semua jenis ketamakan]. 

Memang ada bermacam-macam ketamakan, seperti ketamakan terhadap uang, terhadap pakaian, sepatu, tas, perhiasan, rumah, mobil, barang-barang lux, kesenangan-kesenangan yang lain. 

Ketamakan yang mana yang ada dalam diri saudara? 

Catatan Matthew Henry tentang Lukas 12:15 -Awasilah dirimu, jagailah hatimu baik-baik, jangan sampai sikap tamak merasuki hatimu itu, dan phylassesthe -- peliharalah dirimu, balutlah hatimu rapat-rapat, agar jangan sampai ketamakan menguasai dan memerintah di sana." Ketamakan adalah dosa yang harus terus kita waspadai, dan oleh sebab itu kita harus sering diperingatkan.

Alasan mengapa kita harus bersikap waspada terhadap ketamakan: Karena hidup manusia tidak tergantung pada kekayaan yang dimilikinya. Artinya, "kebahagiaan dan kesenangan kita tidak bergantung pada kepemilikan atas kekayaan yang melimpah di dunia ini."

(1) Tidak diragukan lagi, kehidupan jiwa tidak tergantung pada kekayaan itu, dan jiwa adalah manusia itu sendiri. Harta benda duniawi tidak akan cocok dengan sifat jiwa, tidak bisa memenuhi kebutuhannya, tidak memuaskan keinginannya, dan juga tidak berlangsung lama seperti jiwa.

(2) Bahkan kehidupan tubuh dan kebahagiaannya pun tidak terletak pada kelimpahan harta benda duniawi tersebut, karena banyak orang yang hanya mempunyai sedikit kekayaan duniawi namun hidup dengan sangat tenang dan puas, dan dapat melalui dunia ini dengan nyaman. (Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian.) Sebaliknya, banyak orang yang mempunyai banyak harta di dunia ini namun hidup mereka menyedihkan. Mereka memiliki harta berlimpah-limpah namun tidak dapat menikmatinya; mata mereka tidak puas dengan kekayaan (Pengkhotbah 4:8). Banyak orang yang memiliki harta berlimpah namun selalu merasa tidak puas dan gusar, seperti Ahab dan Haman. Jadi apa gunanya kelimpahan harta itu bagi mereka?

Penggambaran masalah ini dengan sebuah perumpamaan, yang intinya adalah untuk menunjukkan kebodohan orang-orang duniawi pada waktu mereka hidup, dan kesengsaraan mereka pada waktu mereka mati. Ini dimaksudkan bukan hanya untuk memperingatkan orang yang datang kepada Kristus dengan membawa masalah warisannya itu, yang tidak peduli dengan keadaan jiwanya dan dunia akhirat, melainkan juga untuk lebih mendorong kita semua supaya waspada, waspada terhadap ketamakan. Perumpamaan itu memberikan gambaran tentang kehidupan dan kematian seorang kaya, dan kita diminta untuk menilai sendiri apakah dia seorang yang berbahagia atau tidak.

2) ‘Hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya’. 

Ini menunjukkan bahwa sekalipun seseorang itu kaya, tetapi: 

a) Ia tetap harus mati, bahkan mungkin saja umurnya pendek! 

b) Ia tidak mesti mempunyai real life [= kehidupan yang sejati / sesungguhnya]. 

Sadarilah hal ini, dan janganlah menujukan hidup saudara pada kekayaan! 

C) Lukas 12:16-20: “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”. 

1) Ay 15,21 menunjukkan arah / penekanan dari perumpamaan ini! 

Lukas 12: 15,21: “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ ... (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”. 

2) Lukas 12: 16-18: “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.”. 

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Lukas 12:16-18 ini: 

a) Ini menunjukkan bahwa orang ini melakukan pekerjaan yang baik / jujur, tetapi ia toh dikecam. Apalagi orang tamak yang bekerja dengan tidak jujur atau mau mendapatkan uang dengan cara yang tidak halal! 

Sebagai contoh, kalau saudara menemukan sebuah dompet, dan dalam dompet itu ada uang, KTP, dsb, sehingga saudara tahu siapa pemilik dompet itu dan bisa mengembalikannya, apakah saudara mengembalikan dompet tersebut? 

Bdk. Ulangan 22:1-3 - “(1) ‘Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu tersesat, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. (2) Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya. (3) Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu.”. 

Majalah Reader’s Digest pernah mengadakan semacam percobaan untuk mengetahui kejujuran manusia di banyak kota dan negara di dunia ini. Mereka melakukannya dengan menyebarkan di kota-kota besar di beberapa negara sebanyak 1.100 dompet, masing-masing berisikan uang senilai $ 50 dalam mata uang lokal, disertai dengan nama, alamat dan nomor telpon dari si pemilik. 

Dompet-dompet itu disebarkan di tempat-tempat yang bervariasi, seperti tempat telpon umum, di depan bangunan kantor, toko-toko, tempat parkir, restoran, dan bahkan tempat ibadah. Juga pada saat suatu dompet ditinggalkan di suatu tempat, dompet itu diawasi dari jauh, untuk melihat reaksi dari si penemu dompet. 

Hasil total, 44 % dari dompet-dompet itu tidak kembali. Hasil terperinci: 

1. Denmark & Norwegia kembali 100 %. 

Sampai diberi komentar: apakah perlu di sana orang mengunci pintu rumah? 

2. Singapura kembali 90 %. 

3. Australia & Jepang kembali 70 %. 

4. Amerika Serikat kembali 67 %. 

5. Inggris kembali 65 %. 

6. Belanda kembali 50 %. 

7. Jerman kembali 45 %. 

8. Rusia kembali 43 %. 

9. Filipina kembali 40 %. 

10. Itali kembali 35 %. 

11. Cina kembali 30 %. 

12. Mexico kembali 21 %. 

Hal yang menarik adalah bahwa kadang-kadang orang kaya tidak mengembalikan dompet itu, sebaliknya orang miskin, yang betul-betul membutuhkan, justru mengembalikannya. 

Di Lausanne, Swiss, seorang wanita berpakaian bagus, memakai mantel dan sepatu hak tinggi, sedang berjalan dengan anaknya perempuan. Perempuan itu membungkuk untuk mengambil dompet itu, lalu mereka berdua berpandang-pandangan, dan perempuan itu lalu memasukkan dompet itu ke kantongnya, dan tidak mengembalikannya. 

Sebaliknya seorang bangsa Albania, yang lari dari Kosovo dan bekerja sebagai pelayan restoran di Swiss, mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Saya tahu betapa keras / berat seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang sebanyak itu’. 

Juga seorang Kanada menemukan uang itu, dan ia lalu berpikir: ‘Mungkin pemiliknya adalah seorang cacat, yang membutuhkan uang ini lebih dari saya’. Ia lalu mengembalikan uang itu, padahal ia sendiri adalah orang miskin yang bekerja sebagai seorang pemulung kaleng-kaleng minuman untuk didaur-ulang. 

Ada seorang wanita di North Carolina, Amerika Serikat, yang pada waktu menemukan dompet itu, mula-mula berpikir: ‘Aku bisa menggunakan uang ini’. Tetapi ia lalu melihat ada foto seorang bayi dalam dompet itu, dan lalu berpikir bahwa pemilik dompet ini lebih membutuhkan uang ini dari aku. Dan ia lalu mengembalikan dompet itu. 

Ada beberapa orang yang mengembalikan dompet itu karena mereka sendiri pernah kehilangan dompet dan tidak kembali. Seorang di Belanda mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Pada saat saya adalah seorang anak, saya kehilangan dompet saya di taman hiburan, dan tidak pernah kembali. Saya tidak mau pemilik dompet ini merasakan hal yang sama’. 

Bagaimana pengembalian dompet di kalangan orang-orang yang religius? 

Seorang wanita muslim Malaysia, yang sekalipun sama sekali tidak kaya, tanpa ragu-ragu sesaatpun, mengembalikan uang itu. Ia berkata: ‘Sebagai orang Islam, saya sadar akan pencobaan dan bagaimana mengalahkannya’. 

Di Taipei, seorang pemeluk agama Buddha yang sungguh-sungguh, menemukan dompet itu dan langsung mengembalikannya, dan ia berkata: ‘Adalah kewajibanku untuk melakukan perbuatan baik’. 

Di Rusia, seorang wanita yang dibayar untuk mengajar anak-anak di rumah, mengembalikan dompet itu untuk menaati salah satu dari 10 hukum Tuhan. Ia berkata: ‘Beberapa tahun yang lalu, mungkin aku sudah mengambilnya, tetapi sekarang aku sudah berubah secara total. Seperti dikatakan: Janganlah mengingini milik sesamamu’. 

Tetapi di Mexico, sedikitnya 2 orang Kristen (katolik) mengambil dompet itu, melihat isinya, lalu membuat tanda salib, dan tidak mengembalikannya. 

Reader’s Digest memberi komentar: “The cash, they must have decided, was heaven-sent.” [= Mereka pasti memutuskan / menganggap bahwa uang tunai itu dikirim dari surga.] - hal 40. 

Artikel itu ditutup dengan kata-kata sebagai berikut: “For the rest of you, those who kept the cash, you’ve got our number - and we know where you live.” [= Untuk kalian yang lain, yang menahan uang tunai itu, kalian punya nomer telpon kami - dan kami tahu dimana kalian tinggal.] - hal 41. 

b) Lukas 12: 16-18 ini juga menunjukkan bahwa makin seseorang itu kaya, makin banyak problem yang ia hadapi. Akhirnya ia menjadi semakin sibuk, dan makin tidak punya waktu untuk Tuhan! Kalau ini menggambarkan kehidupan saudara, bertobatlah, sebelum Tuhan juga ‘tidak punya waktu’ untuk saudara! 

Bdk. Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”. 

c) Lukas 12: 16-18 juga menunjukkan bahwa kekayaan tidak akan pernah memberi kepuasan kepada orang yang tamak, karena ia akan selalu ingin lebih kaya lagi. 

Bdk. Pengkhotbah 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”. 

Seseorang mengatakan: “The increase serves not as water to quench but as fuel to feed the fire.” [= Pertambahan kekayaan itu tidak berfungsi sebagai air untuk memadamkan, tetapi sebagai bahan bakar / bensin untuk mengobarkan api.]. 

William Barclay: “The Romans had a proverb which said that money was like sea-water; the more a man drank the thirstier he became. Similarly, as long as our attitude is that of the rich fool our desire will always be to get more - and that is the reverse of the Christian way.” [= Orang Romawi mempunyai pepatah yang berkata bahwa uang itu seperti air laut; makin seseorang meminumnya, makin ia jadi haus. Secara sama, selama sikap kita adalah seperti sikap dari orang kaya yang bodoh itu, keinginan kita akan selalu adalah untuk mendapat lebih banyak - dan itu adalah kebalikan dari jalan Kristen.]. 

Karena itu, kalau saudara ingin kaya dengan pikiran bahwa kalau kaya bisa enak / tenteram / damai, saudara justru salah besar. Makin saudara kaya, makin saudara tidak puas! 

Pengkhotbah 4:7-8 - “(7) Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari: (8) ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan; - untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? - Ini pun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.”. 

Pengkhotbah 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.”. 

3) Lukas 12: 19: “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”. 

Ayat ini menunjukkan bahwa yang diinginkan oleh orang kaya itu hanyalah bersenang-senang. 

Earl L. Martin: “This man had foresight, but not spiritual foresight. He did not see far enough ahead. ... He needed not bigger barns, but a bigger heart. The accumulation of things without a growth of the soul is spiritually suicidal.” [= Orang ini mempunyai kepedulian untuk memperhatikan masa depan, tetapi bukan dalam hal rohani. Ia tidak melihat cukup jauh ke depan. ... Ia tidak memerlukan lumbung-lumbung yang lebih besar tetapi suatu hati yang lebih besar. Pengumpulan hal-hal / barang-barang tanpa suatu pertumbuhan dari jiwa adalah bunuh diri rohani.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix). 

Earl L. Martin: “‘The cares of the world’ as well as ‘the deceitfulness of riches’ may choke the spiritual life. The first warning was against foolishness in the use of money; the second was against the foolishness of worry or anxious care. ... Torturing worry is the poor man’s form of worldliness; luxurious self-indulgence is the rich man’s; one is as hurtful to spirituality as the other.” [= ‘Kekuatiran dunia’ maupun ‘tipu daya kekayaan’ bisa mencekik kehidupan rohani. Peringatan pertama adalah terhadap kebodohan dalam penggunaan uang; yang kedua adalah terhadap kebodohan tentang kekuatiran. ... Kekuatiran yang menyiksa adalah bentuk keduniawian dari orang miskin; pemuasan diri sendiri yang mewah adalah bentuk keduniawian orang kaya; yang satu sama merusaknya terhadap kerohanian seperti yang lain.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix). 

Matius 13:22 - “Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”. 

Kalau saudara adalah orang seperti orang kaya itu, maka baca dan renungkan ayat di bawah ini. 

Pengkhotbah 11:9 - “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”. 

4) Lukas 12: 20: “Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”. 

a) Orang ini disebut ‘bodoh’ oleh Allah! 

Orang ini jelas adalah orang yang sukses dalam bisnis / pekerjaannya sehingga menjadi kaya. Kalau pada jaman ini mungkin ia adalah semacam konglomerat. Dan orang-orang seperti ini pada jaman ini selalu dianggap sebagai orang yang pandai / hebat oleh dunia. Tetapi Allah menganggap orang kaya ini bodoh! 

Renungkan: bagaimana dunia memandang saudara? Dan bagaimana Allah memandang saudara? Yang mana yang lebih penting bagi saudara, pandangan dunia tentang diri saudara atau pandangan Allah tentang diri saudara? 

b) Mengapa ia disebut sebagai orang bodoh? 

1. Karena ia mengira / menganggap bahwa hatinya bisa disenangkan oleh uang, makanan, minuman dsb. Kalau saudara beranggapan bahwa saudara bisa berbahagia kalau mempunyai hal-hal duniawi, maka saudara juga adalah orang bodoh! 

2. Orang ini hidup hanya untuk sekarang. Ia tak peduli tentang kekekalan / hidup yang akan datang. Apakah saudara adalah orang seperti itu? 

3. Orang ini hanya hidup untuk hal-hal jasmani / duniawi. Ia sedikitpun tak memikirkan hal rohani. Ia mementingkan pekerjaan / kekayaan lebih dari Tuhan. 

Bdk. Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”. 

1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”. 


J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl 9 Maret, memberikan puisi sebagai berikut (berkenaan dengan orang yang mengusir Yesus karena kehilangan 2000 babi dalam Matius 8:28-34 / Markus 5:1-20): 

[= Rabi / Guru, enyahlah! Kuasa-Mu 

Membawa kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami 

Jalan kami tidaklah seperti jalan-Mu 

Engkau mengasihi manusia, kami mengasihi babi. 

O, pergilah dari sini, Yang mahakuasa. 

Dan bawalah orang tolol milik-Mu ini! 

Jiwanya? Apa peduli kami tentang jiwanya? 

Apa untungnya bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh, 

Karena kami telah kehilangan babi kami? 

Dan Kristus pergi dengan sedih, 

Ia telah membuat tanda untuk mereka 

Tentang kasih, dan pengharapan, dan kelembutan ilahi; 

Mereka menginginkan - babi! 

Kristus berdiri di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut; 

Tetapi jika emas kita, atau babi kita, menutup jalan masuk, 

Ia tidak memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi, 

Dan meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita]. 

4. Orang ini tak pernah bersyukur kepada Tuhan / memuji Tuhan. 

5. Orang ini adalah orang yang egois. Perhatikan bahwa dalam kata-katanya ada 8 x kata ‘aku’ dan 5 x kata ‘ku’. Perhatikan juga kata-kata ‘bagi dirinya sendiri’ dalam Lukas 12: 21. 

William Hendriksen: “He should have realized that there were other people who were in need of some of his grain. He missed the joy of generous giving. All he could think of was tearing down the old barns or granaries in order to build bigger ones, in which to store for himself his grain, etc.” [= Ia seharusnya sudah menyadari bahwa di sana ada orang-orang lain yang membutuhkan sedikit dari gandumnya. Ia kehilangan / tidak mendapat sukacita dari pemberian yang murah hati. Semua yang bisa ia pikirkan adalah merobohkan lumbung yang lama untuk membangun lumbung yang lebih besar, dalam mana ia bisa menyimpan bagi dirinya sendiri gandumnya, dsb.]. 

Kisah Para Rasul 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”. 

KJV: ‘It is more blessed to give than to receive.’ [= Adalah lebih diberkati untuk memberi dari pada untuk menerima.]. 

c) Ingat bahwa sekalipun orang yang disebut ‘bodoh’ dalam bacaan ini adalah ‘orang kaya’, tetapi bukan hanya orang kaya yang bisa menjadi bodoh. Saudara yang adalah orang miskin juga bisa bodoh, dan sebaliknya, orang yang kaya bisa juga menjadi bijaksana / pandai! 

Henry Ward Beecher: “Riches are not an end of life, but an instrument of life.” [= Kekayaan bukanlah tujuan hidup tetapi alat dari hidup.]. 

Kalau saudara bisa mempunyai filsafat hidup seperti ini maka, tak jadi soal apakah saudara kaya atau miskin, saudara adalah orang bijak! 
LUKAS 12:13-21 (ORANG KAYA YANG BODOH)
otomotif, tutorial, gadget
William Barclay menceritakan tentang John Wesley yang tinggal di Oxford dengan gaji £ 30 / tahun. Ia hidup hanya dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang lain. Pada saat gajinya naik menjadi 60, lalu 90, lalu 120 £, ia tetap hidup dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang lain. Kalau saudara hidup seperti John Wesley, maka tidak jadi soal saudara kaya atau miskin, saudara adalah orang bijak! Tetapi persoalannya, apakah saudara hidup seperti John Wesley? Atau seperti orang kaya yang bodoh dalam bacaan ini? 

Komentar Philip Schaff tentang Calvin: 

1. “Riches and honors had no charms for him. He soared far above filthy lucre and worldly ambition. His only ambition was that pure and holy ambition to serve God to the best of his ability.” [= Kekayaan dan kehormatan tidak mempunyai daya tarik baginya. Ia membubung tinggi di atas uang yang kotor dan ambisi duniawi. Satu-satunya ambisinya adalah ambisi yang suci dan murni untuk melayani Allah dengan sebaik-baiknya.] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 838. 

2. “When Pope Pius IV heard of his death he paid him this tribute: ‘The strength of that heretic consisted in this, - that money never had the slightest charm for him. If I had such servants, my dominions would extend from sea to sea.’” [= Ketika Paus Pius IV mendengar tentang kematiannya ia memberikan penghormatan ini: ‘Kekuatan dari orang sesat ini adalah hal ini, - bahwa uang tidak pernah mempunyai daya tarik yang paling kecil sekalipun untuknya. Jika saya mempunyai pelayan-pelayan seperti itu, daerah kekuasaanku akan meluas dari laut ke laut’.] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 839. 

Catatan: Sebetulnya yang menulis vol V-VIII dari buku ini bukan Philip Schaff tetapi anaknya, yaitu David Schaff. 

d) Ini adalah kematian yang tiba-tiba, dan ini bisa terjadi pada siapapun juga! 

Perhatikan kontras antara ‘bertahun-tahun lamanya’ / ‘many years’ dalam ay 19 dengan ‘malam ini’ dalam ay 20! Banyak orang mengira hidupnya masih panjang, padahal kematian sudah begitu dekat! 

Lukas 12: 19-20: “(19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”. 

Bandingkan dengan: 

1. Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”. 

2. Yakobus 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”. 

3. Mazmur 39:5-7 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela (7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.”. 

Lenski: “The French painter Eugene Burnaud brings out the inwardness of what is conveyed by Jesus. He paints the rich man as he has come to his decision. He has carefully recounted his gold and his silver, setting aside one sack after another. A certain amount that is to be used for other purposes is placed on a shelf above his head. The money that is to be used for the new buildings is stacked on the table before him. Now he leans back - furrows of thought on his forehead, a faraway look in his eyes - he is thinking of the great change the replacement will make, the money and the work it will mean, and the picture it will make, all the new, fine, grand storehouses, full to overflowing with ‘all my grain and good things.’ What a picture! But turn the page. There is the same man, cold in death, his hands crossed on his breast!” [= Pelukis Perancis Eugene Burnaud mengeluarkan / menunjukkan bagian dalam dari apa yang disampaikan oleh Yesus. Ia menggambarkan orang kaya itu pada waktu ia sampai pada keputusannya. Ia telah dengan sangat teliti menghitung lagi emas dan peraknya, menyimpan kantong-kantong satu per satu. Sejumlah tertentu yang harus digunakan untuk tujuan-tujuan lain di tempatkan pada rak di atas kepalanya. Uang yang harus digunakan untuk bangunan-bangunan yang baru, ditumpuk di meja di depannya. Sekarang ia bersandar - kerut-kerut dari pikiran di dahinya, suatu pandangan yang jauh dalam matanya - ia sedang berpikir tentang perubahan besar yang akan dibuat oleh penggantian itu, yang berarti uang dan pekerjaan, dan keadaan yang akan dibuatnya, semua lumbung-lumbung yang baru, bagus, besar / hebat, penuh melimpah dengan ‘semua gandumku dan hal-hal baikku / barang-barangku’. Betul-betul suatu keadaan yang hebat / bagus! Tetapi baliklah halaman itu. Di sana ada orang yang sama, dingin dalam kematian, tangannya disilangkan / dilipat pada dadanya!]. 

William Barclay memberikan suatu percakapan sebagai berikut: 

A: I will learn my trade [= Aku akan belajar berdagang]. 

B: And then? [= Lalu?]. 

A: I will set up in business [= Aku akan memulai bisnis]. 

B: And then? [= Lalu?]. 

A: I will make my fortune [= Aku akan menjadi kaya]. 

B: And then? [= Lalu?]. 

A: I suppose that I shall grow old and retire and live on my money [= Aku kira aku akan menjadi tua dan pensiun dan hidup dari uangku]. 

B: And then? [= Lalu?]. 

A: Well, I suppose that some day I will die [= Aku kira suatu hari aku akan mati]. 

B: And then? [= Lalu?]. 

Kalau saudara begitu mementingkan kekayaan / pekerjaan / bisnis, maka renungkan percakapan di atas ini, dan cobalah menjawab pertanyaan yang terakhir! 

e) Pada saat kita mati, harta / uang kita sama sekali tak berguna! 

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini: 

1. 1Timotius 6:17-19 - “(17) Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (19) dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.”. 

2. Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.”. 

3. Mazmur 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.”. 

D) Lukas 12: 21: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”. 

Ayat ini merupakan kesimpulan dari perumpamaan, dan menunjukkan nasib dari orang ini yang kaya secara duniawi tetapi miskin secara rohani. 

Bdk. Wahyu 3:17 - “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, ...”. 

Supaya saudara tak menjadi seperti orang ini, turutilah kata-kata Yesus dalam Matius 6:19-21 - “(19) Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”. 

Dan saudara hanya bisa mempunyai harta di surga / kekayaan rohani, kalau saudara percaya dan mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh. 

Yakobus 2:5 - “Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”. 

Wahyu 3:17-18 - “(17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”. 

Kesimpulan / penutup. 

Yesus menolak untuk mengurus warisan (Lukas 12: 14), dan lalu mengajarkan Lukas 12: 15-21. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak peduli orang itu kehilangan warisan asal ia tidak kehilangan nyawanya / masuk neraka! Bdk. Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”. 

Dan semua orang yang tidak percaya kepada Yesus, akan kehilangan nyawanya (masuk neraka)! Maukah saudara percaya kepada Yesus? 

Bagaimana dengan saudara, uang vs surga, yang mana yang saudara pilih? 

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


-o0o-
Next Post Previous Post