EKSPOSISI 1 KORINTUS 7:1-40

Pdt. Budi Asali, M.Div.

1 Korintus 7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, 7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. 7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. 7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. 7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. 7:6 Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah. 7:7 Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. 7:8 Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. 7:9 Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu. 7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. 7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. 7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan : kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. 7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. 7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. 7:15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. 7:16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
EKSPOSISI 1 KORINTUS 7:1-40
otomotif, gadget, bisnis
Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah 

1 Korintus 7:17 Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil  Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. 7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. 7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting.  Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah . 7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. 7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. 7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. 7:23 Kamu telah dibeli dan harganya j telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. 7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil. 7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah. 7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. 7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang! 7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu. 7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; 7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; 7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. 7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, 7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. 7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.7:36 Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik. 7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik. 7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya. 1 Korintus 7:40 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah. (1 Korintus 7:1-40)

I Korintus 7:1-16

Bagian ini ditulis oleh Paulus untuk menjawab pertanyaan orang Korintus tentang pernikahan.

I) Untuk orang-orang yang belum / tidak menikah (1 Korintus 7:1-9):

Paulus mengatakan bahwa tidak kawin adalah baik (1 Korintus 7: 1)! Bandingkan juga dengan ay 7a,8,26-27,37-38,40. Dari ayat-ayat ini kelihatannya Paulus mempunyai pandangan yang rendah tentang pernikahan. Benarkah? Tidak mungkin!

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Kata-kata Paulus bahwa tidak kawin merupakan sesuatu yang baik bukanlah suatu peraturan yang berlaku secara umum.

Dasarnya:

a) Kejadian 2:18 mengatakan bahwa tidak baik kalau manusia (Adam) seorang diri saja.

b) Kej 1:28 dan Kej 9:1 memerintahkan manusia untuk berkembang biak.

c) Dalam 1Timotius 4:3 Paulus sendiri menyerang ajaran yang melarang orang untuk kawin. Juga dalam 1Timotius 5:14 Paulus menganjurkan janda-janda untuk kawin lagi (bdk. 1Korintus 7:8!).

d) Dalam Efesus 5:22-33 Paulus menggunakan pernikahan untuk menggambarkan hubungan Kristus dengan gereja! Kalau ia menggunakan pernikahan untuk menggambarkan sesuatu yang mulia, sukar bisa dibayangkan bahwa ia merendahkan pernikahan!

e) 1Kor 7:26,28 jelas menunjukkan bahwa 1Kor 7 ditulis dalam suatu keadaan darurat!

2) Dalam keadaan khusus seperti itupun, tidak kawin hanya baik kalau orangnya mempunyai karunia untuk tidak kawin (1 Korintus 7: 7-9)!

Kata-kata Paulus dalam ay 7-9 tidak berarti bahwa Paulus sendiri tidak pernah kawin! Dasar pandangan bahwa Paulus pernah kawin:

a) Ia adalah seorang rabi / guru Yahudi yang taat, sedangkan dalam agama Yahudi, kawin merupakan suatu kewajiban.

b) Dalam Kis 26:10 Paulus ikut memberi suara. Jadi, ia adalah anggota Sanhedrin, dan syarat keanggotaan Sanhedrin adalah ‘sudah kawin’.

Jadi, Paulus pernah kawin, tetapi mungkin istrinya sudah mati, atau istrinya menceraikan dia karena dia menjadi orang kristen, tetapi yang jelas pada saat itu Paulus membujang lagi! Dan ia tidak menikah lagi.

Paulus lalu berkata bahwa ia ingin orang-orang itu seperti dia, tetapi ini hanya berlaku untuk orang-orang yang mempunyai karunia untuk hidup membujang! (ay 7-9 bdk. Matius 19:10-12).

Sedangkan bagi orang-orang yang tidak mempunyai karunia membujang, lebih baik kawin (ay 9), karena:

· bahaya percabulan (1 Korintus 7: 2).

· supaya tidak hangus oleh hawa nafsu (1 Korintus 7: 9).

Catatan: ini tentu bukan satu-satunya alasan mengapa harus kawin! Dalam Kej 2 belum ada percabulan, tetapi sudah ada pernikahan.

Tetapi bagaimanapun, sex adalah salah satu tujuan pernikahan, dan karena itu, kalau kawin, harus memenuhi kewajiban terhadap pasangan (ay 3-5)! Puasa sex hanya boleh dilakukan:

¨ dengan persetujuan bersama.

¨ untuk sementara waktu.

¨ ada tujuan, yaitu berdoa. Ini pasti doa yang khusus, bukan doa biasa. Mengapa? Karena orang Kristen harus berdoa senantiasa, sehingga kalau puasa sex ini untuk doa biasa, maka itu berarti puasa terus.

Kesimpulan: dalam keadaan khusus itu:

* tidak kawin merupakan sesuatu yang baik bagi orang yang mempunyai karunia membujang.

* yang tidak mempunyai karunia membujang, lebih baik kawin!

Tetapi ini tetap bukan perintah (1 Korintus 7: 6).

II) Untuk orang-orang yang sudah kawin (1 Korintus 7: 10-16).

Ada 2 grup:

1) Orang kristen yang menikah dengan orang kristen (1 Korintus 7: 10-11).

Untuk grup ini Paulus berkata:

a) Tidak boleh bercerai (ay 10,11b).

· ‘bukan aku, tetapi Tuhan’ (ay 10).

Artinya: ada peraturan dari Tuhan Yesus sendiri (bdk. Mat 5:32 Matius 19:6).

· Rupa-rupanya Paulus takut bahwa kata-katanya dalam ay 1 (tidak kawin adalah sesuatu yang baik) akan menyebabkan orang-orang yang sudah kawin lalu bercerai, sehingga ia lalu melarang perceraian.

b) Kalau toh terjadi perceraian, maka orang yang bercerai itu:

· tidak boleh kawin lagi dengan orang lain.

· boleh rujuk dengan suami / istri yang diceraikan.

2) Orang kristen yang menikah dengan orang non kristen (1 Korintus 7: 12-16).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ayat-ayat ini:

a) ‘Kepada orang-orang lain’ (ay 12).

Lit: ‘to the rest’ (= kepada sisanya).

Tadi dalam ay 10-11 ia berbicara kepada orang kristen yang menikah dengan orang kristen; sekarang ia berbicara kepada grup yang lain, yaitu orang kristen yang menikah dengan orang non kristen.

b) Ini sama sekali tidak berarti bahwa orang kristen boleh menikah dengan orang non kristen!! Bagian ini ditujukan bukan kepada orang-orang yang akan kawin, tetapi kepada orang-orang yang sudah kawin! Jadi, mungkin waktu menikah, kedua-duanya kafir, lalu salah satu bertobat / menjadi kristen.

Kalau berbicara tentang pernikahan yang akan dilakukan, maka tentu saja orang kristen tidak boleh menikah dengan orang non kristen (bdk. 1Korintus 7:39 2Korintus 6:14)!!

Gereja / pendeta yang mau melakukan pemberkatan nikah antara orang kristen dengan orang non kristen, apapun alasannya, adalah gereja / pendeta yang tidak menghiraukan otoritas Kitab Suci / Firman Tuhan!

c) ‘Aku, bukan Tuhan’ (1 Korintus 7: 12).

Ini tidak berarti bahwa bagian ini bukan Firman Tuhan! Ini kebalikan dari ay 10 tadi, sehingga artinya: untuk bagian ini tidak ada peraturan dari Tuhan Yesus sendiri. Tetapi bagian ini tetap adalah Firman Tuhan (bdk. ay 25)!

Sekarang mari kita perhatikan apa yang Paulus katakan kepada grup yang kedua ini:

1. Kalau yang non kristen mau bercerai, yang kristen tidak terikat (ay 15).

Artinya: yang kristen tidak harus mati-matian mempertahankan pernikahan itu. Juga setelah perceraian, yang kristen boleh menikah lagi.

2. Kalau yang non kristen mau kawin terus, yang kristen tidak boleh bercerai (ay 12-13). Mengapa?

a. Suami / anak dikuduskan oleh istri yang kristen (1 Korintus 7:14).

· keinginan cerai dari pihak kristen, mungkin disebabkan ia menganggap bahwa pernikahan itu (khususnya hubungan sex) akan menajiskan dia. Juga anak-anaknya akan najis. Paulus berkata bahwa pandangan ini tidak benar. Justru yang kristen akan menguduskan pasangan yang tidak kristen beserta anak-anaknya.

· ‘Kudus’ di sini sama sekali tidak berarti ‘selamat’ atau ‘diampuni’ atau ‘disucikan’, dsb. Ingat bahwa kata ‘kudus’ arti sebenarnya adalah ‘berbeda dengan’. Jadi artinya adalah bahwa mereka akan berbeda dengan orang dunia, karena adanya anggota keluarga yang kristen itu. Misalnya:

¨ ikut mendapat perlindungan Tuhan.

¨ adanya doa, pemberitaan Injil, teguran dari pasangan yang kristen.

b. Allah memanggil kita untuk hidup dalam damai (ay 15b).

Jadi, perceraian tidak boleh terjadi karena inisiatif dari pihak kristen.

c. Siapa tahu yang kristen bisa memenangkan jiwa pasangannya? (ay 16 bdk. 1Petrus 3:1-2).

Lagi-lagi, ayat ini tidak boleh dipakai sebagai dasar untuk mengijinkan pernikahan dengan non kristen dengan tujuan mendapatkan jiwa!

I KORINTUS 7:17-24

1) Bagian ini dilatar-belakangi oleh keadaan di Korintus dimana banyak orang kristen meninggalkan kehidupan mereka yang lama, karena mereka menjadi orang kristen. Yang dimaksud dengan kehidupan yang lama, bukanlah dosa-dosa mereka. Kalau ini, tentu harus ditinggalkan! Tetapi, yang dimaksud dengan kehidupan lama di sini ialah segala sesuatu dalam kehidupan mereka sebelum mereka menjadi orang kristen, padahal hal-hal itu bukan dosa, misalnya rumah lama, pekerjaan lama, istri lama dsb. Pokoknya mereka beranggapan bahwa kehidupan seorang kristen berarti suatu kehi-dupan yang serba baru!

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya hal itu:

a) Ajaran bahwa orang kristen adalah manusia baru. Ini bisa menyebabkan mereka membuang seluruh kehidupan mereka yang lama.

b) Ajaran bahwa orang kristen adalah tunangan Kristus. Ini bisa menyebab-kan mereka lalu membuang suami / istri mereka yang lama.

c) Ajaran bahwa orang kristen adalah anak Raja, sehingga mereka menjadi malu terhadap rumah lama yang jelek, atau terhadap pekerjaan lama yang tidak sesuai dengan kedudukan seorang anak Raja

d) Ajaran yang mengatakan bahwa Kristus akan segera datang kembali. Mereka menganggap bahwa Kristus akan datang kembali dalam waktu yang sangat dekat, sehingga mereka lalu merasa tidak ada gunanya bekerja dsb.

(Catatan: ingat bahwa ajaran-ajaran di atas adalah ajaran-ajaran yang benar, tetapi mereka terima dengan cara yang salah)

Kita tidak tahu dengan pasti apa sebabnya mereka membuang kehidupan lama mereka, tetapi yang jelas adalah: hal itu terjadi! Itu menyebabkan Paulus menulis bagian ini.

2) Inti / penekanan utama bagian ini ada dalam ay 17,20,24.

Arti:

a) ‘ditentukan Tuhan’ (1 Korintus 7: 17).

Ini tidak berhubungan dengan Rencana Allah yang kekal, tetapi sekedar berarti ‘diberikan oleh Tuhan’. Hal ini menjadi jelas kalau kita melihat Kitab Suci bahasa Inggris:

NIV/NASB/RSV: ‘assigned’ (= diberikan / ditempatkan).

KJV: ‘distributed’ (= dibagikan).

‘Diberikan oleh_Tuhan’ secara implicit menunjukkan bahwa itu bukanlah hal yang bersifat dosa!

b) ’dipanggil Allah’ (ay17,20,24).

Ini menunjuk pada Effectual Call (= panggilan effektif), yaitu panggilan Allah yang menyebabkan seseorang bertobat dan menjadi orang kristen.

Jadi, kata-kata ‘dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil Allah’ (ay 17,20,24) berarti ‘dalam keadaan pada waktu ia menjadi orang kristen’.

Kesimpulan: Arti ay 17,20,24 ialah: Pada saat kita menjadi orang Kristen, kita tidak perlu / tidak harus mengubah kehidupan kita dalam hal-hal yang tidak bersifat dosa. Dalam hal-hal yang bersifat dosa, tentu saja kita harus mengubahnya.

Contoh:

· pekerjaan yang bersifat dosa, seperti: pelacur, pencuri, jual SDSB, penyelundup dsb. Ini harus dibuang!

· pekerjaan yang sebetulnya bukan dosa, tetapi dijalankan dengan cara yang berdosa. Ini harus diubah! Bukan seluruh pekerjaan harus ditinggalkan, tetapi cara yang berdosa itu yang harus dibuang (bdk. Lukas 3:12-14 yang menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis tidak menyuruh tentara / pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya, tetapi membuang hal-hal berdosa yang mereka lakukan dalam pekerjaan mereka).

3) Bagian ini tidak secara mutlak melarang perubahan hidup!

Kalau seorang pegawai bertobat, lalu ia mau menjadi pedagang, itu tidak dilarang.

Dasar: ay 21: seorang hamba, kalau bisa bebas, boleh bebas.

Jadi, tujuan bagian ini adalah untuk membuang pandangan yang mengharuskan orang Kristen mengubah hidupnya tetapi bagian ini tidak melarang orang kristen mengubah hidupnya

4) Paulus lalu memberi 2 contoh:

Contoh_pertama: tentang sunat (1 Korintus 7: 18-19).

a) Bagi yang sunat, jangan menghapus tanda sunat (ay 18a).

· Sekalipun tanda sunat tak mungkin dibuang sama sekali, tetapi bahwa ada orang-orang yang berusaha menghapus tanda sunat, bisa terlihat dari kutipan dari kitab Apocrypha ini:

1Makabe 1:14-15: ‘Kemudian orang-orang itu membangun di Yerusalem sebuah gelanggang olah raga menurut adat bangsa-bangsa lain. Merekapun memulihkan kulup mereka pula dan murtadlah mereka dari perjanjian kudus’ (Terjemahan bahasa Inggris untuk kata-kata yang digarisbawahi: ‘and removed the marks of circumcision, and abandoned the holy covenant’).

Catatan:

* 1Makabe 1:14-15 bukanlah Firman Tuhan!

* Peristiwa dalam 1Makabe 1:14-15 tidak terjadi di Korintus.

· Paulus melarang untuk menghapus tanda sunat, bukan karena ia menganggap bahwa sunat itu penting! (1 Korintus 7: 19).

b) Bagi yang tidak sunat, jangan sunat (ay 18b).

Paulus sering menentang sunat, misalnya dalam Kis 15:1-2 Galatia 2:3-5. Tetapi ia menentang sunat, bukan karena ia menganggap sunat itu adalah dosa (bdk. ay 19), tetapi karena orang-orang Yahudi itu menjadikan sunat sebagai syarat untuk selamat (bdk. Kis15:1)

Dalam Kis 16:3, Paulus justru menyuruh menyunatkan Timotius, mungkin untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang Yahudi sehingga bisa memberitakan Injil kepada mereka (bdk. IKor 9:19-22).

Dalam 1Kor 7 ini Paulus melarang sunat hanya karena ia menentang keharusan meninggalkan hidup lama pada saat seseorang menjadi orang kristen.

c) Alasan dari a) maupun b): ay 19

Secara implicit, ay 19 ini menunjukkan bahwa sunat bukanlah ketaatan. Jadi, sunat tidak lagi diharuskan dalam jaman Perjanjian Baru.

1 Korintus 7: 19 ini tidak bertentangan dengan Galatia 6:15, tetapi menunjukkan bahwa orang yang adalah ciptaan baru (sudah dilahirkan kembali) pasti akan taat. Ini yang penting, bukan sunat!

Contoh_kedua: tentang hamba (1 Korintus 7: 21-23).

a) Ay 21a: seorang hamba / budak menjadi orang kristen, tetapi ia tetap adalah budak / hamba. Paulus berkata: ini tidak apa-apa! Alangkah berbedanya ajaran Paulus ini dengan Theologia Kemakmuran!

b) Ay 21b: kesempatan untuk bebas ini tentu bukan didapat dengan cara yang salah seperti lari dari tuannya, membunuh tuannya dsb (KItab Suci selalu menyuruh hamba untuk mentaati tuannya - Ef 6:5 Kol 3:22 1Tim 6:1 Tit 2:9-10 1Pet 2:18). Tetapi kalau jalannya benar, maka tentu saja seorang hamba boleh menggunakan kesempatan itu.

c) Ay 22: kata-kata ‘dalam pelayananNya’ sebetulnya tidak ada!

Tujuan Paulus dalam ayat ini: supaya seorang hamba tidak merasa rendah diri dan sebaliknya supaya orang yang merdeka tidak merasa sombong.

d) Ay 23a: ini memberikan alasan mengapa seorang kristen = hamba Kristus. Alasannya: ia telah dibeli oleh Kristus (bdk. 1Korintus 6:19-20 1Petrus 1:18-19).

e) Ay 23b: jangan menjadi hamba manusia!

· Ini tidak bertentangan dengan ay 21a!

Arti: kalau seorang kristen mempunyai status hamba, itu tidak apa-apa. Tetapi, dalam hal ketaatan, ia harus sadar bahwa Tuhan adalah tuannya yang tertinggi (bdk. Kis 5:29).

Penerapan: Kalau untuk seorang hamba, yang kalau menolak untuk mentaati tuannya bisa kehilangan nyawanya, Kis 5:29 tetap berlaku, apalagi untuk saudara yang adalah seorang bawahan / pegawai! Kalau saudara menolak mentaati perintah boss / atasan saudara, resiko saudara hanya dipecat. Maka Kis 5:29 lebih-lebih harus diberlakukan.

· Ini tidak bertentangan dengan Markus 10:43-44!

Mark 10:43-44 menekankan bahwa kita harus rendah hati, membuang ambisi untuk menjadi yang terbesar, dan bahwa kita harus mau menerima pelayanan yang rendah / hina (baca seluruh kontex Mark 10:35-45!).

Tetapi ay 23b mengajarkan bahwa kita tidak boleh taat 100 % kepada manusia, atau menjadikan manusia itu Tuhan dalam hidup kita (bdk. Kis 5:29 Galatia 1:10).

· Illustrasi: ada orang yang menjual sebidang tanah kepada si A . Tetapi setelah menjual tanah itu kepada si A, ia menjual lagi tanah yang sama itu kepada si B (dengan menggunakan sertifikat palsu). Tentu hal ini akan menimbulkan problem. Apa pandangan saudara tentang orang itu? Bukankah ia = orang yang kurang ajar?

Tetapi coba renungkan diri saudara. Kalau saudara adalah orang kristen, itu berarti bahwa Kristus telah membeli saudara (ay 23). Kalau saudara sekarang memperhambakan diri kepada orang lain, hanya karena orang itu membayar gaji saudara, itu berarti saudara menjual diri saudara lagi kepada orang itu, padahal saudara sudah dibeli oleh Kristus. Apa bedanya saudara dengan orang yang menjual tanah berkali-kali itu? Renungkan hal ini, dan berhentilah menjadi hamba manusia!

I KORINTUS 7:25-40

1 Korintus 7: 25-28:

1) 1 Korintus 7: 25:

a) ‘Tak mendapat perintah dari Tuhan’.

Ada 2 penafsiran tentang arti kata-kata ini:

1. Tidak ada kata-kata tertulis dari Tuhan Yesus tentang hal ini (bdk. ay 12). Tetapi bagaimanapun bagian ini adalah Firman Tuhan.

2. Roh Kudus mengilhami Paulus, bukan untuk memerintah, tetapi hanya untuk menasehati.

Saya condong pada arti yang pertama.

b) Ay 25b menunjukkan bahwa bagian ini (ay 25-28) tetap merupakan Firman Tuhan. Jadi, jelaslah bahwa bagian ini tidak bisa disamakan dengan peraturan-peraturan buatan manusia.

2) 1 Korintus 7: 26-28:

a) ‘Waktu darurat sekarang’ (bdk. ay 29: ‘waktu telah singkat’).

· kita tidak tahu dengan jelas bagaimana situasi saat itu yang ia katakan sebagai ‘waktu darurat’.

· Pada waktu menafsirkan 1Kor 7, khususnya pada saat Paulus kelihatannya merendahkan pernikahan, kita perlu ingat bahwa Paulus menuliskan bagian ini pada waktu darurat, sehingga bagian ini tidak berlaku untuk keadaan biasa.

· Bagian ini bisa diberlakukan untuk orang-orang kristen tertentu pada saat-saat tertentu (waktu darurat bagi mere­ka).

b) 1 Korintus 7: 26 hampir sama dengan 3 ayat yang menjadi penekanan utama dari ay 17-24, yaitu ay 17,20,24, tetapi ay 26 punya tambahan, yaitu adanya kata-kata ‘mengingat waktu darurat seka­rang’. Jadi, jelaslah bahwa ay 17-24 berlaku umum, tetapi ay 25-28 hanya berlaku untuk keadaan darurat.

c) ‘Tetap dalam keadaannya’ (ay 26) berarti tidak kawin (Ingat bahwa ay 25 menunjukkan bahwa bagian ini ditujukan kepada para gadis, sehingga ‘tetap dalam keadaannya’ jelas berarti ‘tidak kawin’). Nasehat untuk tidak kawin ini diulangi lagi dalam ay 27b. Ingat bahwa ini berlaku untuk keadaan darurat! (bdk. Yeremia 16:1-4).

d) Paulus tidak mau orang-orang Korintus itu mengextrimkan kata-katanya, sehingga ia lalu menambahkan:

1. Yang sudah kawin, jangan cerai (ay 27a).

2. Kalau toh mau kawin, itu bukan dosa (ay 28a). Tetapi Paulus sekaligus memberikan peringatan (ay 28b).

1 Korintus 7: 29-31:

Penekanan bagian ini adalah: kita harus mengabaikan perkara-perkara duniawi (dalam keadaan darurat!). Kita harus hidup seakan-akan sebentar lagi kita mati, atau seakan-akan kita sedang ada dalam medan perang sehingga tidak memikirkan apa-apa yang lain kecuali perang. Lalu Paulus memberikan 3 contoh:

1) Kita harus mengabaikan istri (ay 29).

Ini tidak berarti:
istri betul-betul tidak dicintai / tidak dipelihara / tidak digubris.
suami boleh cari perempuan lain.

Arti yang benar: perhatian / waktu untuk istri harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi kewajiban / konsentrasi kepada Tuhan. Sebetulnya, dalam keadaan biasapun, orang kristen harus lebih mengutamakan Tuhan dari pada istri, tetapi dalam keadaan darurat seperti itu, hal ini lebih ditekankan lagi!

‘Pengabaian istri’ ini tidak bisa tidak, memang menyebab­kan waktu / perhatian untuk istri harus dikurangi, sedangkan konsentrasi kepada Tuhan ditambah.

Penerapan: apakah istri / suami saudara sering menjadi ‘peng­halang’ dalam saudara mengikuti / melayani Tuhan? Apakah saudara selalu / sering ‘menyerah’ kalau dihalangi dalam melakukan kewajiban saudara untuk Tuhan? Mungkin saudara perlu belajar untuk ‘mengabaikan’ istri / suami! Kalau saudara tidak mau melakukan hal itu, itu berarti saudara mengabaikan Tuhan!

Istri harus mau mengerti / mau menerima kalau suami ‘mengabaikan’ dirinya dalam keadaan darurat itu!

Kalau dalam keadaan darurat, istripun harus ‘diabaikan’, maka lebih-lebih lagi anggota keluarga yang lain, seperti orang tua / anak (Kejadian 2:24 menunjukkan bahwa ikatan suami-istri harus lebih kuat / dekat dari pada orang tua-anak!).

2) Kita harus mengabaikan perasaan (ay 30a).

Perasaan sedih (karena kematian, putus cinta, pertengkaran dengan keluarga dll) maupun perasaan senang (karena HUT, pernikahan, lulus ujian dll) bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Karena itu dalam keadaan darurat, kita harus menga­baikan perasaan-perasaan seperti itu, demikian juga perasaan-perasaan lain seperti sentimen / marah / benci, iri hati / cembu­ru, cinta dsb.

3) Kita harus mengabaikan barang-barang duniawi (ay 30b-31).

Barang-barang duniawi juga bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Contoh:
TV / parabola / video / CD / LD bisa menyebabkan kita membuang banyak waktu.
mobil bisa menyebabkan kita terus bepergian.
buku-buku duniawi bisa menyebabkan kita melupakan Tuhan.
villa bisa menyebabkan kita meninggalkan gereja / Tuhan.

Karena itu, dalam keadaan darurat, kita harus mengabaikan hal-hal ini!

Contoh-contoh lain yang juga harus ‘diabaikan’ dalam keadaan darurat: pekerjaan, study, hobby, kebutuhan hidup sekunder dll.

1 Korintus 7: 32-35:

1) Ay 32a: ‘kekuatiran’. Ini terjemahan yang tidak tepat.

RSV: anxieties (= kekuatiran). Ini juga tidak tepat.

KJV: carefulness (= kekuatiran).

NIV/NASB: concern (= perhatian).

Artinya: Paulus ingin kita hidup tanpa terpecah perhatiannya sehingga sepenuhnya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.

2) Ay 32b-35 jelas menunjukkan tujuan hidup celibat (tidak kawin), yaitu supaya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.

Bagian ini dijadikan dasar oleh gereja Roma Katolik untuk mengajar­kan bahwa hamba Tuhan tidak boleh kawin.
EKSPOSISI 1 KORINTUS 7:1-40
Keberatan terhadap ajaran ini (keharusan celibat bagi hamba Tuhan):

a) 1Korintus 7 hanya berlaku untuk keadaan darurat, tetapi gereja Katolik menggunakannya untuk keadaan biasa.

b) 1Kor 7 ditujukan untuk jemaat biasa, tetapi gereja Katolik menujukannya untuk hamba Tuhan saja.

c) Bagian ini hanya merupakan nasehat (ay 35,26-28), tetapi gereja Katolik mengharuskan secara mutlak.

3) 1 Korintus 7: 34:

Kata ‘kudus’ di sini tidak berarti suci, tetapi berarti ‘dipersembahkan kepada Tuhan’.

Kata ‘tubuh dan jiwa’ seharusnya adalah ‘tubuh dan roh’. Ini jelas menunjuk pada seluruh manusia, tetapi Paulus toh mengatakan ‘tubuh dan roh’. Ini membuktikan bahwa Kitab Suci mengajarkan Dichoto­my dan bukannya Trichotomy! 

1 Korintus 7: 36-38:

Bagian ini ditujukan kepada siapa? Ada 2 pandangan:

1) Kepada ayah si gadis.

2) Kepada tunangan si gadis.

Terjemahan-terjemahan Kitab Suci, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, ada yang pro kepada pandangan 1 dan ada yang pro kepada pandangan 2.

1 Korintus 7: 36: ‘gadisnya’.

RSV: his betrothed (= tunangannya). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘the virgin he is engaged to’ (= perawan / gadis dengan siapa ia bertunangan). Ini sesuai dengan pandangan 2.

ASV/NASB: ‘his virgin daughter’ (= anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Lit/KJV: ‘his virgin’ (= gadisnya). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.

1 Korintus 7: 37: ‘tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘not to marry the virgin’ (= tidak menikahi sang gadis). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NASB: ‘to keep his own virgin daughter’ (= menyimpan / menahan anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Lit: ‘to keep his own virgin’ (= menyimpan / menahan gadisnya sendiri). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.

1 Korintus 7: 38: ‘kawin dengan gadisnya ... tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.

NIV: ‘So then he who marries the virgin does right but he who does not marry her does even better’ (= Jadi ia yang menikahi sang gadis berbuat benar tetapi ia yang tidak menikahinya berbuat lebih benar). Ini sesuai dengan pandangan 2.

NASB: ‘So then both he who gives his own virgin daugh­ter in marriage does well, and he who does not give her in marriage will do better’ (= Jadi ia yang menyerahkan anak gadisnya ke dalam pernikahan berbuat baik, dan ia yang tidak menyerahkannya ke dalam pernikahan berbuat lebih baik). Ini sesuai dengan pandangan 1.

Tetapi ada hal-hal yang menyebabkan saya memilih pandangan ke 2 sebagai pandangan yang benar:

a) Karena disebutkan ‘his virgin’ (= gadisnya) bukan ‘his daughter’ (= anak gadisnya).

b) Ay 36: ‘... mereka harus kawin, baiklah mereka kawin’.

NASB menterjemahkan ‘let her marry’ (= biarlah ia kawin). Tetapi ini salah! Seharusnya adalah: ‘let them marry’ (= biarlah mereka kawin).

BACA JUGA: MEMBANGUN PERNIKAHAN KRISTEN YANG HARMONIS

Kalau bagian ini ditujukan kepada ayah si gadis, sedangkan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan ‘si gadis & tunangan­nya’, maka kalimatnya terasa aneh. Kalimatnya akan lebih enak kalau bagian ini ditujukan kepada tunangan si gadis, dan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan ‘si gadis dan tunangannya’.

c) 1 Korintus 7: 37: ‘menguasai kemauannya’.

Ini jelas tidak cocok untuk ayah si gadis tetapi cocok untuk tunangan si gadis.

1 Korintus 7: 39-40:

1) Ay 39 jelas bertentangan dengan polygamy (bdk. Roma 7:2-3).

2) 1 Korintus 7: 39 menunjukkan bahwa pernikahan ke dua sama sekali bukanlah sesuatu yang negatif, asalkan dilakukan setelah pasangannya meninggal.

3) Ay 39 memberikan syarat: ‘asal orang itu adalah seorang yang percaya’.

NIV: ‘he must belong to the Lord’ (= ia haruslah milik Tuhan).

NASB/KJV/RSV/Lit: ‘only in the Lord’ (= hanya di dalam Tuhan).

Ada 2 penafsiran:

a) Pernikahan itu harus dilakukan secara rohani dan dengan takut akan Tuhan.

b) Pernikahan itu harus dilakukan dengan sesama orang kristen (bdk. 2Korintus 6:14).

Saya lebih setuju pada pandangan yang kedua ini.

4) Ay 40a: ini lagi-lagi hanya berlaku untuk keadaan darurat! Dalam keadaan biasa lihat 1Timotius 5:14!

5) Ay 40b: mungkin ada musuh-musuh Paulus yang mengatakan bahwa mereka mempunyai Roh Kudus, tetapi Paulus tidak. Dalam ayat ini Paulus memberikan pembelaan diri dengan menga­takan bahwa iapun mempunyai Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa seorang hamba Tuhanpun boleh membela diri pada saat menerima kritik / fitnah yang tidak benar, khususnya kalau kritik / fitnah yang tidak benar itu bisa mempunyai pengaruh negatif terhadap gereja / pelayanan.EKSPOSISI 1 KORINTUS 7:1-40

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

Next Post Previous Post