EKSPOSISI MATIUS 13:1-23 (PERUMPAMAAN SEORANG PENABUR)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Matius 13:1-23 - “(Matius 13:1) Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. (2) Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. (3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’ (10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
I) Yesus memberitakan firman.bisnis, otomotif, gadget |
Matius 13: 1-2: “(1) Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. (2) Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.”.
1) Tempat yang Yesus gunakan.
Matthew Henry: “Where he preached this sermon. (1.) His meeting-place was the sea-side. ... (2.) His pulpit was a ship; ... No place amiss for such a Preacher, whose presence dignified and consecrated any place: let not those who preach Christ be ashamed, though they have mean and inconvenient places to preach in.” [= Dimana Ia memberitakan khotbah ini. (1) Tempat pertemuanNya adalah di tepi pantai / danau. ... (2) Mimbarnya adalah sebuah kapal / perahu; ... Tak ada tempat yang salah untuk Pengkhotbah seperti itu, yang kehadiranNya menaikkan derajat dan menguduskan tempat manapun: hendaklah mereka yang memberitakan Kristus tidak malu, sekalipun mereka mempunyai tempat yang buruk dan tidak menyenangkan untuk berkhotbah di dalamnya.].
Kalau saudara adalah seorang pendeta / pengkhotbah, apakah saudara merasa bangga kalau diundang untuk berkhotbah di suatu gereja yang besar dan mewah? Dan merasa sebaliknya kalau diundang untuk berkhotbah di suatu gereja yang kecil dan buruk?
Ini juga berlaku untuk jemaat pada waktu memilih gereja! Yang terpenting bukan bagusnya / besarnya / mewahnya tempat, tetapi pengkhotbahnya memberitakan firman yang bagaimana! Tetapi kenyataannya, sangat banyak jemaat memilih gereja berdasarkan besarnya dan mewahnya gerejanya, karena hal itu bisa mereka banggakan. Khususnya orang-orang kaya, artis-artis dsb, hampir selalu memilih gereja-gereja besar dan mewah! Seandainya mereka hidup pada saat Yesus mengkhotbahkan khotbah ini, mereka pasti tidak akan mau datang untuk mendengarNya!
2) Posisi mereka.
Matius 13: 2: “Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.”.
C. H. Spurgeon: “The teacher sat, and the people stood: we should have less sleeping in congregations if this arrangement still prevailed.” [= Sang guru duduk, dan orang-orang berdiri: kita akan mengurangi orang-orang yang tidur dalam jemaat jika pengaturan ini tetap berlaku.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 161 (AGES).
Merupakan sesuatu yang buruk dan membahayakan untuk tidur dalam suatu kebaktian / acara firman Tuhan!
Bdk Kis 20:7-9 - “(7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.”.
Dalam suatu kebaktian online lebih-lebih memudahkan untuk ketiduran karena saudara nonton di sofa / ranjang sambil berbaring!
3) Banyak orang datang berbondong-bondong.
Calvin mengatakan bahwa bukan tanpa alasan Matius mengatakan orang banyak datang kepada Yesus, dan bahwa pada waktu Yesus melihat mereka, Ia membandingkan firman / ajaranNya dengan ‘benih’. Pendengar yang banyak itu, sekalipun sama-sama menerima firman, tetapi reaksi / hasilnya berbeda-beda.
Calvin: “The design of the parable was to inform them, that the seed of doctrine, which is scattered far and wide, is not everywhere productive; because it does not always find a fertile and well cultivated soil.” [= Rancangan / tujuan dari perumpamaan adalah untuk memberi informasi kepada mereka, bahwa benih pengajaran, yang disebarkan di suatu daerah yang luas, tidaklah menghasilkan panen dimana-mana; karena benih itu tidak selalu mendapati suatu tanah yang subur dan sudah dipersiapkan dengan baik.].
4) Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Matius 13: 3: “Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.”.
Matthew Henry: “‘He spake many things unto them.’ ... It concerns us to give a more earnest heed, when Christ has so many things to say to us, that we miss not any of them.” [= ‘Ia mengucapkan banyak hal kepada mereka’. ... Penting bagi kita untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh, pada waktu Kristus mempunyai begitu banyak hal untuk dikatakan bagi kita, supaya kita tidak kehilangan yang manapun dari hal-hal itu.].
Pengkhotbah memang harus mempunyai banyak hal untuk diajarkan, dan:
a) Untuk bisa mempunyai banyak hal untuk diajarkan, pengkhotbah harus banyak belajar!
Pengkhotbah yang terlalu banyak melayani, tetapi kurang / tidak pernah belajar perlu memperhatikan cerita dalam Luk 10:38-42.
Lukas 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
The Biblical Illustrator (tentang 2Pet 1:15): “They are dangerous teachers, that never were learners. While they will not be scholars of truth, they become masters of error.” [= Mereka adalah guru-guru / pengajar-pengajar yang berbahaya, yang tidak pernah menjadi pelajar-pelajar. Pada waktu mereka tidak mau menjadi pelajar-pelajar dari kebenaran, mereka menjadi guru-guru dari kesalahan.].
John Stott: “‘None will ever be a good minister of the Word of God unless he is first of all a scholar.’ (Calvin). Spurgeon had the same conviction. ‘He who has ceased to learn has ceased to teach. He who no longer sows in the study will no more reap in the pulpit.’” [= ‘Tak seorangpun akan pernah menjadi seorang pelayan Firman Allah yang baik kecuali ia pertama-tama menjadi seorang murid / pelajar’. (Calvin). Spurgeon mempunyai keyakinan yang sama. ‘Ia yang telah berhenti untuk belajar telah berhenti untuk mengajar. Ia yang tidak lagi menabur dalam belajar tidak lagi akan menuai di mimbar’.] - ‘Between Two Worlds’, hal 180.
Khotbah harus disusun sedemikian rupa sehingga orang-orang yang mendengarnya tahu bahwa khotbah itu memang keluar dari Alkitab / Firman Tuhan.
D. Martyn Lloyd-Jones: “it should be clear to people that what we are saying is something that comes out of the Bible. ... I have known men who have just opened the Bible to read the text. They then shut the Bible and put it on one side and go on talking. I think that is wrong from the standpoint of true preaching. We are always to give the impression, and it may be more important than anything we say, that what we are saying comes out of the Bible, and always comes out of it. That is the origin of our message, this is where we have received it.” [= harus jelas bagi orang-orang bahwa apa yang sedang kita katakan adalah sesuatu yang keluar dari Alkitab. ... Saya tahu orang-orang yang hanya membuka Alkitab untuk membaca textnya. Lalu mereka menutup Alkitab dan meletakkannya di satu sisi dan melanjutkan berbicara. Saya pikir itu adalah salah dari sudut pandang khotbah yang benar. Kita harus selalu memberikan kesan, dan itu bisa lebih penting dari apapun yang kita katakan, bahwa apa yang sedang kita katakan keluar dari Alkitab, dan selalu keluar darinya. Itu adalah asal usul / sumber dari berita kita, ini adalah dari mana kita telah menerimanya.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 75.
Pengkhotbah-pengkhotbah yang tidak belajar biasanya akan memasukkan apa yang mereka baca di surat kabar atau buku novel, atau apa yang mereka tonton di TV, ke dalam khotbah-khotbah mereka. Tak ada yang salah untuk memasukkan hal-hal itu, asal khotbah tidak dipenuhi hanya dengan hal-hal itu!
D. Martyn Lloyd-Jones: “we are not to talk to people about the events of the week, things that have happened, things that have caught the headlines in the newspapers, political matters, or anything you like. There is the type of preacher who obviously depends upon what he reads in the newspapers for his message on Sunday; and he just makes comments on this. ... Other men seem to rely almost entirely upon their reading, in some cases their reading of novels. They tell people about the last novel they have read, about its story and its message, and try to give a moral application or a moral twist at the end.” [= kita tidak boleh berbicara kepada orang-orang tentang peristiwa-peristiwa dari minggu itu, hal-hal yang telah terjadi, hal-hal yang telah menjadi pokok berita dalam surat kabar, persoalan-persoalan politik, atau apapun yang kamu sukai. Ada type pengkhotbah yang secara jelas bergantung pada apa yang ia baca dalam surat kabar untuk beritanya pada hari Minggu; dan ia hanya memberikan komentar tentang hal ini. ... Orang-orang lain kelihatannya bersandar hampir sepenuhnya pada bacaan mereka, dalam beberapa kasus bacaan mereka tentang buku-buku novel. Mereka menceritai orang-orang tentang novel terakhir yang telah mereka baca, tentang ceritanya dan beritanya, dan mencoba untuk memberikan penerapan moral atau suatu belokan moral pada bagian akhir.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 59.
Untuk bisa banyak belajar seorang pengkhotbah harus mempunyai disiplin yang tinggi, dan rasa tanggung jawab yang besar.
D. Martyn Lloyd-Jones: “The first great rule is that he must be very careful to maintain a general discipline in his life. ... Unlike men in professions and in business he is not tied of necessity by office hours and other conventions, or with conditions determined outside himself; he is, as compared with them, his own master. ... One of these is the danger of just frittering away your time, particularly in the morning. You start with the newspaper, and it is very easy to spend a great deal of time on this, quite unconsciously. Then there are weekly magazines and journals, and interruptions on the telephone and so on. ... Try to develop a system whereby you are not available on the telephone in the morning; let your wife or anyone else take message for you, and inform the people who are telephoning that you are not available. One literally has to fight for one’s life in this sense! ... Do not allow even the affairs of the Church to interfere with this. Safeguard your mornings! They must be given up to this great task of preparing for your work in the pulpit.” [= Peraturan besar pertama adalah bahwa ia harus sangat hati-hati untuk memelihara suatu kedisiplinan umum dalam kehidupannya. ... Berbeda dengan orang-orang dalam profesi dan dalam bisnis, ia tidak harus terikat jam kantor dan pertemuan-pertemuan formal, atau dengan keadaan-keadaan yang ditentukan di luar dirinya sendiri; dibandingkan dengan mereka ia adalah tuan atas dirinya sendiri. ... Salah satu dari hal-hal ini adalah bahaya dari hanya membuang-buang waktumu, khususnya pada pagi hari. Kamu mulai dengan surat kabar, dan adalah sangat mudah untuk menghabiskan banyak waktu untuk hal ini, secara tak disadari. Lalu ada majalah-majalah dan jurnal-jurnal mingguan, dan interupsi-interupsi dari telpon dan seterusnya. ... Cobalah untuk mengembangkan suatu sistim dengan mana kamu tidak dapat ditelpon pada pagi hari; biarlah istrimu atau siapapun yang lain menerima pesan untukmu, dan memberitahu orang-orang yang menelpon bahwa kamu tidak tersedia / tidak bisa dihubungi. Seseorang secara hurufiah harus berkelahi mati-matian dalam hal ini! ... Jangan ijinkan bahkan urusan-urusan Gereja mencampuri / mengganggu hal ini. Jagalah pagi harimu! Saat itu harus diserahkan pada tugas yang agung dari persiapan untuk pekerjaanmu di mimbar.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 166-167.
b) Pengkhotbahnya harus mempunyai karunia, baik untuk menyusun khotbah, maupun untuk menyampaikannya.
Sekalipun pengkhotbah itu banyak belajar, sehingga ia mendapatkan banyak bahan untuk khotbahnya, tetapi kalau ia tak mempunyai karunia untuk menyusun khotbah, ia tak akan bisa memasukkan bahan-bahan yang telah ia pelajari itu ke dalam khotbah! Dengan demikian, ia hanya jadi pandai untuk dirinya sendiri, tetapi tidak bisa memberikannya kepada jemaatnya.
D. Martyn Lloyd-Jones: “This is where the labour of preparing sermons comes in. The matter has to be given form, it must be moulded into shape. ... This involves considerable effort and labour. ... it is our business as preachers to hammer out our subject matter in order to get it into the form of a sermon. ... The preparation of sermons involves sweat and labour. It can be extremely difficult at times to get all this matter that you have found in the Scriptures into this particular form. It is like a potter fashioning something out of the clay, or like a blacksmith making shoes for a horse; you have to keep on putting the material into the fire and on to the anvil and hit it again and again with the hammer. Each time it is a bit better, but not quite right; so you put it back again and again until you are satisfied with it or can do no better. This is the most gruelling part of the preparation of a sermon; but at the same time it is a most fascinating and a most glorious occupation. It can be at times most difficult, most exhausting, most trying. But at the same time I can assure you that when you have finally succeeded you will experience one of the most glorious feelings that ever comes to a man on the face of this earth.” [= Ini adalah dimana jerih payah tentang persiapan khotbah datang / masuk. Bahan harus diberi bentuk, itu harus dibentuk ke dalam suatu bentuk / garis besar. ... Ini melibatkan usaha dan jerih payah yang banyak. ... merupakan urusan kita sebagai pengkhotbah-pengkhotbah untuk menyiapkan pokok persoalan untuk menjadikannya dalam bentuk dari suatu khotbah. ... Persiapan dari khotbah-khotbah melibatkan keringat dan jerih payah. Kadang-kadang bisa sangat sukar untuk memasukkan semua bahan yang telah kamu dapatkan dalam Kitab Suci ke dalam bentuk khusus ini. Itu seperti seorang penjunan membentuk sesuatu dari tanah liat, atau seperti seorang pandai besi membuat sepatu untuk seekor kuda; kamu harus terus menerus memasukkan bahan itu ke dalam api dan pada landasan dan memukulnya berulang-ulang dengan palu. Setiap kali itu menjadi lebih baik, tetapi belum cukup benar; maka kamu kembali melakukannya berulang-ulang sampai kamu puas dengannya atau tidak bisa melakukannya dengan lebih baik lagi. Ini adalah bagian yang paling sangat melelahkan dari persiapan suatu khotbah; tetapi pada saat yang sama itu adalah pekerjaan / kesibukan yang paling menarik dan paling mulia. Kadang-kadang itu bisa paling sukar, paling melelahkan, paling berat. Tetapi pada saat yang sama saya bisa meyakinkan kamu bahwa pada waktu kamu akhirnya berhasil, kamu akan mengalami salah satu perasaan yang paling mulia / agung yang pernah datang kepada seseorang di muka bumi ini.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 78,79,80.
Catatan: Kalau saudara adalah seorang pengkhotbah dan saudara membaca kata-kata di atas ini dan tidak mengertinya, maka saudara bukanlah pengkhotbah yang mempersiapkan khotbah saudara dengan benar. Kalau saudara mempersiapkan khotbah saudara dengan benar, saudara bukan hanya akan mengertinya, tetapi saudara sudah mengalaminya.
Kalau untuk saya, yang paling berat adalah menterjemahkan bahan-bahan yang saya copas. Ini butuh waktu sangat banyak.
c) Untuk bisa mengajarkan banyak hal, waktu untuk khotbah juga harus banyak!
Bandingkan ini dengan gereja-gereja yang seluruh kebaktiannya hanya 1 jam saja, sehingga waktu untuk khotbah hanya 25-30 menit (bahkan ada yang hanya 15 menit!). Juga gereja-gereja yang sekalipun kebaktiannya panjang, tetapi mayoritas waktu digunakan bukan untuk Firman Tuhan, tetapi untuk puji-pujian, ‘acara penyembahan’, kesaksian, dan sebagainya.
Penerapan: apakah keberatan kalau kita kebaktian selama 2,5 jam, dan khotbahnya 1,5 jam atau bahkan lebih?
Tetapi D. Martyn Lloyd-Jones mengatakan bahwa yang sekarang terjadi adalah: waktu untuk kebaktian itu diisi dengan banyak hal-hal lain, sehingga mendesak waktu untuk khotbah!
D. Martyn Lloyd-Jones: “They have argued that the people should have a greater part in the service and so they have introduced ‘responsive reading’, and more and more music and singing and chanting. ... It has been illuminating to observe these things; as preaching has declined, these other things have been emphasised; and it has all been done quite deliberately. It is a part of this reaction against preaching; and people have felt that it is more dignified to pay this greater attention to ceremonial, and form, and ritual.” [= Mereka telah berargumentasi bahwa orang-orang harus mempunyai bagian / andil yang lebih banyak dalam kebaktian / ibadah dan lalu mereka memperkenalkan / memasukkan ‘pembacaan bergantian’, dan makin lama makin banyak musik dan nyanyian. ... Merupakan suatu pencerahan untuk memperhatikan hal-hal ini; karena / pada waktu khotbah telah berkurang, hal-hal lain ini telah ditekankan; dan semua itu telah dilakukan dengan sengaja. Itu adalah sebagian dari reaksi menentang khotbah; dan orang-orang telah merasa bahwa adalah lebih berharga / bermartabat untuk memberi perhatian yang lebih besar ini pada upacara, dan bentuk, dan ritual.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 16.
D. Martyn Lloyd-Jones: “Still worse has been the increase in the element of entertainment in public worship - the use of films and the introduction of more and more singing; the reading of the Word and prayer shortened drastically, but more and more time given to singing. You have a ‘song leader’ as a new kind of official in the church, and he conducts the singing and is supposed to produce the atmosphere. But he often takes so much time in producing the atmosphere that there is no time for preaching in the atmosphere! This is a part of this whole depreciation of the message” [= Lebih buruk lagi adalah peningkatan elemen hiburan dalam ibadah / kebaktian umum - penggunaan film-film dan pemasukan nyanyian yang makin lama makin banyak; pembacaan Firman dan doa diperpendek secara drastis, tetapi makin lama makin banyak waktu yang diberikan pada nyanyian. Kamu mempunyai seorang ‘pemimpin pujian’ sebagai suatu jenis jabatan yang baru dalam gereja, dan ia memimpin nyanyian dan diharapkan untuk menghasilkan ‘suasana’. Tetapi ia seringkali menggunakan begitu banyak waktu dalam menghasilkan ‘suasana’ itu sehingga di sana tidak ada waktu untuk khotbah dalam ‘suasana’ itu! Ini adalah sebagian dari seluruh peremehan terhadap berita (firman) ini.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 17.
D. Martyn Lloyd-Jones: “Then on top of this, there is the giving of testimonies. It has been interesting to observe that as preaching as such has been on the decline, preachers have more and more used people to give their testimonies; and particularly if they are important people in any realm. This is said to attract people to the Gospel and to persuade them to listen to it. If you can find an admiral or a general or anyone who has some special title, or a baseball player, or an actor or actress or film-star, or pop-singer, or somebody well-known to the public, get them to give their testimony. This is deemed to be of much greater value than the preaching and the exposition of the Gospel.” [= Lalu pada puncak dari hal ini, di sana ada pemberian kesaksian-kesaksian. Merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa pada waktu khotbah ada dalam keadaan menurun / merosot, pengkhotbah-pengkhotbah makin lama makin banyak menggunakan orang-orang untuk memberikan kesaksian-kesaksian mereka; dan secara khusus jika mereka adalah orang-orang penting dalam bidang apapun. Ini dikatakan untuk menarik orang-orang kepada Injil dan untuk membujuk mereka untuk mendengarkannya. Jika kamu bisa menemukan seorang laksamana atau seorang jendral atau siapapun yang mempunyai gelar khusus tertentu, atau seorang pemain basket, atau seorang aktor atau aktris atau bintang film, atau penyanyi lagu Pop, atau seseorang yang terkenal bagi masyarakat umum, suruhlah mereka untuk memberikan kesaksian mereka. Ini dianggap mempunyai nilai yang jauh lebih besar dari khotbah dan exposisi dari Injil.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 17.
Seorang pengkhotbah juga bisa ‘mengurangi’ waktu khotbahnya dengan banyak menggunakan bahasa asli, lalu menterjemahkannya, tanpa ada gunanya! Contoh yang menyolok adalah Bambang Noorsena.
5) Sikap yang Yesus inginkan dari para pendengar.
Matius 13: 9: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’”.
C. H. Spurgeon: “Ears are for hearing: use them most when HE speaks who made the ear.” [= Telinga adalah untuk mendengar: gunakan mereka secara maximal pada waktu IA, yang membuat telinga, berbicara.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 163 (AGES).
George Dana Boardman: “The world is dying for want, not of good preaching, but of good hearing.” [= Dunia sekarat karena kekurangan, bukan khotbah yang baik, tetapi pendengaran yang baik.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 523.
Catatan: menurut saya dunia sekarat karena kekurangan kedua hal itu.
John Stott: “A deaf church is a dead church:” [= Gereja yang tuli adalah gereja yang mati:] - ‘Between Two Worlds’, hal 113.
Catatan: ini luar biasa benar. Saya paling tidak senang berkhotbah di gereja, yang sekalipun besar dan banyak jemaatnya, tetapi tidak bisa mendengar Firman Tuhan!
Calvin: “‘He that hath ears to hear, let him hear.’ These words were intended partly to show that all were not endued with true understanding to comprehend what he said, and partly to arouse his disciples to consider attentively that doctrine which is not readily and easily understood by all. Indeed, he makes a distinction among the hearers, by pronouncing some to have ears, and others to be deaf. If it is next inquired, how it comes to pass that the former have ears, Scripture testifies in other passages, that it is the Lord who ‘pierces the ears,’ (Psalm 40:7,)and that no man obtains or accomplishes this by his own industry.” [= ‘Ia yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar’. Kata-kata ini sebagian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak semua diberi / diberkati dengan pengertian yang benar untuk mengerti apa yang Ia katakan, dan sebagian untuk membangkitkan murid-muridNya untuk merenungkan dengan penuh perhatian ajaran yang tidak dengan cepat dan dengan mudah dimengerti oleh semua orang. Memang, Ia membuat suatu pembedaan di antara para pendengar, dengan menyatakan bahwa sebagian mempunyai telinga, dan yang lain sebagai tuli. Jika selanjutnya ditanyakan, bagaimana bisa terjadi bahwa yang pertama mempunyai telinga, Kitab Suci menyaksikan dalam text-text yang lain, bahwa adalah Tuhan yang ‘menusuk / menembus telinga’ (Maz 40:7), dan bahwa tak seorangpun yang mendapatkan atau mencapai ini oleh kerajinannya sendiri.].
Mazmur 40:7 - “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut.”.
KJV: ‘mine ears hast thou opened’ [= telingaku telah Engkau buka].
RSV: ‘but thou hast given me an open ear’ [= tetapi Engkau telah memberiku telinga yang terbuka].
NIV: ‘but my ears you have pierced’ [= tetapi telingaku telah Engkau tusuk / tembus].
NASB: ‘My ears You have opened’ [= Telingaku telah Engkau buka].
Adam Clarke mengatakan terjemahan yang benar adalah ‘pierce’ [= tusuk / tembus], dan ia menghubungkan anak kalimat ini dengan Kel 21:2-6, dan lalu mengatakan bahwa artinya adalah ‘Engkau telah membuatku menjadi hambaMu untuk selama-lamanya’.
Kel 21:2,5-6 - “(2) Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. ... (5) Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, (6) maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.”. Bdk. Ul 15:16-17.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Maz 40:7): “‘Mine ears hast thou opened.’ - literally, ‘thou hast digged.’ The sense is, thou hast made me willingly obedient; as in the passage of Jeremiah just quoted, and in Isa 50:5, where also, as here, Messiah is the speaker - ‘The Lord God hath opened mine ear, and I was not rebellious.’” [= ‘Telingaku telah Engkau buka’ - secara hurufiah, ‘Engkau telah menggali’. Artinya adalah, Engkau telah membuat aku taat dengan rela; seperti dalam text dari Yeremia yang baru dikutip, dan dalam Yes 50:5, dimana juga, seperti di sini Mesias adalah si pembicara - Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak’.].
Catatan: Bible Works 8 memberi arti seperti yang diberikan oleh Jamieson, Fausset & Brown yaitu ‘dig’ [= menggali].
Yes 50:4-5 - “(4) Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (5) Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.”.
Albert Barnes juga sefaham dengan Jamieson, Fausset & Brown, tetapi ia menambahkan bahwa ia tidak setuju dengan tafsiran seperti yang diberikan oleh Adam Clarke, yang menghubungkan anak kalimat ini dengan Kel 21:2,5-6. Ia mengatakan bahwa dalam kasus itu, yang ditusuk / ditembus adalah daun telinganya, tetapi dalam anak kalimat dalam Maz 40:7 ini yang digali adalah lubang telinga sehingga orang itu bisa mendengar.
Calvin juga menentang arti seperti yang diberikan oleh Adam Clarke, dan mengartikan seluruh ayat itu (Maz 40:7) sebagai berikut: “Engkau telah membuka telingaku, sehingga aku mengerti apa yang Engkau kehendaki, yaitu bukan korban secara lahiriah, tetapi arti rohani yang ditunjuk oleh korban-korban itu”.
Alasan lain untuk lebih memilih arti yang diberikan Barnes dan Calvin adalah bahwa arti ini jauh lebih cocok dengan 1Sam 15:22 yang kelihatannya dirujuk oleh Daud dalam Maz 40:7 itu (Keil & Delitzsch), dibandingkan dengan arti yang diberikan oleh Adam Clarke.
1Samuel 15:22 - “Tetapi jawab Samuel: ‘Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”.
Memang manusia berdosa itu mati secara rohani, sehingga kalau bukan Tuhan menghidupkan dia (melahir-barukan), dan membuka telinganya, ia tidak akan bisa ataupun mau mendengar.
Bdk. Kis 16:13-14 - “(13) Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ. (14) Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.”.
Apakah merupakan sesuatu yang aneh / kontradiksi bahwa Tuhan yang membuka telinga tetapi Ia memerintahkan kita untuk mendengar? Tidak, karena sekalipun hal itu tergantung Tuhan, kita tetap diberi kewajiban untuk mendengar. Sama dengan persoalan iman, yang jelas adalah anugerah / pemberian Tuhan (Fil 1:29), tetapi kita tetap diperintahkan untuk beriman (Yoh 6:29).
Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”.
Yohanes 6:29 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.
Jadi, sebagai jemaat saudara punya kewajiban untuk mendengar firman, tidak peduli panjang dan sukar!
Kesimpulan: pengkhotbah punya banyak persyaratan dan kewajiban yang berat untuk bisa memberikan khotbah yang baik / benar, tetapi jemaat juga harus berusaha mendengar Firman Tuhan yang diberitakan pengkhotbah.
II) Yesus mengajar menggunakan perumpamaan.
1) Yesus mengajar menggunakan perumpamaan.
Matius 13: 3: “Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.”.
Bible Knowledge Commentary: “As Jesus continued to minister to crowds of people, He did something He had not done before. For the first time in Matthew’s Gospel, Jesus told parables. The word ‘parable’ comes from two Greek words (para and ballo), which together mean ‘to throw alongside.’ A parable, like an illustration, makes a comparison between a known truth and an unknown truth; it throws them alongside each other.” [= Pada waktu Yesus melanjutkan untuk melayani orang banyak, Ia melakukan sesuatu yang belum pernah Ia lakukan sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam Injil Matius, Yesus menceritakan perumpamaan-perumpamaan. Kata perumpamaan (parable) berasal dari dua kata Yunani (PARA dan BALLO), yang bersama-sama berarti ‘melempar di sisi’. Suatu perumpamaan, seperti sebuah ilustrasi, membuat suatu perbandingan antara suatu kebenaran yang diketahui dan suatu kebenaran yang tidak diketahui; itu melemparkan keduanya berdampingan satu dengan yang lain.].
Perlu diperhatikan bahwa dalam Alkitab, perumpamaan itu sendiri adalah firman Tuhan, dan ini sangat berbeda dengan kalau seorang pengkhotbah mengajar, lalu memberikan ilustrasi / perumpamaan untuk memperjelas apa yang dia ajarkan.
Pada waktu seorang pengkhotbah mengajar, kebenarannya harus ada dulu (dari Alkitab), lalu ditambahi perumpamaan / ilustrasi untuk memperjelas. Bukan menggunakan ilustrasi / perumpamaan semata-mata untuk mengajarkan kebenaran / sebagai dasar dari kebenaran!
Bandingkan dengan ilustrasi domino dalam acara debat vs GBIA Graphe di Jakarta, yang bukan saja tak ada logikanya, tetapi juga diberikan tanpa ayat apapun sebagai dasar ajaran.
Juga ajaran Kharismatik yang mengatakan dalam berbahasa roh harus dipancing dengan mengucapkan kata-kata apapun yang tidak ia mengerti. Lalu diberi ilustrasi / perumpamaan (tanpa dasar Alkitab): seperti pompa air, tak bisa menyedot air. Maka harus diisi air, untuk memancing, maka pompa itu baru bisa bekerja memompa air.
Catatan: kasus dalam Mat 13 ini merupakan kasus khusus karena Yesus mengajar menggunakan perumpamaan justru untuk menyembunyikan arti. Jadi, artinya Ia berikan belakangan, waktu Ia hanya bersama-sama dengan para murid.
TAK ADA PENGKHOTBAH BOLEH MENIRU YESUS DALAM HAL INI!!
2) Mengapa Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan?
a) Matius 13: 10: “Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’”.
Dalam Matius dikatakan murid-murid bertanya tentang mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan. Tetapi dalam ayat-ayat paralelnya dalam Markus dan Lukas, mereka bertanya tentang arti perumpamaan itu.
Markus 4:10 - “Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikutNya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.”.
Lukas 8:9 - “Murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu.”.
Ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi. Jadi, ada dua pertanyaan.
Lenski: “The question was really a double one. They wanted to know why Jesus was using parables and what this first parable meant (Luke 8:9),” [= Pertanyaannya sesungguhnya merupakan pertanyaan ganda. Mereka ingin tahu mengapa Yesus menggunakan perumpamaan dan apa arti dari perumpamaan pertama ini (Luk 8:9),].
Dan dalam Mat 13:11-17 Yesus menjawab pertanyaan dalam Mat 13:10, sedangkan dalam Mat 13:18-23 Yesus menjawab pertanyaan dalam Mark 4:10 / Luk 8:9.
Bahwa mereka bertanya tentang arti dari perumpamaan itu, menunjukkan kerinduan mereka untuk mengerti Firman Tuhan!
C. H. Spurgeon: “As the matter perplexed them, they did well to inquire of their infallible Teacher, rather than to invent an explanatory theory, which might have been altogether a mistake.” [= Karena persoalannya membingungkan mereka, mereka melakukan yang benar dengan menanyakan kepada Guru mereka yang tidak bisa salah, dari pada menemukan / menciptakan teori yang menjelaskan, yang bisa saja sepenuhnya merupakan sesuatu yang salah.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 163 (AGES).
Bagaimana menerapkan hal ini pada jaman sekarang, dimana Yesus tidak ada secara jasmani bersama kita? Pertama dengan berdoa kepada Dia untuk meminta penjelasan, dan kedua, dengan mempelajari buku-buku yang baik, atau dengan bertanya kepada pengajar-pengajar yang baik.
b) Matius 13: 11: “Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.”.
1. ‘rahasia’.
RSV/NIV: ‘secrets’ [= rahasia-rahasia].
KJV/ NASB: ‘mysteries’ [= misteri-misteri].
Jamieson, Fausset & Brown: “The word ‘mysteries’ (musteeria) in Scripture is not used in its classical sense - of ‘religious secrets,’ nor yet of ‘things incomprehensible, or in their own nature difficult to be understood’ - but in the sense of ‘things of purely divine revelation,’ and, usually, ‘things darkly announced under the ancient economy, and during all that period darkly understood, but fully published under the Gospel’ (1 Cor 2:6-10; Eph 3:3-6,8-9).” [= Kata ‘misteri’ (MUSTERIA) dalam Kitab Suci tidak digunakan dalam arti klasiknya - tentang ‘rahasia agamawi’, juga tidak tentang ‘hal-hal yang tidak dapat dimengerti, atau dalam hakekat mereka sendiri sukar dimengerti’ - tetapi dalam arti dari ‘hal-hal yang semata-mata adalah penyataan ilahi’, dan biasanya ‘hal-hal yang dinyatakan secara kabur pada jaman dulu, dan pada jaman dulu dimengerti secara kabur, tetapi dinyatakan secara penuh dalam jaman Injil’ (1 Cor 2:6-10; Eph 3:3-6,8-9).].
1Korintus 2:7 - “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.”.
Ef 3:3-6,8-9 - “(3) yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. (4) Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, (5) yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabiNya yang kudus, (6) yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. ... (8) Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, (9) dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,”.
Bdk. Ro 16:25-26 - “(25) Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, - menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, (26) tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman -”.
Mengerti tentang arti dari kata ‘rahasia’ / ‘misteri’ ini penting dalam menjelaskan 1Kor 14:2 - “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘mystery’.
Yunani: MUSTERION.
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani MUSTERION itu dipakai di:
a. Mat 13:11 / Mark 4:11 / Luk 8:10.
b. Ro 11:25 Ro 16:25.
c. 1Kor 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.
d. Ef 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.
e. Kol 1:26-27 2:2 4:3.
f. 2Tes 2:7.
g. 1Tim 3:9,16.
h. Wah 1:20 10:7 17:5-7.
Bacalah semua ayat-ayat itu dan periksalah apa arti dari kata ‘rahasia’ itu. Dengan 2Tes 2:7 sebagai perkecualian, jelas semua ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa ‘rahasia’ itu bukanlah sesuatu yang tersembunyi yang tidak diketahui / dimengerti orang, tetapi merupakan kebenaran Allah / Injil yang dulunya tersembunyi, tetapi yang sekarang (dalam jaman Perjanjian Baru) sudah dinyatakan oleh Allah.
Jadi, jelaslah bahwa kata ‘rahasia’ dalam 1Kor 14:2 tidak berarti bahwa itu adalah bahasa malaikat yang tidak dimengerti oleh seorangpun.
2. ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak’.
KJV: ‘He answered and said unto them, Because it is given unto you to know the mysteries of the kingdom of heaven, but to them it is not given’ [= Ia menjawab dan berkata kepada mereka, Karena diberikan kepadamu untuk mengetahui misteri dari kerajaan surga, tetapi kepada mereka itu tidak diberikan].
RSV: ‘And he answered them, ‘To you it has been given to know the secrets of the kingdom of heaven, but to them it has not been given’ [= Dan Ia menjawab mereka, ‘Kepadamu telah diberikan untuk mengetahui rahasia dari kerajaan surga, tetapi kepada mereka itu tidak diberikan].
NIV: ‘He replied, ‘The knowledge of the secrets of the kingdom of heaven has been given to you, but not to them’ [= Ia menjawab, ‘Pengetahuan tentang rahasia dari kerajaan surga telah diberikan kepadamu, tetapi tidak kepada mereka].
NASB: ‘Jesus answered them, ‘To you it has been granted to know the mysteries of the kingdom of heaven, but to them it has not been granted’ [= Yesus menjawab mereka, ‘Kepadamu telah diberikan untuk mengetahui misteri dari kerajaan surga, tetapi kepada mereka itu tidak diberikan].
Kata ‘diberi’ dalam bahasa Yunaninya adalah DEDOTAI, yang sebetulnya ada dalam perfect tense. Karena itu RSV/NIV/NASB menterjemahkan ke dalam bentuk perfect tense.
Tafsiran Arminian: Lenski & Adam Clarke.
Lenski: “It must ‘be given’ to a man ‘to know’ them. This divine giving is done by means of revelation, through the preaching and the teaching of the gospel of the kingdom. In the verb ‘has been given’ lies the idea of pure grace, and the agent back of the passive is God.” [= Itu harus ‘diberikan’ kepada seseorang ‘untuk mengetahui’ mereka. Pemberian ilahi ini dilakukan dengan cara pewahyuan, melalui pengkhotbahan dan pengajaran dari injil dari kerajaan. Dalam kata kerja ‘telah diberikan’ terletak gagasan dari kasih karunia yang murni / semata-mata kasih karunia, dan agen di belakang kata kerja bentuk pasif itu adalah Allah.].
Lenski: “Due to something that transpired in the past, the one group now has this gift to know, the other has it not. What had occurred in the past that caused this present difference? The Scriptures answer: no unwillingness on God’s part to give (1 Tim. 2:4; 2 Pet. 3:9; John 3:16; Matt. 28:19,20) but only the unwillingness of so many to receive his grace and gift (23:37; Acts 7:51; Hos. 13:9). Persistently declining the grace and gift when it first came to them, these people remained without it. Thus they are now without the necessary requisites for receiving the knowledge of the blessed mysteries of the kingdom. To know these ‘has not been given to them’ because they nullified every effort of God and of Christ to bestow this gift on them.” [= Disebabkan sesuatu yang terjadi di masa lampau, satu kelompok sekarang mempunyai karunia untuk mengetahui ini, kelompok yang lain tidak mempunyainya. Apa yang telah terjadi di masa lampau yang menyebabkan perbedaan saat ini? Kitab Suci menjawab: tidak ada ketidak-mauan pada pihak Allah untuk memberi (1Tim 2:4; 2Pet 3:9; Yoh 3:16; Mat 28:19,20) tetapi hanya ketidak-mauan dari begitu banyak orang untuk menerima kasih karunia dan karuniaNya (Mat 23:37; Kis 7:51; Hos 13:9). Dengan keras hati / secara terus menerus menolak kasih karunia dan karunia pada waktu itu pertama-tama datang kepada mereka, orang-orang ini tetap tinggal tanpa hal itu. Karena itu mereka sekarang tidak mempunyai syarat yang diperlukan untuk menerima pengetahuan tentang misteri yang diberkati dari kerajaan. Mengetahui hal-hal ini ‘telah tidak diberikan kepada mereka’, karena mereka membuat tak berguna setiap usaha dari Allah dan dari Kristus untuk menganugerahkan karunia ini kepada mereka.].
Catatan: terlalu panjang dan menyimpang kalau mau membahas semua ayat-ayat yang diberikan oleh Lenski. Saya hanya akan membahas secara singkat / sepintas saja.
a. 1Tim 2:4 2Pet 3:9 Yoh 3:16 telah saya jelaskan dalam kelas GSM tentang ‘Limited Atonement’ [= Penebusan Terbatas].
b. Mat 28:19,20 hanya merupakan Amanat Agung Yesus, yang menyuruh memberitakan Injil, tetapi sama sekali tidak berbicara tentang orang-orang yang diinjili itu bisa mengerti atau tidak, apalagi alasan dari hal itu.
c. Mat 23:37 Kis 7:51 Hos 13:9 hanya merupakan ayat-ayat dari sudut pandang manusia.
Saya menganggap sebagai sesuatu yang lucu sekali kalau di atas Lenski mengatakan bahwa mereka menerima karunia untuk mengetahui rahasia / misteri itu karena ‘pure grace’, tetapi lalu melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan bahwa mereka mendapatkan atau tidak mendapatkan hal itu karena apa yang telah mereka lakukan di masa lampau! Ini bukan ‘pure grace’! Pure grace tidak bisa dicampur dengan perbuatan! Begitu dicampur dengan perbuatan, itu bukan lagi ‘grace’ [= kasih karunia]!
Bdk. Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.
Adam Clarke: “It is not given to them to know the purport and design of these things - they are gross of heart, earthly and sensual, and do not improve the light they have received: but to you it is given, because I have appointed you not only to be the first preachers of my Gospel to sinners, but also the persons who shall transmit accounts of all these things to posterity. The knowledge of these mysteries, in the first instance, can be given only to a few; but when these faithfully write and publish what they have heard and seen, unto the world, then the science of salvation is revealed and addressed to all. From Matt 13:17, we learn, that many prophets and righteous men had desired to see and hear these things, but had not that privilege - to them it was not given; not because God designed to exclude them from salvation, but because HE who knew all things knew, either that they were not proper persons, or that that was not the proper time: for the choice of the PERSONS by whom, and the choice of the TIME in which it is most proper to reveal divine things, must ever rest with the all-wise God.” [= Tidak diberikan kepada mereka untuk mengetahui arti dan rancangan dari hal-hal ini - mereka hatinya kotor, duniawi dan penuh hawa nafsu, dan tidak meningkatkan terang yang telah mereka terima: tetapi kepadamu itu diberikan, karena Aku telah menetapkan kamu bukan hanya sebagai pengkhotbah-pengkhotbah pertama dari InjilKu kepada orang-orang berdosa, tetapi juga orang-orang yang akan meneruskan cerita-cerita tentang semua hal-hal ini kepada keturunan. Pengetahuan tentang misteri-misteri ini, pada contoh / kejadian pertama, hanya bisa diberikan kepada sedikit orang; tetapi pada waktu orang-orang ini dengan setia menuliskan dan menerbitkan / mengumumkan apa yang telah mereka dengar dan lihat, kepada dunia, maka ilmu pengetahuan tentang keselamatan dinyatakan dan ditujukan kepada semua orang. Dari Mat 13:17, kita mempelajari bahwa banyak nabi-nabi dan orang-orang benar telah menginginkan untuk melihat dan mendengar hal-hal ini, tetapi mereka tidak mempunyai hak itu - kepada mereka itu tidak diberikan; bukan karena Allah merancang untuk mengeluarkan mereka dari keselamatan, tetapi karena IA yang mengetahui segala sesuatu, tahu, atau bahwa mereka bukan orang-orang yang tepat, atau bahwa itu bukan waktu yang tepat: karena pemilihan dari orang-orang oleh siapa, dan pemilihan dari WAKTU dimana adalah paling tepat untuk menyatakan hal-hal ilahi, harus tetap ada pada Allah yang maha bijaksana.].
Catatan: sama seperti kata-kata Lenski, kata-kata Clarke juga mengandung kontradiksi yang kurang lebih sama. Di bagian awal, ia mengatakan orang-orang tidak menerima pengetahuan karena kejahatan mereka dan karena mereka dulunya pernah menolak terang. Tetapi di bagian akhir, ia mengatakan bahwa semua itu tergantung Allah. Yang mana yang benar? Juga kalau pada bagian awal ia membandingkan kedua mecam pendengar ajaran Yesus, tetapi pada bagian akhir, ia membelokkan kepada orang-orang benar zaman Perjanjian Lama. Tak usah heran, karena baik Clarke maupun Lenski adalah orang-orang Arminian, dan mereka memang tak akan pernah bisa mengharmoniskan hal-hal seperti ini!
Sekarang bandingkan kata-kata mereka dengan kata-kata dari para Calvinist dan Calvin sendiri di bawah ini.
Tafsiran Calvin / Calvinist
C. H. Spurgeon: “To hear the outward word is a common privilege: ‘To know the mysteries’ is a gift of sovereign grace. Our Lord speaks the truth with much boldness: ‘It is given unto you’, ‘but to them it is not given.’ Solemn words. Humbling truths. Salvation, and the knowledge by which it comes, are given as the Lord wills. There is such a thing as distinguishing grace after all; let the moderns revile the doctrine as they may.” [= Untuk mendengar firman lahiriah adalah suatu hak yang bersifat umum: ‘Untuk mengetahui misteri-misteri’ merupakan suatu karunia dari kasih karunia yang berdaulat. Tuhan kita mengatakan kebenaran dengan keberanian yang besar. ‘Itu diberikan kepadamu’, ‘tetapi kepada mereka itu tidak diberikan’. Kata-kata yang serius / khidmat. Kebenaran-kebenaran yang merendahkan hati. Keselamatan, dan pengetahuan dengan mana keselamatan itu datang, diberikan sebagaimana Tuhan menghendakinya. Bagaimanapun juga, di sana ada kasih karunia yang membedakan; biarlah orang-orang modern / modernist mencerca doktrin ini sesuka mereka.] - ‘Commentary on Matthew’ (AGES).
Bdk. Mat 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”.
Bdk. Mat 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.”.
William Hendriksen: “Note ‘given.’ It was a matter of pure grace. To be sure there is also a human factor that enters in, as will become clear in the following verses, but at bottom understanding these mysteries is always a matter of grace (I Cor. 4:7; Eph. 2:8). To some this grace is given, to others not. See also on 25:15, and cf. Dan 4:35; Rom. 9:16,18,20,21. But without in any way bypassing the basic truth concerning the necessity of sovereign grace not only for the impartation of salvation to man but even for his intellectual and spiritual grasp of the truth concerning salvation, it is only fair to add that in the ensuing verses (see especially verses 13 and 15) it is man’s responsibility and the use he makes of it that is emphasized.” [= Perhatikan kata ‘diberikan’. Itu adalah suatu persoalan dari kasih karunia yang murni / semata-mata kasih karunia. Memang pasti di sana juga ada faktor manusia yang masuk, seperti akan menjadi jelas dalam ayat-ayat yang berikutnya, tetapi pada dasar yang paling bawah, mengerti misteri-misteri ini selalu merupakan persoalan kasih karunia (1Kor 4:7; Ef 2:8). Bagi sebagian orang kasih karunia ini diberikan, bagi orang-orang lain tidak. Lihat juga Mat 25:15, dan bdk. Dan 4:35; Ro 9:16,18,20,21. Tetapi tanpa mem-by-pass dengan cara apapun kebenaran yang dasari berkenaan dengan keperluan akan kasih karunia yang berdaulat, bukan hanya untuk memberikan keselamatan kepada manusia, tetapi bahkan untuk pengertian intelektual dan rohaninya berkenaan dengan keselamatan, hanyalah merupakan sesuatu yang fair / adil untuk menambahkan bahwa dalam ayat-ayat yang berikut (lihat khususnya ay 13 dan 15) adalah tanggung jawab manusia dan bagaimana ia menggunakannya yang ditekankan.].
Theologia Reformed memang di satu sisi menekankan kedaulatan Allah, tetapi di sisi lain sama sekali tidak membuang tanggung jawab manusia.
Mat 25:15 - “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.”.
Dan 4:35 - “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.
Ro 9:10-21 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya (bukan dari perbuatan tetapi dari Dia yang memanggil) - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.
Calvin: “From this reply of Christ we learn, that the doctrine of salvation is proclaimed by God to men for various purposes; for Christ declares that he intentionally spoke obscurely, in order that his discourse might be a riddle to many, and might only strike their ears with a confused and doubtful sound. It will perhaps be objected, that this is inconsistent with that prophecy, ‘I have not spoken in secret, nor in a dark corner: I said not in vain to the seed of Jacob, Seek me,’ (Isaiah 45:19;) or with the commendations which David pronounces on the Law, that it ‘is a lamp to the feet, and that it giveth wisdom to little children’ (Psalm 119:105,130.) But the answer is easy: the word of God, in its own nature, is always bright, but its light is choked by the darkness of men. Though the Law was concealed, as it were, by a kind of veil, yet the truth, of God shone brightly in it, if the eyes of many had not been blinded. With respect to the Gospel, Paul affirms with truth, that it is hidden to none but to the reprobate, and to those who are devoted to destruction, ‘whose minds Satan hath blinded,’ (2 Corinthians 4:3,4.) Besides, it ought to be understood, that the power of enlightening which David mentions, and the familiar manner of teaching which Isaiah predicts, refer exclusively to the elect people. Still it remains a fixed principle, that the word of God is not obscure, except so far as the world darkens it by its own blindness. And yet the Lord conceals its mysteries, so that the perception of them may not reach the reprobate. There are two ways in which he deprives them of the light of his doctrine. Sometimes he states, in a dark manner, what might be more clearly expressed; and sometimes he explains his mind fully, without ambiguity and without metaphor, but strikes their senses with dulness and their minds with stupidity, so that they are blind amidst bright sunshine.” [= Dari jawaban Kristus ini kita belajar, bahwa doktrin keselamatan diproklamirkan oleh Allah kepada manusia untuk tujuan-tujuan yang bermacam-macam; karena Kristus menyatakan bahwa Ia secara sengaja berbicara secara kabur, supaya percakapanNya bisa menjadi suatu teka teki bagi banyak orang, dan bisa hanya memukul telinga mereka dengan bunyi yang membingungkan dan meragukan. Mungkin akan diajukan keberatan, bahwa hal ini tidak konsisten dengan nubuat-nubuat itu, ‘Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia!’, (Yes 45:19); atau dengan pujian yang Daud umumkan tentang hukum Taurat, bahwa itu ‘adalah suatu pelita bagi kaki, dan bahwa itu memberikan hikmat kepada anak-anak kecil’ (Maz 119:105,130). Tetapi jawabannya adalah mudah: firman Allah, dalam hakekat / sifat dasarnya sendiri, selalu adalah terang, tetapi cahayanya dicekik oleh kegelapan manusia. Sekalipun hukum Taurat disembunyikan, seakan-akan oleh sejenis selubung, tetapi kebenaran dari Allah bersinar dengan terang di dalamnya, jika mata dari banyak orang tidak dibutakan. Berkenaan dengan Injil, Paulus menegaskan dengan kebenaran, bahwa itu tidak tersembunyi bagi siapapun kecuali orang-orang reprobate / orang-orang yang ditentukan untuk binasa, dan bagi mereka yang dikhususkan untuk kehancuran, ‘yang pikirannya telah dibutakan oleh Iblis’, (2Kor 4:3,4). Disamping, harus dimengerti, bahwa kuasa dari pencerahan yang disebutkan oleh Daud, dan cara pengajaran yang akrab yang Yesaya ramalkan, menunjuk secara ekslusif hanya kepada orang-orang pilihan. Tetap tertinggal suatu prinsip yang tetap, bahwa firman Allah tidaklah kabur, kecuali sejauh dunia menjadikannya gelap oleh kebutaannya sendiri. Tetapi Tuhan menyembunyikan misteri-misterinya, sehingga pengertian tentang mereka tidak mencapai reprobate / orang-orang yang ditentukan untuk binasa. Di sana ada dua jalan dengan mana Ia tidak memberikan mereka terang dari doktrin / ajaranNya. Kadang-kadang Ia menyatakan, dengan cara yang gelap, apa yang bisa dinyatakan dengan lebih jelas; dan kadang-kadang Ia menjelaskan pikiranNya secara penuh, tanpa arti ganda dan tanpa kiasan, tetapi memukul pengertian mereka dengan ketumpulan dan pikiran mereka dengan kebodohan, sehingga mereka buta di tengah-tengah sinar matahari yang terang.].
2Kor 4:3-4 - “(3) Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, (4) yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”.
Calvin: “Now since Christ has purposely dispensed his doctrine in such a manner, that it might be profitable only to a small number, being firmly seated in their minds, and might hold others in suspense and perplexity, it follows that, by divine appointment, the doctrine of salvation is not proclaimed to all for the same end, but is so regulated by his wonderful purpose, that it is not less ‘a savor of death to death’ to the reprobate than ‘a life-giving savor’ to the elect, (2 Corinthians 2:15,16.) And that no one may dare to murmur, Paul declares, in that passage that whatever may be the effect of the Gospel, its ‘savor,’ though deadly, is always ‘a sweet savor’ to God.” [= Sekarang karena Kristus telah dengan sengaja menyalurkan ajaranNya dengan cara seperti itu, supaya itu bisa bermanfaat hanya bagi sejumlah kecil orang, dan dengan teguh diletakkan dalam pikiran-pikiran mereka, dan bisa menahan orang-orang lain dalam ketidak-pastian dan kebingungan, konsekwensinya adalah bahwa oleh penetapan ilahi, doktrin / ajaran tentang keselamatan tidak diberitakan kepada semua orang untuk tujuan yang sama, tetapi begitu diatur oleh rencanaNya yang ajaib / indah, sehingga itu merupakan ‘suatu bau kematian pada kematian’ bagi orang-orang yang ditentukan untuk binasa dan ‘suatu bau pemberi kehidupan’ bagi orang-orang pilihan (2Kor 2:15,16). Dan supaya tidak seorangpun berani bersungut-sungut, Paulus menyatakan dalam text itu bahwa apapun hasil dari Injil, ‘bau’nya, sekalipun mematikan, selalu adalah ‘bau yang harum’ bagi Allah.].
2Kor 2:15-16 - “(15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.
Calvin: “To ascertain fully the meaning of the present passage, we must examine more closely the design of Christ, the reason why, and the purpose for which, these words were spoken. First, the comparison is undoubtedly intended by Christ to exhibit the magnitude of the grace bestowed on his disciples, in having specially received what was not given indiscriminately to all. If it is asked, why this privilege was peculiar to the apostles, the reason certainly will not be found in themselves, and Christ, by declaring that it was ‘given’ to them, excludes all merit. Christ declares that there are certain and elect men, on whom God specially bestows this honor of revealing to them his secrets, and that others are deprived of this grace. No other reason will be found for this distinction, except that God calls to himself those whom he has gratuitously elected.” [= Untuk mengetahui dengan pasti arti dari text ini, kita harus memeriksa dengan lebih teliti rancangan dari Kristus, alasan mengapa, dan tujuan untuk mana, kata-kata ini diucapkan. Pertama, perbandingannya tak diragukan dimaksudkan oleh Kristus untuk menyatakan besarnya kasih karunia yang diberikan kepada murid-muridNya, karena mereka telah menerima secara khusus apa yang tidak diberikan secara tak pandang bulu kepada semua orang. Jika ditanyakan, mengapa hak ini adalah khusus bagi rasul-rasul, alasannya pasti tidak ditemukan dalam diri mereka sendiri, dan Kristus, dengan menyatakan bahwa itu ‘diberikan’ kepada mereka, membuang semua jasa. Kristus menyatakan bahwa di sana ada orang-orang tertentu dan pilihan, kepada siapa Allah secara khusus memberikan kehormatan dari menyatakan kepada mereka rahasia-rahasiaNya, dan bahwa orang-orang lain tidak diberikan / mempunyai kasih karunia ini. Tak ada alasan lain akan ditemukan untuk pembedaan ini, kecuali bahwa Allah memanggil kepada diriNya sendiri mereka yang telah Ia pilih dengan murah hati.].
Bdk. Mat 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”.
Arthur W. Pink menguraikan hal ini dengan cara yang menarik. Ia berkata: “‘Salvation is of the Lord’ (Jonah 2:9); but the Lord does not save all. Why not? He does save some; then if He saves some, why not others? Is it because they are too sinful and depraved? No; for the apostle wrote, ‘This is a faithful saying, and worthy of all acceptation, that Christ Jesus came into the world to save sinners; of whom I am chief’ (1Tim. 1:15). Therefore, if God saved the ‘chief’ of sinners, none are excluded because of their depravity. Why then does not God save all? Is it because some are too stony-hearted to be won? No; because of the most stony-hearted people of all it is written, that God will yet ‘take the stony heart out of their flesh, and will give them a heart of flesh (Ezek. 11:19).” [= ‘Keselamatan adalah dari TUHAN’ (Yunus 2:9); tetapi Tuhan tidak menyelamatkan semua orang. Mengapa tidak? Ia memang menyelamatkan sebagian orang; lalu jika Ia menyelamatkan sebagian orang, mengapa Ia tidak menyelamatkan yang lain? Apakah karena mereka terlalu berdosa dan bejat? Tidak; karena rasul menulis, ‘Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa’ (1Tim 1:15). Karena itu, jika Allah menyelamatkan orang yang paling berdosa, tidak ada yang tidak bisa diselamatkan karena kebejatan mereka. Lalu mengapa Allah tidak menyelamatkan semua? Apakah karena sebagian orang terlalu keras hatinya untuk dimenangkan? Tidak; karena tentang bangsa yang paling keras hatinya dituliskan, bahwa Allah akan ‘mengambil hati yang keras itu dari daging mereka, dan akan memberikan hati dari daging’ (Yeh 11:19).] - ‘The Sovereignty of God’, hal 45.
Yunus 2:9 - “Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!’”.
1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.
Yeh 11:19-20 - “(19) Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, (20) supaya mereka hidup menurut segala ketetapanKu dan peraturan-peraturanKu dengan setia; maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allah mereka.”.
Penekanan dari kutipan di atas ini adalah: Tuhan tidak menyelamatkan semua orang. Orang-orang yang tidak selamat bukan tidak selamat karena mereka terlalu jahat / keras hati.
Arthur W. Pink lalu melanjutkan: “Why is it that all are not saved, particularly all who hear the Gospel? Do you still answer, Because the majority refuse to believe? Well, that is true, but it is only a part of the truth. It is the truth from the human side. But there is a Divine side too, and this side of the truth needs to be stressed or God will be robbed of His glory.” [= Mengapa tidak semua diselamatkan, khususnya semua yang mendengar Injil? Apakah kamu tetap menjawab, Karena mayoritas menolak untuk percaya? Itu memang benar, tetapi itu hanyalah sebagian dari kebenaran. Itu adalah kebenaran dari sudut manusia. Tetapi ada sudut Allah juga, dan sudut kebenaran ini perlu ditekankan, atau Allah akan dirampok kemuliaanNya.] - ‘The Sovereignty of God’, hal 46.
Penekanan dari kutipan di atas ini adalah: sekalipun memang benar bahwa manusia tidak selamat karena mereka menolak untuk percaya, tetapi itu adalah dari sudut pandang manusia. Ada sudut pandang Allah yang juga harus diperhatikan.
Arthur W. Pink melanjutkan lagi: “The unsaved are lost because they refuse to believe; the others are saved because they believe. But why do these others believe? What is it that causes them to put their trust in Christ? Is it because they are more intelligent than their fellows, and quicker to discern their need of salvation? Perish the thought, ‘Who maketh thee to differ from another? And what hast thou that thou didst not receive? Now if thou didst receive it, why dost thou glory, as if thou hadst not received it?’ (1Cor. 4:7).” [= Orang yang tidak selamat terhilang karena mereka menolak untuk percaya; yang lain diselamatkan karena mereka percaya. Tetapi mengapa yang lain ini percaya? Apa yang menyebabkan mereka percaya kepada Kristus? Apakah karena mereka lebih pandai dari pada sesama mereka, dan lebih cepat melihat kebutuhan keselamatan mereka? Buanglah pikiran itu, ‘Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari orang lain? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?’ (1Kor 4:7).] - ‘The Sovereignty of God’, hal 46.
Catatan: 1Kor 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.
Bagian yang saya garisbawahi itu salah terjemahan.
NIV: “For who makes you different from anyone else? What do you have that you did not receive? And if you did receive it, why do you boast as though you did not?” [= Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari orang lain? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?].
Penekanan dari kutipan di atas ini adalah: seseorang bisa percaya, bukan karena ia lebih baik dari orang-orang yang tidak percaya.
Akhirnya Arthur W. Pink menyimpulkan dan sekaligus memberikan dasar Kitab Suci untuk kesimpulannya itu:
a. “It is God himself who makes the difference between the elect and the non-elect, for of His own it is written, ‘And we know that the Son of God is come, and hath given us an understanding, that we may know Him that is true’ (1John 5:20).” [= Adalah Allah sendiri yang membuat perbedaan antara orang pilihan dan orang yang bukan pilihan, karena tentang milikNya dituliskan, ‘Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar’ (1Yoh 5:20).] - ‘The Sovereignty of God’, hal 46.
1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”
b. “Faith is God’s gift, and ‘all men have not faith’ (2Thess. 3:2); therefore, we see that God does not bestow this gift upon all. Upon whom then does He bestow this saving favour? And we answer, upon His own elect - ‘As many as were ordained to eternal life believed’ (Acts 13:48).” [= Iman adalah pemberian / karunia Allah, dan ‘bukan semua orang beroleh iman’ (2Tes 3:2); karena itu, kita melihat bahwa Allah tidak memberikan pemberian / karunia ini kepada semua orang. Lalu kepada siapa Ia memberikan hadiah / kemurahan yang menyelamatkan ini? Dan kami menjawab, kepada orang pilihanNya - ‘Semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya’ (Kis 13:48).] - ‘The Sovereignty of God’, hal 47.
2Tes 3:2 - “dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.”.
Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.”.
Jadi, kalau saudara bisa mendengar Injil, mengertinya dan mempercayainya, itu anugerah yang terbesar dari Allah, yang tidak Ia berikan kepada semua orang! Bersyukurlah dan pujilah Dia, tidak peduli pandemi sekarang ini menyiksa saudara secara luar biasa!
c) Ay 12: “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”.
1. ‘Yang ada padanya’ atau ‘yang kelihatannya ada padanya’?
Matius 13: 12: “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”.
Bdk. Luk 8:18 - “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.’”.
Kitab Suci Indonesia mirip dengan RSV/NIV/NASB.
KJV: ‘even that which he seemeth to have.’ [= bahkan itu yang ia kelihatannya mempunyai].
Catatan: Bible Works 8 menunjukkan bahwa kata Yunaninya memang bisa diterjemahkan baik seperti dalam KJV maupun seperti dalam RSV/NIV/NASB.
Dalam tafsirannya tentang Luk 8:18, Adam Clarke mengatakan bahwa kalau orang itu hanya kelihatannya memiliki, maka hal itu juga hanya kelihatannya saja bisa diambil dari padanya. Jadi, menurut dia hal itu tidak masuk akal, dan karenanya ia menganggap bahwa kata-kata di akhir dari Luk 8:18 ini artinya sama dengan ayat-ayat paralelnya, yaitu ‘yang ia punyai / yang ada padanya’.
Adam Clarke (tentang Luk 8:18): “‘Even that which he seemeth to have.’ Or rather, even what he hath. Ho dokei echein, rendered by our common version, what he seemeth to have, seems to me to contradict itself. Let us examine this subject a little. 1. To seem to have a thing, is only to have it in appearance, and not in reality; but what is possessed in appearance only can only be taken away in appearance; therefore on the one side there is no gain, and on the other side no loss. On this ground, the text speaks just nothing. 2. It is evident that ho dokei echein, what he seemeth to have, here, is equivalent to ho echei, what he hath, in the parallel places, Mark 4:25; Matt 13:12; 25:29; and in Luke 19:26.” [= ‘Bahkan itu yang kelihatannya ia punyai’. Atau lebih tepat, ‘bahkan apa yang ia punyai’. HO DOKEI ECHEIN, diterjemahkan oleh versi umum kita (KJV), ‘apa yang kelihatannya ia punyai’, bagi saya kelihatannya bertentangan dengan dirinya sendiri. Marilah kita memeriksa pokok ini sedikit. 1. Kelihatan mempunyai sesuatu, hanyalah kelihatannya mempunyai, dan tidak dalam realita; tetapi apa yang kelihatannya dipunyai hanya bisa kelihatannya diambil; karena itu di satu sisi tak ada yang didapatkan, dan di sisi lain tak ada kehilangan. berdasarkan hal ini, text itu tidak membicarakan apa-apa. 2. Adalah jelas bahwa HO DOKEI ECHEIN, ‘apa yang kelihatannya ia punyai’, di sini, adalah sama dengan HO ECHEI, ‘apa yang ia punyai’, dalam text-text paralelnya, Mark 4:25; Mat 13:12; 25:29; dan dalam Luk 19:26.].
Mark 4:25 - “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.’”.
Mat 13:12 - “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”.
Mat 25:29 - “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”.
Luk 19:26 - “Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.”.
Catatan: ayat-ayat yang paralel tidak selalu sama, baik kata-katanya maupun artinya. Misalnya Mat 26:24 dan Luk 22:22.
Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
Adam Clarke (tentang Luk 8:18): “3. It is evident, also, that these persons had something which might be taken away from them. For a. The word of God, the divine seed, was planted in their hearts. b. It had already produced some good effects; but they permitted the Devil, the cares of the world, the desire of riches, and the love of pleasure, to destroy its produce. 4. The word dokein is often an expletive: so Xenophon in Hellen, vi. hoti edokei patrikos philos autois, Because he seemed to be (i.e. WAS) their father’s friend. So in his OEcon. Among the cities that seemed to be (dokousais, actually were) at war. So Athenaeus, lib. 6 chapter 4. They who seemed to be (dokountes, who really were) the most opulent, drank out of brazen cups.” [= 3. Juga adalah jelas bahwa orang-orang ini mempunyai sesuatu yang bisa diambil dari mereka. Karena a. Firman Allah, benih ilahi, ditanamkan dalam hati mereka. b. Itu telah menghasilkan beberapa hasil yang baik; tetapi mereka mengijinkan Setan, kekuatiran dunia, keinginan terhadap kekayaan, dan kasih terhadap kesenangan, menghancurkan hasilnya. 4. Kata DOKEIN sering merupakan suatu kata yang tidak diperlukan dan diberikan hanya untuk melengkapi kalimat: demikianlah Xenophon in Hellen, vi. HOTI edokei patrikos philos autois, Karena ia kelihatannya (yaitu / artinya ‘adalah’) sahabat ayah mereka. Demikian juga dalam OEcon-nya. Di antara kota-kota yang kelihatannya ada (dokousais, sungguh-sungguh ada) dalam peperangan. Demikian juga Athenaeus, lib. 6 pasal 4. Mereka yang kelihatannya adalah (dokountes, yang sungguh-sungguh adalah) orang yang paling kaya, meminum dari cawan-cawan tembaga.].
Catatan: Adam Clarke berusaha secara teliti dalam memberikan bukti-bukti dari pandangannya, tetapi semua ini hanya menunjukkan bahwa pandangannya merupakan sesuatu yang memungkinkan.
Jadi, tetap memungkinkan untuk menafsirkan Luk 8:18 sebagaimana adanya, dimana ‘kelihatannya’ memang diartikan ‘kelihatannya’. Ini merupakan pandangan Matthew Henry, William Hendriksen, dan Calvin, yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan Adam Clarke.
Matthew Henry (tentang Luk 8:18): “From him that hath not shall be taken away even ‘that which he hath,’ so it is in Mark; that which he ‘seemeth to have,’ so it is in Luke. Note, The grace that is lost was but seeming grace, was never true. Men do but seem to have what they do not use, and shows of religion will be lost and forfeited. They ‘went out from us, because they were not of us,’ 1 John 2:19. Let us see to it that we have grace in sincerity, the root of the matter found in us; that is a good part which shall never be taken away from those that have it.” [= Dari dia yang tidak mempunyainya akan diambil bahkan ‘yang ia punyai’, demikianlah dalam Markus; yang ‘kelihatannya ia punyai’, demikianlah dalam Lukas. Perhatikan, kasih karunia yang hilang hanya kelihatannya adalah kasih karunia, tetapi tidak pernah merupakan kasih karunia yang benar / sejati. Orang-orang memang hanya kelihatannya mempunyai apa yang mereka tidak gunakan, dan pameran / pertunjukan agama akan hilang. Mereka ‘keluar dari kita, karena mereka tidak sungguh-sungguh dari kita’ 1Yoh 2:19. Hendaklah kita menjaga supaya kita mempunyai kasih karunia dalam ketulusan, akar dari persoalan didapati dalam kita; itu adalah bagian yang baik yang tidak akan pernah diambil dari mereka yang mempunyainya.].
1Yoh 2:19 - “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.
Bdk. Luk 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
William Hendriksen (tentang Luk 8:18): “whoever does not have, from him shall be taken away even that semblance of knowledge, that superficial acquaintance with matters spiritual, which he once had.” [= siapapun yang tidak mempunyai, dari dia akan diambil, bahkan yang mirip dengan pengetahuan, pengenalan semu tentang hal-hal rohani, yang pernah ia punyai.].
Calvin: “indeed it frequently happens, that the reprobate are endued with eminent gifts, and appear to resemble the children of God: but there is nothing of real value about them; for their mind is destitute of piety, and has only the glitter of an empty show. Matthew is therefore justified in saying that they ‘have nothing;’ for what they have is of no value in the sight of God, and has no permanency within.” [= memang sering terjadi, bahwa orang-orang yang ditentukan untuk binasa (reprobate) diperlengkapi dengan karunia-karunia yang menonjol, dan kelihatannya menyerupai anak-anak Allah: tetapi di sana tidak ada apapun yang betul-betul berharga tentang mereka; karena pikiran mereka tidak mempunyai kesalehan, dan hanya mempunyai kilauan dari suatu pertunjukan yang kosong. Karena itu Matius dibenarkan dalam mengatakan bahwa mereka ‘tidak mempunyai apa-apa’; karena apa yang mereka punyai tidak punya nilai dalam pandangan Allah, dan tidak mempunyai kepermanenan di dalamnya.].
Saya sendiri menekankan kata-kata Calvin yang saya garis-bawahi ini. Orang-orang itu kelihatannya mempunyai, artinya, dari sudut pandang manusia mereka mempunyai. Tetapi dari sudut pandang Allah, mereka tidak mempunyainya.
Perlu dicamkan bahwa Alkitab memang sering menuliskan bukan sesuai fakta, tetapi hanya kelihatannya, atau dari sudut pandang manusia.
Contoh:
a. Simon (tukang sihir) dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13).
b. Orang-orang yang berhenti ikut Yesus disebut ‘murid-murid’ (Yoh 6:66).
Yoh 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”.
Bdk. Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Bdk. Yoh 6:24-26 - “(24) Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-muridNya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. (25) Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: ‘Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?’ (26) Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”.
2. Yang punya malah diberi, yang tidak punya ‘kepunyaannya’ malah diambil.
William Hendriksen: “Whoever has, to him shall be given. The disciples (exception Judas Iscariot) had ‘accepted Jesus.’ With reference to them he was later on going to say to the Father, ‘They have kept thy word’ (John 17:6) and ‘They are not of the world’ (17:16). To be sure, this faith was accompanied by many a weakness, error, and flaw. But the beginning had been made. Therefore, according to heaven’s rule, further progress was assured, an advance in knowledge, love, holiness, joy, etc., in all the blessings of the kingdom of heaven, for salvation is an ever deepening stream ... Every blessing is a guarantee of further blessings to come (John 1:16): ‘he shall have abundantly.’ On the other hand, whoever does not have, from him shall be taken away even that semblance of knowledge, that superficial acquaintance with matters spiritual, which he once had. ... The man who refuses to make proper use of his one talent loses even that (Matt. 25:24–30).” [= ‘Siapapun yang mempunyai, kepadanya akan diberikan’. Murid-murid (kecuali Yudas Iskariot) telah menerima Yesus. Berkenaan dengan mereka belakangan Ia berkata kepada Bapa, ‘Mereka telah memelihara / menuruti firmanMu’ (Yoh 17:6) dan ‘mereka bukan dari dunia ini’ (Yoh 17:16). Memang iman ini disertai oleh banyak kelemahan, kesalahan dan cacat / kekurangan. Tetapi permulaan / awalnya telah dibuat. Karena itu, menurut peraturan surga, kemajuan yang lebih jauh dipastikan, suatu kemajuan dalam pengetahuan, kasih, kekudusan, sukacita, dsb. dalam semua berkat-berkat dari kerajaan surga, karena keselamatan adalah sungai yang makin lama makin dalam ... Setiap berkat merupakan suatu jaminan dari berkat-berkat lebih jauh yang akan datang. (Yoh 1:16): ‘ia akan mempunyainya dengan berlimpah-limpah’. Di sisi lain, siapapun yang tidak mempunyai, dari dia akan diambil, bahkan yang mirip dengan pengetahuan, pengetahuan semu tentang hal-hal rohani, yang pernah ia punyai. ... Orang yang menolak untuk menggunakan dengan baik / benar satu talentanya kehilangan bahkan satu talenta itu (Mat 25:24-30).].
Yoh 1:16 - “Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;”.
KJV: “And of his fulness have all we received, and grace for grace.” [= Dan dari kepenuhanNya kita semua telah menerima, dan kasih karunia demi kasih karunia.].
NIV: “From the fullness of his grace we have all received one blessing after another.” [= Dari kepenuhan dari kasih karuniaNya kita semua telah menerima satu berkat setelah yang lain.].
Barnes’ Notes: “It means that a man who improves what light, grace, and opportunities he has, shall have them increased. From him that improves them not, it is proper that they should be taken away. The Jews had many opportunities of learning the truth, and some light still lingered among them; but they were gross and sensual, and misimproved them, and it was a just judgment that they should be deprived of them. Superior knowledge was given to the disciples of Christ: they improved it, however slowly, and the promise was that it should be greatly increased.” [= Itu berarti bahwa seseorang yang memanfaatkan terang, kasih karunia, dan kesempatan-kesempatan yang ia punyai, akan mengalami peningkatan hal-hal itu. Dari dia yang tidak memanfaatkan hal-hal itu, adalah tepat / benar bahwa hal-hal itu harus diambil. Orang-orang Yahudi mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari kebenaran, dan ada terang yang masih ada di antara mereka; tetapi mereka kotor dan penuh hawa nafsu, dan tidak memanfaatkannya, dan merupakan penghakiman yang adil bahwa itu dicabut dari mereka. Pengetahuan yang superior diberikan kepada murid-murid Kristus: mereka memanfaatkannya, betapapun lambatnya, dan janjiNya adalah bahwa itu akan sangat ditingkatkan.].
Adam Clarke: “he who does not improve the first operations of grace, howsoever small, is in danger of losing not only all the possible product, but even the principal; for God delights to heap benefits on those who properly improve them.” [= ia yang tidak memanfaatkan pekerjaan kasih karunia yang pertama, betapapun kecilnya, ada dalam bahaya untuk kehilangan, bukan hanya semua hasil yang memungkinkan, tetapi bahkan yang utama / pokok; karena Allah senang menumpuk manfaat / kebaikan kepada mereka yang memanfaatkan mereka secara benar.].
Catatan: mungkin yang ia maksudkan dengan ‘pekerjaan kasih karunia yang pertama’ adalah ‘Prevenient grace’ [= kasih karunia yang mendahului], yang sudah diberikan kepada semua orang sejak lahir. Ini memang kepercayaan Arminian, bukan kepercayaan Calvinisme / Reformed.
C. H. Spurgeon: “Those who had some understanding of spiritual truth would come to yet clearer light; but those who lived willfully in the dark, would, in the presence of light, become more and more bewildered, and would gain nothing but the discovery that they did not know what they thought they knew.” [= Mereka yang mempunyai pengertian tentang kebenaran rohani akan datang pada terang yang lebih besar; tetapi mereka yang dengan sengaja hidup dalam kegelapan, dalam kehadiran dari terang, akan menjadi makin lama makin bingung, dan tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali penemuan bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka kira mereka tahu.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 164 (AGES).
Lenski: “In our relation to Christ we either go forward or go backward; we do not stand still.” [= Dalam hubungan kita dengan Kristus, atau kita maju ke depan atau mundur ke belakang; kita tidak berdiri diam.].
William Hendriksen: “In matters spiritual, standing still is impossible. A person either gains or loses; he either advances or declines.” [= Dalam persoalan-persoalan rohani, berdiri diam adalah mustahil. Seseorang atau mendapatkan keuntungan atau kehilangan; ia atau maju atau merosot.].
Calvin: “‘For whosoever hath, it shall be given to him.’ Christ pursues the subject which I have just mentioned; for he reminds his disciples how kindly God acts towards them, that they may more highly prize his grace, and may acknowledge themselves to be under deeper obligations to his kindness.” [= ‘Karena siapapun yang mempunyai, itu akan diberikan kepadanya’. Kristus mengejar subyek yang baru saya sebutkan; karena Ia mengingatkan murid-muridNya betapa dengan baik Allah bertindak terhadap mereka, sehingga mereka bisa dengan lebih tinggi menilai kasih karuniaNya, dan bisa mengakui diri mereka sendiri sebagai ada di bawah kewajiban-kewajiban yang lebih dalam terhadap kebaikanNya.].
3. Untuk orang-orang yang mempunyai, apakah mereka mempunyai itu dari dirinya sendiri? Tidak mungkin! Kalau seseorang bisa sungguh-sungguh mempunyai, itu juga kasih karunia; itu adalah hasil pekerjaan Tuhan dalam dirinya.
Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.”.
Terjemahannya LAI ini kurang jelas. bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” [= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik].
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” [= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik].
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik].
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik].
Jadi, baik kemauan maupun kemampuan untuk hal-hal yang baik merupakan pekerjaan Allah dalam diri kita.
Kis 16:13-15 - “(13) Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ. (14) Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya.”.
Lalu mengapa Tuhan tidak membuka hati orang-orang dalam Mat 13 ini? Textnya sendiri mengatakan karena Ia tidak mau ‘menyembuhkan’ mereka.
Matius 13: 13-15: “(13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.
Jelas ada predestinasi di sini! Dan orang-orang ini termasuk ‘reprobates’ [= orang-orang yang ditentukan untuk binasa]!
4. Orang yang tidak mempunyai, justru akan diambil kepunyaannya.
Ini bukan hanya bisa menjadikan dia tidak punya pengetahuan, tetapi lebih dari itu, bisa menyebabkan dia mempunyai pengetahuan yang sesat.
Mat 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.
Amsal 19:3 - “Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.”.
Bdk. 2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.”.
Saya melihat statistik penonton khotbah-khotbah saya yang berseri di Youtube:
a. Yesus Gembala yang baik 6 sessions.
1 - 259, 2 - 316, 3 - 335, 4 - 237, 5 - 220, 6 - 189
Kalau para penonton ini memang rindu, mengapa kebanyakan (50 % lebih) tidak menyelesaikan seri-seri itu, bahkan hanya menonton session 1 nya saja??
Alkitab itu sendiri berseri, bukan? Kej 1 lalu Kej 2 dst sampai Kej 50. Kitab demi kitab dari Kej sampai Wahyu. Semua ini seri! Yang tak senang seri = tak senang Alkitab!
Kelihatannya kebanyakan orang Kristen kepingin mengerti firman secara instan! Mereka mau mengerti hanya dalam 1 atau maximum 2 sessions. Ini mustahil. Kalau bisa instan, Alkitab tidak mengharuskan kita belajar dengan tekun!
Yak 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”.
Amsal 8:17 - “Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.”.
Hati-hati, tidak rindu firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat membahayakan!!! Saudara mau apa yang ada pada saudara, atau kelihatannya ada pada saudara, diambil dari saudara oleh Tuhan?
Pulpit Commentary (tentang Luk 8:18): “The real student, patient, humble, and restlessly industrious, he shall be endowed with ever-increasing powers; while the make-believe, lazy, and self-sufficient one shall be punished by the gradual waning of the little light which once shone in his soul.” [= Murid yang sungguh-sungguh, sabar, rendah hati, dan rajin tanpa henti-hentinya, akan diberi kuasa-kuasa yang selalu bertambah; sementara seorang murid khayalan / pura-pura, malas, dan merasa diri cukup, akan dihukum dengan penyusutan perlahan-lahan dari sedikit terang yang pernah bersinar dalam jiwanya.] - hal 205.
Amsal 8:36 - “Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut.’”.
Catatan: ‘aku’ dalam kontext dari ayat ini adalah ‘hikmat’.
Orang yang tak rindu firman Tuhan, atau dia sakit, atau dia mati!
Kalau mati, obatnya iman kepada Kristus.
Kalau sakit, obatnya memaksakan diri untuk makan! Seperti orang yang kena covid 19 tak ada nafsu makan sama sekali, justru harus dipaksakan untuk makan!
d) Ay 13-15: “(13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.
Mark 4:11-12 - “(11) JawabNya: ‘Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, (12) supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.
Luk 8:10 - “Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti”.
1. ‘Karena’ (Matius 13:13) atau ‘supaya’ (Mark 4:12 Luk 8:10)?
Apakah Yesus berbicara dalam perumpamaan supaya mereka mendengar tetapi tidak mengerti, atau Yesus berbicara dalam perumpamaan karena mereka mendengar tetapi tidak menanggapi firman?
Sebelum menjawab atau membahas pertanyaan itu, mari kita membaca beberapa ayat dalam Alkitab.
Ul 29:2-4 - “(2) Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul, lalu berkata kepada mereka: ‘Sudah kamu lihat segala yang dilakukan TUHAN di tanah Mesir di depan matamu terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan terhadap seluruh negerinya: (3) cobaan-cobaan yang besar yang telah dilihat oleh matamu sendiri, tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang besar itu. (4) Tetapi sampai sekarang ini TUHAN tidak memberi kamu akal budi untuk mengerti atau mata untuk melihat atau telinga untuk mendengar.”.
Yer 5:21 - “‘Dengarkanlah ini, hai bangsa yang tolol dan yang tidak mempunyai pikiran, yang mempunyai mata, tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar!”.
Yeh 12:2 - “‘Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak.”.
Zakh 7:11-12 - “(11) Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. (12) Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui rohNya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN.”.
Yoh 12:37-40 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.
Ro 11:8 - “seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’”.
Sekarang mari kita membahas pertanyaan tadi.
a. Orang Arminian pasti memilih ‘karena’.
Jadi, Yesus memberikan pelajaran yang kabur itu sebagai hukuman karena orang-orang itu telah lebih dulu menolakNya. Allah tidak menentukan bahwa mereka akan menjadi buta, tuli dan sebagainya.
Adam Clarke: “‘Therefore speak I to them in parables.’ On this account, namely to lead them into a proper knowledge of God. I speak to them in parables, natural representations of spiritual truths, that they may be allured to inquire, and to find out the spirit, which is hidden under the letter; because, seeing the miracles which I have performed they see not, i.e. the end for which I have done them; and hearing my doctrines, they hear not, so as to profit by what is spoken; neither do they understand, oude suniousin, they do not lay their hearts to it. Is not this obviously our Lord’s meaning? Who can suppose that he would employ his time in speaking enigmatically to them, on purpose that they might not understand what was spoken? Could the God of truth and sincerity act thus? If he had designed to act otherwise, he might have saved his time and labour, and not spoken at all, which would have answered the same end, namely to leave them in gross ignorance.” [= ‘Karena itu Aku berbicara kepada mereka dalam perumpamaan-perumpamaan’. Karena ini, yaitu untuk membimbing mereka ke dalam pengertian yang tepat tentang Allah. Aku berbicara kepada mereka dalam perumpamaan-perumpamaan, wakil-wakil alamiah dari kebenaran-kebenaran rohani, supaya mereka bisa dipikat untuk bertanya / menyelidiki, dan menemukan arti sebenarnya, yang tersembunyi di bawah huruf-huruf; karena, melihat mujizat-mujizat yang Aku lakukan mereka tidak melihatnya, yaitu tujuan untuk mana Aku telah melakukannya; dan mendengar ajaran-ajaranKu, mereka tidak mendengarnya, sehingga mendapatkan manfaat dari apa yang diucapkan; juga mereka tidak mengertinya, OUDE SUNIOUSIN, mereka tidak mencurahkan hati mereka baginya. Tidakkah ini secara jelas merupakan arti / maksud dari Tuhan kita? Siapa bisa menganggap bahwa Ia menggunakan waktuNya dengan berbicara secara membingungkan kepada mereka, dengan tujuan supaya mereka tidak mengerti apa yang diucapkan? Bisakah Allah dari kebenaran dan ketulusan bertindak seperti itu? Seandainya Ia merancang untuk bertindak yang lain / berbeda, Ia bisa menghemat waktu dan jerih payahNya, dan tidak berbicara sama sekali, yang akan memenuhi tujuan yang sama, yaitu membiarkan mereka dalam ketidak-tahuan yang besar.].
Catatan: saya rasa ia mau sok lebih bijaksana dari Allah. Apa yang ia usulkan, yaitu Yesus tidak berbicara sama sekali, akan mempunyai hasil yang berbeda. Karena kalau Yesus tidak bicara sama sekali, mereka tidak bisa diminta bertanggung-jawab untuk firman yang tidak mereka dengar. Tetapi dengan Yesus bicara seperti ini, mereka tetap bertanggung-jawab pada waktu memberikan tanggapan yang tidak benar.
Dan bagaimana kata-kata Adam Clarke ini bisa sesuai dengan ayat paralelnya dalam Markus dan Lukas, yang saya berikan di bawah ini?
Mark 4:11-12 - “(11) JawabNya: ‘Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, (12) supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.
Luk 8:10 - “Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti”.
Tafsiran selanjutnya dari Adam Clarke.
Adam Clarke: “‘By hearing ye shall hear.’ Jesus Christ shall be sent to you, his miracles ye shall fully see, and his doctrines ye shall distinctly hear; but God will not force you to receive the salvation which is offered.” [= ‘Kamu akan mendengar dan mendengar’. Yesus Kristus akan diutus kepadamu, mujizat-mujizatNya akan kamu lihat dengan penuh, dan ajaran-ajaranNya akan kamu dengar dengan jelas; tetapi Allah tidak akan memaksamu untuk menerima keselamatan yang ditawarkan.].
Catatan:
(1) Lalu mengapa sebagian menerima dan percaya Injil dan sebagian yang lain menolak? Karena yang pertama lebih baik dari yang kedua?
(2) Juga ini sama sekali tidak benar karena ada banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil ataupun melihat mujizat-mujizatNya.
Bdk. Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
Lalu Clarke melanjutkan lagi
Adam Clarke: “The fault is here totally in the people, and not at all in that God whose name is Mercy and whose nature is love.” [= Kesalahan di sini secara total / sepenuhnya ada pada bangsa itu, dan sama sekali tidak pada Allah yang sebutanNya adalah Belas kasihan dan yang sifat dasarNya adalah kasih.].
Catatan: Adam Clarke hanya menulis tafsiran tentang Mat 13:13, yang menggunakan kata ‘karena’, tetapi tentang Mark 4:12 dan Luk 8:10 yang menggunakan kata ‘supaya’, ia tidak memberi komentar apapun. Ini merupakan suatu cara mengajar yang tidak fair / jujur!
Lenski: “When unbelief has progressed far enough, all its hearing and all its seeing will not only produce nothing but it is also God’s will (the voluntas consequens, not by any means the voluntas antecedens) that it shall be so. In other words, God casts off such people and in his judgment lets the very Word become for them a savor of death unto death.” [= Pada waktu ketidak-percayaan telah maju / berkembang cukup jauh, semua pendengaran dan penglihatan bukan hanya tidak akan menghasilkan apa-apa, tetapi juga adalah kehendak Allah (kehendak sebagai akibat, sama sekali bukan kehendak yang mendahului) bahwa itu akan demikian. Dengan kata lain, Allah membuang bangsa / umat seperti itu dan dalam penghakimanNya membiarkan setiap Firman menjadi bagi mereka bau kematian yang mematikan.].
Bdk. 2Kor 2:15-16 - “(15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.
Tanggapan saya: untuk kata-kata yang ada dalam tanda kurung itu, maka artinya adalah bahwa kehendak Allah tergantung pada apa yang manusia lakukan. Ini konyol sepenuhnya!
b. Para Calvinist dan Calvin sendiri mempercayai ‘supaya’, tanpa membuang ‘karena’. Jadi, keduanya diambil / diterima.
Memang Calvinisme mengajarkan bahwa sekalipun Allah berdaulat dan menentukan segala sesuatu tetapi manusia tetap bertanggung jawab.
Karena itu tidak perlu merasa aneh kalau ada Calvinist yang membahas tentang tanggung jawab manusia dalam kasus ini. Contoh: C. H. Spurgeon.
C. H. Spurgeon: “The usual reasons for the use of parable would be to make truth clear, to arrest attention, and to impress teaching upon the memory. But in this instance our Lord was, by his parabolic speech, fulfilling the judicial sentence which had been long before pronounced upon the apostate nation among whom he received such unworthy treatment. They were doomed to have the light and to remain willfully in the dark. To his own disciples our Lord would explain the parable, but not to the outside unbelieving throng. If any one among the multitude became sincerely anxious to know the Lord’s meaning, he would become his disciple, and then he would be taught ‘the mysteries of the kingdom of heaven’; but those who rejected the Messiah would, while listening to parables, hear and not hear, see and not perceive.” [= Alasan biasanya untuk penggunaan perumpamaan adalah untuk membuat kebenaran itu jelas, untuk menarik perhatian, dan untuk menanamkan kesan pada ingatan. Tetapi dalam contoh ini Tuhan kita, dengan ucapanNya yang bersifat perumpamaan, sedang menggenapi hukuman pengadilan yang telah lama sebelumnya diumumkan terhadap bangsa murtad di antara siapa Ia menerima suatu perlakuan yang begitu tidak layak. Mereka dihukum untuk mendapatkan terang dan tetap dengan sengaja tinggal dalam kegelapan. Kepada murid-muridNya sendiri Tuhan kita akan menjelaskan perumpamaan itu, tetapi tidak kepada gerombolan orang yang tidak percaya di luar. Jika ada siapapun di antara orang banyak itu menjadi ingin untuk mengetahui arti / maksud Tuhan kita, ia akan menjadi muridNya, dan lalu ia akan diajar ‘misteri-misteri dari kerajaan surga’; tetapi mereka yang menolak sang Mesias, sementara mendengar pada perumpamaan-perumpamaan, akan mendengar dan tidak mendengar, melihat tetapi tidak mengerti.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 163-164 (AGES).
C. H. Spurgeon: “That wonderful sixth chapter of Isaiah is constantly being quoted in the New Testament. How clearly it sets forth the doom of guilty Israel! Those who refuse to see are punished by becoming unable to see. The penalty of sin is to be left in sin. The Jews of our Lord’s day would trifle with what they heard, and so they were left to hear without understanding.” [= Yesaya pasal enam yang indah itu terus menerus dikutip dalam Perjanjian Baru. Betapa dengan jelas itu menyatakan hukuman dari Israel yang bersalah! Mereka yang menolak untuk melihat, dihukum dengan menjadi tidak bisa melihat. Hukuman dari dosa adalah dibiarkan dalam dosa. Orang-orang Yahudi dari jaman Tuhan kita menyia-nyiakan apa yang mereka dengar, dan karena itu mereka dibiarkan untuk mendengar tanpa pengertian.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 165 (AGES).
Tetapi C. H. Spurgeon juga menekankan kedaulatan Allah.
C. H. Spurgeon: “To hear the outward word is a common privilege: ‘To know the mysteries’ is a gift of sovereign grace. Our Lord speaks the truth with much boldness: ‘It is given unto you’, ‘but to them it is not given.’ Solemn words. Humbling truths. Salvation, and the knowledge by which it comes, are given as the Lord wills. There is such a thing as distinguishing grace after all; let the moderns revile the doctrine as they may.” [= Untuk mendengar firman lahiriah adalah suatu hak yang bersifat umum: ‘Untuk mengetahui misteri-misteri’ merupakan suatu karunia dari kasih karunia yang berdaulat. Tuhan kita mengatakan kebenaran dengan keberanian yang besar. ‘Itu diberikan kepadamu’, ‘tetapi kepada mereka itu tidak diberikan’. Kata-kata yang serius / khidmat. Kebenaran-kebenaran yang merendahkan hati. Keselamatan, dan pengetahuan dengan mana keselamatan itu datang, diberikan sebagaimana Tuhan menghendakinya. Bagaimanapun juga, di sana ada kasih karunia yang membedakan; biarlah orang-orang modern / modernist mencerca doktrin ini sesuka mereka.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 164 (AGES).
Catatan: kutipan ini sudah pernah saya berikan dalam pelajaran yang lalu.
Calvin menekankan baik kedaulatan Allah yang ia anggap sebagai penyebab terakhir / tertinggi dari kebutaan mereka, dan kebejatan manusia yang ia anggap sebagai penyebab terdekat dari kebutaan mereka.
Calvin: “‘For this reason I speak by parables.’ He says that he speaks to the multitude in an obscure manner, because they are not partakers of the true light. And yet, while he declares that a veil is spread over the blind, that they may remain in their darkness, he does not ascribe the blame of this to themselves, but takes occasion to commend more highly the grace bestowed on the Apostles, because it is not equally communicated to all. He assigns no cause for it, except the secret purpose of God; for which, as we shall afterwards see more fully, there is a good reason, though it has been concealed from us. It is not the only design of a parable to state, in an obscure manner, what God is not pleased to reveal clearly; but we have said that the parable now under our consideration was delivered by Christ, in order that the form of an allegory might present a doubtful riddle.” [= ‘Karena itu Aku berbicara dengan perumpamaan-perumpamaan’. Ia berkata bahwa Ia berbicara kepada orang banyak dengan cara yang kabur, karena mereka bukan pengambil-pengambil bagian dari terang yang sejati. Tetapi sementara Ia menyatakan bahwa suatu kerudung ditebarkan di atas orang buta, supaya mereka bisa tetap ada dalam kegelapan, Ia tidak menganggap kesalahan dari hal ini berasal dari diri mereka sendiri, tetapi menggunakan kesempatan untuk memuji dengan lebih tinggi kasih karunia yang diberikan kepada rasul-rasul, karena itu tidak secara sama rata diberikan kepada semua orang. Ia tidak memberikan penyebab apapun untuk itu, kecuali rencana rahasia dari Allah; untuk mana, seperti yang akan kita lihat belakangan dengan lebih penuh, ada alasan yang baik, sekalipun itu telah disembunyikan dari kita. Itu bukan satu-satunya rancangan dari suatu perumpamaan untuk menyatakan, dengan suatu cara yang kabur, apa yang Allah tidak berkenan untuk menyatakan dengan jelas; tetapi kami mengatakan bahwa perumpamaan yang sekarang kami pertimbangkan diberikan oleh Kristus, supaya bentuk dari suatu alegori bisa memberikan teka teki yang meragukan.].
Calvin: “‘And in them is fulfilled the prophecy of Isaiah.’ He confirms his statement by a prediction of Isaiah, that it is far from being a new thing, if many persons derive no advantage from the word of God, which was formerly appointed to the ancient people, for the purpose of inducing greater blindness. This passage of the Prophet is quoted, in a variety of ways, in the New Testament. Paul quotes it (Acts 28:26) to charge the Jews with obstinate malice, and says that they were blinded by the light of the Gospel, because they were bitter and rebellious against God. There he points out the immediate cause which appeared in the men themselves. But in the Epistle to the Romans (11:7) he draws the distinction from a deeper and more hidden source; for he tells us, that ‘the remnant was saved according to the election of grace,’ and that ‘the rest were blinded, according as it is written.’ The contrast must there be observed; for if it is the election of God, and an undeserved election, which alone saves any remnant of the people, it follows that all others perish by a hidden, though just, judgment of God. Who are the rest, whom Paul contrasts with the elect remnant, but those on whom God has not bestowed a special salvation?” [= ‘Dan dalam diri mereka digenapi nubuat dari Yesaya’. Ia meneguhkan pernyataanNya oleh suatu ramalan dari Yesaya, bahwa itu bukanlah suatu hal yang baru, jika banyak orang tidak mendapat / memperoleh keuntungan dari firman Allah, yang dahulu ditetapkan bagi bangsa kuno, dengan tujuan menyebabkan kebutaan yang lebih besar. Text dari sang Nabi dikutip, dengan bermacam-macam cara, dalam Perjanjian Baru. Paulus mengutipnya (Kis 28:26) untuk menuduh orang-orang Yahudi dengan kejahatan yang tegar tengkuk, dan mengatakan bahwa mereka dibutakan oleh terang Injil, karena mereka pahit dan bersifat memberontak terhadap Allah. Di sana ia menunjukkan penyebab langsung yang terlihat dalam diri orang-orang itu sendiri. Tetapi dalam surat kepada orang-orang Roma (11:7) ia menarik / mendapat perbedaan dari suatu sumber yang lebih dalam dan lebih tersembunyi; karena ia memberi tahu kita, bahwa ‘sisa itu diselamatkan sesuai dengan pemilihan dari kasih karunia’, dan bahwa ‘sisanya dibutakan, sesuai dengan yang tertulis’. Kontras itu harus diperhatikan di sana; karena jika pemilihan Allah, dan suatu pemilihan yang tidak layak untuk didapatkan, adalah satu-satunya yang menyelamatkan sisa apapun dari bangsa itu, akibatnya adalah bahwa semua yang lain binasa oleh suatu penghakiman yang tersembunyi, sekalipun adil, dari Allah. Siapa sisanya itu, yang Paulus kontraskan dengan sisa pilihan, kecuali mereka kepada siapa Allah tidak memberikan keselamatan yang khusus?].
Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.
Ro 11:5-8 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. (7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’”.
Catatan: kata-kata yang saya beri garis bawah ganda, dalam KJV adalah: ‘and the rest were blinded’ [= dan sisanya dibutakan], dan dalam RSV adalah ‘but the rest were hardened’ [= tetapi sisanya dikeraskan / ditegarkan]. NIV/NASB mirip dengan RSV. Dalam bahasa Yunani memang itu bentuk pasif!
Calvin: “Similar reasoning may be applied to the passage in John, (12:38;) for he says that ‘many believed not,’ because no man believes, except he to whom God ‘reveals his arm,’ and immediately adds, that ‘they could not believe, because it is again written, Blind the heart of this people.’ Such, too is the object which Christ has in view, when he ascribes it to the secret purpose of God, that the truth of the Gospel is not revealed indiscriminately to all, but is exhibited at a distance under obscure forms, so as to have no other effect than to overspread the minds of the people with grosser darkness. In all cases, I admit, those whom God blinds will be found to deserve this condemnation; but as the immediate cause is not always obvious in the persons of men, let it be held as a fixed principle, that God enlightens to salvation, and that by a peculiar gift, those whom He has freely chosen; and that all the reprobate are deprived of the light of life, whether God withholds his word from them, or keeps their eyes and ears closed, that they do not hear or see.” [= Pemikiran yang serupa bisa diterapkan kepada text dalam Yohanes, (12:38); karena ia berkata bahwa ‘banyak yang tidak percaya’, karena tak ada orang yang percaya, kecuali ia kepada siapa Allah ‘menyatakan lengan / tanganNya’, dan segera menambahkan, bahwa ‘mereka tidak bisa percaya, karena ada tertulis lagi, Butakanlah hati dari bangsa ini’. Hal seperti itu juga merupakan obyek kemana Kristus menujukan pandanganNya, pada waktu Ia menganggapnya berasal dari rencana rahasia Allah, bahwa kebenaran dari Injil tidaklah dinyatakan secara tanpa pandang bulu kepada semua orang, tetapi ditunjukkan dari jauh di bawah bentuk-bentuk yang kabur, sehingga tidak mempunyai hasil lain dari pada menyebari pikiran-pikiran dari orang-orang / bangsa itu dengan kegelapan yang lebih besar. Dalam semua kasus, saya mengakui, bahwa mereka yang dibutakan oleh Allah akan didapati layak mendapatkan penghukuman ini; tetapi karena penyebab langsung tidak selalu jelas dalam diri orang-orang, hendaklah ini dipegang / dipercaya sebagai suatu prinsip yang tetap, bahwa Allah menerangi pada keselamatan, dan itu oleh suatu karunia khusus, mereka yang telah Ia pilih dengan cuma-cuma; dan bahwa semua reprobate / orang-orang yang ditentukan untuk binasa dicabut / dihilangkan terang kehidupannya, apakah dengan cara Allah menahan firmanNya dari mereka, atau menjaga supaya mata mereka dan telinga mereka tertutup, supaya mereka tidak mendengar atau melihat.].
Yoh 12:37-40 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.
Calvin: “‘Hearing you shall hear.’ We now perceive the manner in which Christ applies the prediction of the prophet to the present occasion. He does not quote the prophet’s words, nor was it necessary; for Christ reckoned it enough to show, that it was no new or uncommon occurrence, if many were hardened by the word of God. The words of the prophet were, ‘Go, blind their minds, and harden their hearts,’ (Isaiah 6:10.) ... All who have been ‘given over to a reprobate mind’ (Romans 1:28) do voluntarily, and from inward malice, blind and harden themselves. Nor can it be otherwise, wherever the Spirit of God does not reign, by whom the elect alone are governed. Let us, therefore, attend to this connection, that all whom God does not enlighten with the Spirit of adoption are men of unsound mind; and that, while they are more and more blinded by the word of God, the blame rests wholly on themselves, because this blindness is voluntary.” [= ‘Mendengar kamu akan mendengar’ / ‘kamu akan mendengar dan mendengar’. Kita sekarang mengerti cara dengan mana Kristus menerapkan ramalan dari sang nabi dalam peristiwa ini. Ia tidak mengutip kata-kata sang nabi, juga itu tidak perlu; karena Kristus menganggapnya cukup untuk menunjukkan, bahwa itu bukan kejadian yang baru atau tidak biasa, jika banyak orang dikeraskan oleh firman Allah. Kata-kata dari sang nabi adalah ‘Pergilah, butakan pikiran mereka, dan keraskan hati mereka’ (Yes 6:10). ... Semua yang telah ‘diberikan kepada pikiran reprobate / terkutuk’ (Ro 1:28) memang dengan sukarela, dan dari kejahatan di dalam, membutakan dan mengeraskan diri mereka sendiri. Memang tidak bisa terjadi hal yang lain, dimanapun Roh Allah tidak memerintah, oleh siapa orang-orang pilihan saja yang dikuasai / dikendalikan. Karena itu, hendaklah kita memperhatikan hubungan ini, bahwa semua orang yang tidak Allah terangi dengan Roh adopsi adalah orang-orang dari pikiran yang tidak sehat; dan bahwa, sementara mereka makin lama makin dibutakan oleh firman Allah, kesalahan terletak sepenuhnya pada diri mereka sendiri, karena kebutaan ini adalah sukarela.].
Ro 1:28 - “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:”.
Yes 6:10 - “Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
Sekarang mari kita melihat beberapa tafsiran tentang Yes 6:10 ini.
Calvin (tentang Yes 6:10): “It is undoubtedly a harsh saying, that God sends a prophet to ‘close the ears, stop up the eyes, and harden the heart of the people;’ because it appears as if these things were inconsistent with the nature of God, and therefore contradicted his word. But we ought not to think it strange if God punishes the wickedness of men by blinding them in the highest degree. Yet the Prophet shows, a little before, that the blame of this blindness lies with the people; for when he bids them hear, he bears witness that the doctrine is fitted for instructing the people, if they choose to submit to it; that light is given to guide them, if they will but open their eyes. The whole blame of the evil is laid on the people for rejecting the amazing kindness of God;” [= Tak diragukan bahwa itu merupakan kata-kata yang keras, bahwa Allah mengutus seorang nabi untuk ‘menyumbat telinga, menutup mata, dan mengeraskan hati dari bangsa itu’; karena kelihatannya hal-hal ini tidak konsisten dengan sifat dasar Allah, dan karena itu bertentangan dengan firmanNya. Tetapi kita tidak boleh berpikir bahwa merupakan sesuatu yang aneh jika Allah menghukum kejahatan orang-orang dengan membutakan mereka dalam tingkat yang tertinggi. Tetapi sang Nabi menunjukkan, sedikit sebelumnya, bahwa kesalahan dari kebutaan ini terletak dalam bangsa itu; karena pada waktu ia meminta mereka untuk mendengar, ia memberi kesaksian bahwa ajaran itu cocok untuk memberi instruksi bangsa itu, jika mereka memilih untuk tunduk kepadanya; bahwa terang diberikan untuk membimbing mereka, jika saja mereka mau membuka mata mereka. Seluruh kesalahan dari kejahatan diletakkan pada bangsa itu karena menolak kebaikan yang mengherankan dari Allah;].
Calvin (tentang Yes 6:10): “Such blinding and hardening influence does not arise out of the nature of the word, but is accidental, and must be ascribed exclusively to the depravity of man.” [= Pengaruh yang membutakan dan mengeraskan seperti itu tidak muncul dari sifat dasar dari firman, tetapi merupakan sesuatu yang bukan hakiki, dan harus semata-mata dianggap berasal dari kebejatan manusia.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “True, this prediction was not the cause of their unbelief, but the Lord foretold it, because he foresaw that they would be such as they are here described. The Evangelist applies to the Gospel what had already taken place under the law, and at the same time shows that the Jews were deprived of reason and understanding, because they were rebels against God. Yet if you inquire into the first cause, we must come to the predestination of God. But as that purpose is hidden from us, we must not too eagerly search into it; for the everlasting scheme of the divine purpose is beyond our reach, but we ought to consider the cause which lies plainly before our eyes, namely, the rebellion by which they rendered themselves unworthy of blessings so numerous and so great.” [= Memang benar, ramalan ini bukanlah penyebab dari ketidak-percayaan mereka, tetapi Tuhan memberitahukan lebih dulu hal itu, karena Ia melihat lebih dulu bahwa mereka akan menjadi seperti yang digambarkan di sini. Sang Penginjil menerapkan kepada Injil apa yang telah terjadi di bawah hukum Taurat, dan pada saat yang sama menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi dicabut / dihilangkan akal dan pengertiannya, karena mereka memberontak terhadap Allah. Tetapi jika kamu menanyakan penyebab pertama, kita harus datang pada predestinasi Allah. Tetapi karena rencana itu tersembunyi dari kita, kita tidak boleh terlalu berkeinginan untuk menyelidikinya; karena maksud / pola kekal dari rencana ilahi ada diluar jangkauan kita, tetapi kita harus mempertimbangkan penyebab yang terletak dengan jelas di depan mata kita, yaitu, pemberontakan dengan mana mereka membuat diri mereka sendiri tidak layak untuk berkat-berkat yang begitu banyak dan begitu besar.].
John Calvin: “Observe that he directs his voice to them but in order that they may become even more deaf; he kindles a light but that they may be made even more blind; he sets forth doctrine but that they may grow even more stupid; he employs a remedy but so that they may not be healed.” [= Perhatikan bahwa Ia menujukan suaraNya kepada mereka tetapi supaya mereka menjadi makin tuli; Ia menyalakan cahaya tetapi supaya mereka menjadi makin buta; Ia menyatakan doktrin / ajaran tetapi supaya mereka menjadi makin bodoh; Ia menggunakan obat tetapi supaya mereka tidak disembuhkan.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no 13.
E. J. Young (tentang Yes 6:10): “It is to Isaiah himself that the Lord now utters His command. He is charged to work in such a manner that his labors will bring about a hardening of heart and sensibility upon the part of the nation, so that there will be no possibility of its being saved. ... In all this activity and proclamation of Isaiah there is an end to be achieved. It is a negative end; the people must not turn from their sins to God, for if they turn they will be healed. Strange indeed are the ways of the great God. He commands that all men hear His word and walk in His paths. At the same time He sends forth a messenger to prevent this result from occurring. He opposes the Word of God with the Word of God. How can this be explained? Surely God’s great command that all men should hear and obey His word has not been abrogated! Those who do not hear that word will be held guilty of disobedience. At the same time, if God would abide true to His promises, it was necessary that some do not hear that word. The nation had so sinned and hardened its heart that it contained within it the seeds of its own destruction.” [= Adalah kepada Yesaya sendiri sekarang Tuhan mengucapkan perintahNya. Ia diperintahkan untuk bekerja dengan cara sedemikian rupa sehingga jerih payahnya akan menghasilkan suatu pengerasan hati dan perasaan pada sebagian dari bangsa itu, sehingga di sana tidak akan ada kemungkinan untuk diselamatkan. ... Dalam semua aktivitas dan proklamasi dari Yesaya ini ada suatu tujuan untuk dicapai. Itu merupakan suatu tujuan yang negatif; bangsa itu tidak boleh berbalik dari dosa-dosa mereka kepada Allah, karena jika mereka berbalik mereka akan disembuhkan. Memang aneh cara-cara / jalan-jalan dari Allah yang besar. Ia memerintahkan bahwa semua orang mendengar firmanNya dan berjalan dalam jalanNya. Pada saat yang sama Ia mengirim seorang utusan untuk mencegah supaya hasil ini tidak terjadi. Ia menentang Firman Allah dengan Firman Allah. Bagaimana ini bisa dijelaskan? Pastilah perintah yang besar dari Allah bahwa semua orang harus mendengar dan mentaati firmanNya tidak dicabut / dibatalkan! Mereka yang tidak mendengar firman itu akan dianggap bersalah dan tidak taat. Pada saat yang sama, jika Allah mau tetap benar terhadap janji-janjiNya, adalah perlu bahwa sebagian orang tidak mendengar firman itu. Bangsa itu telah begitu berdosa dan mengeraskan hatinya sehingga bangsa itu mempunyai dalam diri mereka benih-benih dari kebinasaan / kehancurannya sendiri.].
E. J. Young (tentang Yes 6:10): “Another problem confronts us. What is the relationship of these verses to the Scriptural doctrine of reprobation? Some would apparently think, that there is no relation and would take the imperatives as futures. On this interpretation we are simply to understand that the people will refuse to hearken and so will lose their spiritual receptivity and will not repent. Isaiah, on this construction, will simply preach to rebellious people who will harden themselves in their hardheartedness. But this interpretation does not do justice to all the facts of the case. It is apparent that the result of Isaiah’s preaching is foreseen by God. Isaiah is commanded to preach in such a manner that a particular result will be the consequence. Now, if God foresees that such a particular result will be the consequence, it is clear that that particular result is certain and that it has already been determined by God. From this conclusion there is no escape. In His mysterious wisdom God had foreordained that this people would not respond to the blessed overtures of the gospel. In His sovereign good pleasure He had passed them by, not ordaining them unto life eternal, and for their sin had ordained them to dishonor and wrath.” [= Problem yang lain kita hadapi. Apa hubungan dari ayat-ayat ini dengan doktrin Alkitabiah dari reprobation / penentuan binasa? Sebagian menganggap bahwa di sana tidak ada hubungan dan akan mengartikan kata-kata perintah sebagai kata-kata bentuk yang akan datang. Pada penafsiran ini kita hanya mengerti bahwa bangsa itu akan menolak untuk mendengar dan dengan demikian akan kehilangan daya penerimaan rohani mereka dan tidak akan bertobat. Yesaya, dalam tafsiran ini, hanya akan berkhotbah kepada bangsa yang bersifat pemberontak yang akan mengeraskan diri mereka sendiri dalam kekerasan hati. Tetapi penafsiran ini tidak melakukan keadilan terhadap semua fakta-fakta dari kasus itu. Adalah jelas bahwa hasil dari khotbah Yesaya dilihat lebih dulu oleh Allah. Yesaya diperintahkan untuk berkhotbah dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu hasil yang khusus akan menjadi konsekwensinya. Sekarang, jika Allah melihat lebih dulu bahwa hasil khusus seperti itu akan menjadi konsekwensinya, adalah jelas bahwa hasil khusus itu adalah pasti dan bahwa itu telah ditentukan oleh Allah. Dari kesimpulan ini tak ada jalan untuk lolos. Dalam hikmatNya yang misterius Allah telah menentukan / mempredestinasikan lebih dulu bahwa bangsa ini tidak akan menanggapi pada tawaran yang diberkati dari injil. Dalam perkenan baikNya yang berdaulat Ia telah melewati mereka, tidak menentukan mereka pada hidup yang kekal, dan untuk dosa mereka telah menentukan mereka pada ketidak-hormatan dan kemurkaan.].
E. J. Young (tentang Yes 6:9-10): “We must then note the theological implication of the passage. The blindness of the nation is to be ascribed to its own depravity. When the prophet commands the people to hear, he commands them to do something which would bring salvation, and at the same time testifies to the fact that the message which he proclaims is designed for and is suitable for the instruction of the hearer. In preaching, Isaiah is offering hearing, sight and understanding to a deaf, blind and ignorant people. These blessings come with the message as its fruits, when the Spirit of God applies that message to the heart. It is therefore not the content of the message itself which is a savor of death unto death. ‘Such blinding,’ says Calvin, ‘and hardening influence does not arise out of the nature of the word, but is accidental, and must be ascribed to the depravity of man.’ The ungodly, Calvin goes on to say, have no right to object to the preaching of the Truth as though the proclamation of that Truth in itself brought evil effects. The evil effects come not from the Word, but from the heart of man, which stands in desperate need of regeneration. ‘The whole blame,’ Calvin continues, ‘lies on themselves in altogether refusing it admission; and we need not wonder if that which ought to have led them to salvation becomes the cause of their destruction.’ ‘Yet if you inquire into the first cause, we must come to the predestination of God.’” [= Lalu kita harus memperhatikan pengertian theologia dari text ini. Kebutaan dari bangsa itu harus dianggap berasal dari kebejatannya sendiri. Pada waktu sang nabi memerintahkan bangsa itu untuk mendengar, ia memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu yang akan membawa keselamatan, dan pada saat yang sama menyaksikan fakta bahwa berita yang ia beritakan dirancang untuk dan cocok untuk memberi instruksi para pendengar. Dalam berkhotbah, Yesaya menawarkan pendengaran, penglihatan dan pengertian kepada bangsa yang tuli, buta dan bodoh. Berkat-berkat ini datang dengan / bersama berita itu sebagai buah-buahnya, pada waktu Roh Allah menerapkan berita itu pada hati. Jadi, bukan isi dari berita itu sendiri yang merupakan bau kematian pada kematian. ‘Pembutaan seperti itu’, kata Calvin, ‘dan pengaruh pengerasan tidak muncul dari sifat dasar dari firman, tetapi merupakan sesuatu yang tidak hakiki, dan harus dianggap berasal dari kebejatan manusia’. Orang-orang jahat, Calvin melanjutkan kata-katanya, tidak punya hak untuk keberatan pada pemberitaan Kebenaran, seakan-akan proklamasi dari Kebenaran itu, dalam dirinya sendiri, membawa hasil-hasil yang jahat. Hasil-hasil yang jahat itu tidak datang dari Firman, tetapi dari hati manusia, yang berada dalam kebutuhan yang sangat menyedihkan untuk kelahiran baru. ‘Seluruh kesalahan’, Calvin melanjutkan, terletak pada diri mereka sendiri yang menolak sama sekali untuk memberi firman itu ijin masuk; dan kita tidak perlu heran jika itu yang seharusnya membimbing mereka pada keselamatan menjadi penyebab dari kehancuran mereka’. ‘Tetapi jika kamu menanyakan penyebab pertamanya, kita harus datang pada predestinasi Allah’.].
E. J. Young (tentang Yes 6:9-10): “Jennings seeks to explain the situation by means of the following illustration. He speaks of carrying a lantern into a dark barn at night. At once all the unclean creatures of darkness, the rats and the mice to whom darkness is congenial, will flee from the light and will scatter to the darkness, but creatures of the light, such as the birds, will fly to the light. ‘The lantern comes into the darkness for judgment, and exposes the true state of all - what they really are, and what must be their natural place according to that nature.’ This illustration is, however, woefully inadequate. The gospel does far more than bring to the light the fact that some men love darkness and others the light. It would be more in keeping with Scripture and hence more accurate to say that all men love the darkness; all men, in the language of the above illustration, are creatures of the darkness, and when light appears, rather than fly to it they seek deeper darkness. Some of these creatures of darkness, however, are transformed by the gospel so that they love the light. A new heart is given to them, a heart that is the gift of the Spirit of God. That which makes a distinction among men is grace, sovereign grace, and sovereign grace alone. According to the teaching of the Old Testament - we need not even turn to the New - salvation is of the Lord. Calvin therefore is right when he says that the ‘first cause’ of the condition of the nation is the predestination of God. At the same time we must make a distinction between the proximate and the ultimate cause of the hardened condition of the heart. The proximate cause of the nation’s callousness was to be found in its sinful heart. The ultimate cause, however, was the reprobating decree of God. The elect are not saved because they are creatures of light; they too were creatures of darkness and in them there was no goodness, nothing that would attract the light. God, however, out of His mere good pleasure did choose them and ordain them to life eternal, and when the blessed gospel was heard by them, they were given a heart that was then willing and able to hear and to respond. Those, however, whom God did not ordain to life eternal, He passed by and for their sin ordained to dishonor and wrath.” [= Jennings berusaha untuk menjelaskan situasi itu dengan ilustrasi sebagai berikut. Ia berbicara tentang membawa sebuah lentera ke dalam lumbung yang gelap pada malam hari. Segera semua makhluk-makhluk kegelapan yang najis / kotor, tikus-tikus bagi siapa kegelapan itu sesuatu yang menyenangkan, akan lari dari terang dan akan tersebar pada kegelapan, tetapi makhluk-makhluk dari terang, seperti burung-burung, akan terbang kepada terang. ‘Lentera itu datang ke dalam kegelapan untuk penghakiman, dan membukakan keadaan sebenarnya dari semua - apa mereka sesungguhnya, dan apa seharusnya tempat alamiah mereka sesuai dengan sifat dasar itu’. Tetapi ilustrasi ini tidak cukup secara menyedihkan. Injil melakukan lebih dari pada menyatakan fakta bahwa sebagian orang mencintai kegelapan dan orang-orang lain mencintai terang. Akan lebih cocok dengan Kitab Suci, dan karena itu lebih tepat untuk mengatakan bahwa semua orang mencintai kegelapan; semua orang, dalam bahasa dari ilustrasi di atas, adalah makhluk-makhluk kegelapan, dan pada waktu terang muncul / terlihat, dari pada terbang kepadanya mereka mencari kegelapan yang lebih dalam. Tetapi sebagian dari makhluk-makhluk kegelapan ini diubahkan oleh injil sehingga mereka mencintai terang. Suatu hati yang baru diberikan kepada mereka, suatu hati yang merupakan karunia dari Roh Allah. Apa yang membuat perbedaan di antara manusia adalah kasih karunia, kasih karunia yang berdaulat, dan hanya kasih karunia. Sesuai dengan pengajaran Perjanjian Lama - kita bahkan tidak perlu untuk melihat pada Perjanjian Baru - keselamatan adalah dari Tuhan. Karena itu Calvin adalah benar pada waktu ia mengatakan bahwa ‘penyebab pertama’ dari kondisi dari bangsa itu adalah predestinasi Allah. Pada saat yang sama kita harus membuat suatu perbedaan antara penyebab yang terdekat dan yang terakhir dari kondisi hati yang dikeraskan. Penyebab terdekat dari sifat tidak berperasaan bangsa itu harus ditemukan dalam hatinya yang berdosa. Tetapi penyebab terakhir adalah ketetapan yang menentukan binasa dari Allah. Orang-orang pilihan bukan diselamatkan karena mereka adalah makhluk-makhluk terang; mereka juga adalah makhluk-makhluk kegelapan dan dalam mereka tidak ada kebaikan, tak ada apapun yang akan menarik terang. Tetapi Allah, dari semata-mata perkenanNya yang baik memang memilih mereka dan menentukan mereka pada hidup yang kekal, dan pada waktu injil yang diberkati didengar oleh mereka, mereka diberi suatu hati yang pada waktu itu mau dan mampu mendengar dan menanggapi. Tetapi mereka yang Allah tidak tentukan untuk hidup yang kekal, Ia lewati dan untuk dosa mereka Ia tentukan pada ketidak-hormatan dan kemurkaan.].
Matius 13:13-15 - “(13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.
Yes 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
2. Penerapan dari Mat 13:13-15 / Yes 6:9-10.
a. Pada saat pelayanan kita gagal / tidak banyak hasilnya.
Memang untuk kita, kita tidak bisa tahu hasil pelayanan kita sebelum kita melakukannya. Tetapi untuk Yesaya, ia tahu karena itu sudah dinubuatkan. Tetapi ia tetap mau melakukan pelayanan itu.
Barnes’ Notes (tentang Yes 6:9): “This shows the spirit with which ministers must deliver the message of God. It is their business to deliver the message, though they should know that it will neither be understood nor believed.” [= Ini menunjukkan roh dengan mana pelayan-pelayan / pendeta-pendeta harus menyampaikan pesan dari Allah. Urusan mereka adalah menyampaikan pesan / berita, sekalipun mereka tahu bahwa itu tidak akan dimengerti ataupun dipercayai.].
Barnes’ Notes (tentang Yes 6:9): “We may learn here, (1) That the effect of truth is often to irritate people and make them more wicked. (2) The truth must, nevertheless, be proclaimed.” [= Kita bisa belajar di sini, (1) Bahwa hasil dari kebenaran sering menjengkelkan orang-orang dan membuat mereka lebih jahat. (2) Sekalipun demikian, kebenaran harus diberitakan.].
Yes 6:11-13 - “(11) Kemudian aku bertanya: ‘Sampai berapa lama, ya Tuhan?’ Lalu jawabNya: ‘Sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. (12) TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong. (13) Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!’”.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yes 6:11-13): “Isaiah’s response to the message implies that he was ready to speak whatever God wanted him to say. Yet he wondered how long he would have to go on delivering a message of judgment to which the people would be callous. The Lord answered that Isaiah was to proclaim the message until His judgment came, that is, till the Babylonian Exile actually occurred and the people were deported from the land (v. 12), thus leaving their ruined cities and fields (v. 11). Though Isaiah did not live that long, God meant he should keep on preaching even if he did live to see Judah’s downfall.” [= Tanggapan Yesaya terhadap pesan / berita itu secara implicit menunjukkan bahwa ia siap untuk mengatakan apapun yang Allah inginkan untuk ia katakan. Tetapi ia bertanya-tanya berapa lama ia akan harus terus menyampaikan suatu pesan penghakiman terhadap apa bangsa itu akan keras hati. Tuhan menjawab bahwa Yesaya akan memberitakan pesan / berita itu sampai penghakimanNya datang, yaitu sampai pembuangan Babilonia betul-betul terjadi dan bangsa itu dikeluarkan / dibuang dari negeri itu (ay 12), sehingga meninggalkan kota-kota dan ladang-ladang mereka yang hancur (ay 11). Sekalipun Yesaya tidak hidup sepanjang itu, Allah memaksudkan ia harus terus memberitakan bahkan seandainya ia hidup untuk melihat kejatuhan Yehuda.].
E. J. Young (tentang Yes 6:10): “One cannot but admire and even love Isaiah for his willingness and readiness to serve God, even though he was told that his labors would appear to be fruitless. From this we learn the necessity for continuing in the work of the gospel, even when outward success does not appear to attend our work. It may be that apparent lack of outward success is in part due to our own inefficiency; our task, however, is to be faithful. May God grant that His church may have ministers who, above all else, are faithful, even as was Isaiah.” [= Seseorang tidak bisa tidak mengagumi dan bahkan mencintai Yesaya untuk kemauannya dan kesediaannya untuk melayani Allah, sekalipun ia diberitahu bahwa jerih payahnya akan terlihat tidak berbuah. Dari sini kita belajar perlunya untuk terus dalam pekerjaan dari injil, bahkan pada waktu sukses lahiriah tidak terlihat menyertai pekerjaan kita. Memang bisa bahwa terlihat kurang sukses secara lahiriah itu sebagian disebabkan karena ketidak-efisienan / kecerobohan kita sendiri; tetapi tugas kita adalah untuk setia. Kiranya Allah menganugerahkan supaya gerejaNya bisa mempunyai pelayan-pelayan yang, di atas semua yang lain, adalah setia, bahkan setia seperti Yesaya.].
Calvin (tentang Yes 6:9): “This shows still more clearly how necessary the vision was, that Isaiah might not all at once fail in his course. It was a grievous stumblingblock, that he must endure such obstinacy and rebellion in the people of God, and that not only for a year or two, but for more than sixty years. On this account he needed to be fortified, that he might be like a brazen wall against such stubbornness. The Lord, therefore, merely forewarns Isaiah that he will have to do with obstinate men, on whom he will produce little effect; but that so unusual an occurrence must not lead him to take offense, and lose courage, or yield to the rebellion of men; that, on the contrary, he must proceed with unshaken firmness, and rise superior to temptations of this nature.” [= Ini menunjukkan dengan lebih jelas lagi betapa perlunya penglihatan itu, supaya Yesaya tidak gagal sama sekali dalam jalannya. Itu merupakan batu sandungan yang menyedihkan, bahwa ia harus menahan kekeras-kepalaan dan pemberontakan seperti itu dalam bangsa / umat Allah, dan bukan untuk setahun atau dua tahun, tetapi untuk lebih dari 60 tahun. Karena ini ia perlu untuk diperkuat, supaya ia bisa menjadi seperti suatu tembok tembaga terhadap kekeras-kepalaan seperti itu. Karena itu, Tuhan hanya memperingatkan Yesaya lebih dulu bahwa ia akan harus berurusan dengan orang-orang keras kepala, pada siapa ia akan menghasilkan sedikit hasil / pengaruh; tetapi bahwa kejadian yang begitu tidak biasa tidak boleh membimbing dia untuk tersinggung, dan kehilangan keberanian, atau menyerah pada pemberontakan manusia; sehingga sebaliknya, ia harus melanjutkan dengan keteguhan yang tidak tergoyahkan, dan naik lebih tinggi dari pencobaan-pencobaan dari jenis ini.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “Here the former statement is more fully expressed; for God informs Isaiah beforehand, not only that his labor in teaching will be fruitless, but that by his instruction he will also blind the people, so as to be the occasion of producing greater insensibility and stubbornness, and to end in their destruction. He declares that the people, bereft of reason and understanding, will perish, and there will be no means of obtaining relief; and yet he at the same time affirms that the labors of the Prophet, though they bring death and ruin on the Jews, will be to him an acceptable sacrifice.” [= Di sini pernyataan yang terdahulu dinyatakan dengan lebih penuh; karena Allah memberi informasi kepada Yesaya sebelumnya, bukan hanya bahwa jerih payahnya dalam mengajar akan tidak berbuah, tetapi bahwa oleh instruksi / pengajarannya ia juga akan membutakan bangsa itu, sehingga menjadi kejadian / peristiwa yang menghasilkan kekerasan hati dan kekeras-kepalaan, dan berakhir dalam penghancuran mereka. Ia menyatakan bahwa bangsa itu, kehilangan / tak mempunyai akal dan pengertian, akan binasa, dan di sana tidak akan ada cara / jalan untuk mendapatkan pertolongan; tetapi pada saat yang sama menegaskan bahwa jerih payah dari sang Nabi, sekalipun itu membawa kematian dan kehancuran bagi orang-orang Yahudi, akan menjadi suatu korban yang diterima bagiNya.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “This is a truly remarkable declaration; not only because Isaiah here foretold what was afterwards fulfilled under the reign of Christ, but also because it contains a most useful doctrine, which will be of perpetual use in the Church of God; for all who shall labor faithfully in the ministry of the word will be laid under the necessity of meeting with the same result. We too have experienced it more than we could have wished; but it has been shared by all the servants of Christ, and therefore we ought to endure it with greater patience, though it is a very grievous stumbling-block to those who serve God with a pure conscience.” [= Ini betul-betul merupakan suatu pernyataan yang luar biasa; bukan hanya karena Yesaya di sini meramalkan apa yang belakangan digenapi di bawah pemerintahan Kristus, tetapi juga karena itu berisi suatu doktrin yang paling berguna, yang akan berguna secara kekal dalam Gereja Allah; karena semua yang berjerih payah dengan setia dalam pelayanan firman akan ditempatkan di bawah keharusan untuk mengalami hasil yang sama. Kami juga telah mengalaminya lebih dari yang bisa kami inginkan; tetapi itu telah dialami oleh semua pelayan-pelayan Kristus, dan karena itu kita harus menahannya dengan kesabaran yang besar, sekalipun itu merupakan suatu batu sandungan yang sangat menyedihkan bagi mereka yang melayani Allah dengan hati nurani yang murni.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “Not only does it give great offense, but Satan powerfully excites his followers to raise a dislike of instruction on the pretense of its being not merely useless, but even injurious; that it renders men more obstinate, and leads to their destruction. At the present day, those who have no other reproach to bring against the doctrine of the gospel maintain that the only effect produced by the preaching of it has been, that the world has become worse.” [= Bukan hanya itu memberikan sakit hati yang besar, tetapi Iblis menggairahkan secara kuat para pengikutnya untuk membangkitkan suatu ketidak-senangan terhadap instruksi dengan kepura-puraan bahwa itu bukan hanya semata-mata tak berguna, tetapi bahkan merugikan / berbahaya; bahwa itu membuat orang-orang lebih keras kepala, dan membimbing pada kehancuran mereka. Pada jaman sekarang, mereka yang tidak mempunyai celaan yang lain untuk menentang doktrin dari injil, mempertahankan bahwa satu-satunya hasil yang dihasilkan oleh pemberitaannya adalah, bahwa dunia telah menjadi lebih buruk.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “But whatever may be the result, still God assures us that our ministrations are acceptable to him, because we obey his command; and although our labor appear to be fruitless, and men rush forward to their destruction, and become more rebellious, we must go forward; for we do nothing at our own suggestion, and ought to be satisfied with having the approbation of God.” [= Tetapi apapun hasilnya, tetap Allah meyakinkan kita bahwa pelayanan kita diterima olehNya, karena kita mentaati perintahNya; dan sekalipun jerih payah kita kelihatannya tidak berbuah, dan orang-orang berlari cepat-cepat menuju kehancuran mereka, dan menjadi makin bersifat memberontak, kita harus bergerak maju; karena kita tidak melakukan apapun atas anjuran kita sendiri, dan harus puas dengan mendapatkan penerimaan yang baik dari Allah.].
Calvin (tentang Yes 6:10): “Hence arises a most excellent and altogether invaluable consolation to godly teachers, for supporting their minds against those grievous offenses which daily spring from the obstinacy of men, that, instead of being retarded by it, they may persevere in their duty with unshaken firmness.” [= Dari sini muncullah suatu penghiburan yang paling bagus dan sepenuhnya tidak ternilai bagi pengajar-pengajar yang saleh, untuk menopang pikiran-pikiran mereka terhadap hal-hal yang menyebabkan kemarahan yang menyedihkan yang setiap hari muncul dari kekeras-kepalaan manusia, supaya, alih-alih dihalangi / diperlambat olehnya, mereka bisa bertekun dalam kewajiban mereka dengan keteguhan yang tak tergoyahkan.].
Calvin (tentang Mat 13:14): “the ministers of the word ought to seek consolation from this passage, if the success of their labors does not always correspond to their wish. Many are so far from profiting by their instruction, that they are rendered worse by it. What has befallen them was experienced by a Prophet, to whom they are not superior.” [= pelayan-pelayan Firman harus mencari penghiburan dari text ini, jika sukses dari jerih payah mereka tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka. Banyak yang begitu jauh dari mendapatkan manfaat dari instruksi mereka, sehingga mereka diubah menjadi lebih buruk olehnya. Apa yang menimpa mereka telah dialami oleh seorang Nabi, terhadap siapa mereka tidak lebih tinggi.].
Memang bagi seorang pelayan Tuhan, merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan dan membuat frustrasi, kalau pelayanan tak berbuah, atau sangat sedikit buahnya, apalagi kalau terlihat adanya ‘buah’ yang berguguran!
Karena itu, dari pihak jemaat, perhatikan ayat di bawah ini.
Ibr 13:17 - “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.”.
Catatan: tentu ini tidak berlaku untuk seadanya pemimpin rohani dalam gereja! Ingat, banyak serigala berbulu domba!
b. Pada saat orang-orang yang kelihatannya bisa diharapkan, ternyata justru tidak seperti itu.
Calvin (tentang Yes 6:10): “We ought also to attend to this circumstance, that Isaiah was not sent to men indiscriminately, but to the Jews. Accordingly, the demonstrative particle הנה, (hinneh,) behold, is emphatic, and implies that the people whom the Lord had peculiarly chosen for himself do not hear the word, and shut their eyes amidst the clearest light. Let us not wonder, therefore, if we appear to be like persons talking to the deaf, when we address those who boast of the name of God.” [= Kita juga harus memperhatikan keadaan ini, bahwa Yesaya tidak diutus kepada orang-orang secara tanpa pandang bulu, tetapi kepada orang-orang Yahudi. Karena itu, kata penunjuk הנה, (hinneh), ‘lihatlah’, memberikan penekanan, dan secara implicit menunjukkan bahwa orang-orang yang Tuhan telah pilih secara khusus bagi diriNya sendiri tidak mendengar firman, dan menutup mata mereka di tengah-tengah terang yang paling jelas. Karena itu, janganlah kita heran / bertanya-tanya, jika kita terlihat seperti orang-orang yang berbicara kepada orang-orang yang tuli, pada waktu kita berbicara kepada mereka yang membanggakan nama Allah.].
Karena itu kita tidak perlu heran kalau pelayanan / penginjilan / pemberitaan firman yang kita lakukan kepada ‘orang-orang Kristen’ sama sekali tidak berbuah. Dalam keadaan seperti itupun kita harus bertekun dan setia pada panggilan kita untuk memberitakan firman Tuhan / Injil.
1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam (persekutuan dengan) Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”.
c. Seringkali apa yang kita anggap sebagai kegagalan sebetulnya bukanlah kegagalan.
Apa yang mula-mula terlihat sebagai kegagalan, belakangan ternyata bisa menghasilkan buah.
Kalau tidak, maka Tuhan mempunyai tujuan dalam kegagalan itu, yaitu supaya orang-orang yang kita layani tidak mempunyai dalih, dan menggunakan firman itu untuk menghakimi mereka pada akhir zaman!
Yes 55:11 - “demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”.
Barnes’ Notes (tentang Yes 55:11): “This proves: 1. That God has a design in giving his Word to people. He has as distinct an intention in his Word as he has in sending down rain upon the earth. 2. That whatever is his design in giving the gospel, it shall be accomplished. It is never spoken in vain, and never fails to produce the effect which he intends. The gospel is no more preached in vain than the rain falls in vain. ... And so the gospel often falls on the hard and barren hearts of men. It is addressed to the proud, the sensual, the avaricious, and the unbelieving, and seems to be spoken in vain, and to return void unto God. But it is not so. He has some design in it, and that will be accomplished. It is proof of the fullness of his mercy. It leaves people without excuse, and justifies himself. Or when long presented - apparently long in vain - it ultimately becomes successful, and sinners are at last brought to abandon their sins, and to turn unto God.” [= Ini membuktikan: 1. Bahwa Allah mempunyai suatu rancangan dalam memberikan firmanNya kepada orang-orang. Ia mempunyai suatu maksud yang nyata dalam firmanNya seperti Ia mempunyainya dalam menurunkan hujan ke bumi. 2. Bahwa apapun rancanganNya dalam memberikan injil, itu akan tercapai. Itu tidak pernah dikatakan dengan sia-sia, dan tidak pernah gagal untuk menghasilkan hasil yang Ia maksudkan. Injil tidak akan lebih sia-sia diberitakan dari pada hujan jatuh dengan sia-sia. ... Dan demikianlah injil sering jatuh pada hati yang keras dan tandus dari manusia. Itu disampaikan kepada orang-orang sombong, orang-orang yang bersifat daging, orang-orang yang tamak, dan orang-orang yang tidak percaya, dan kelihatannya dikatakan dengan sia-sia, dan kembali dengan sia-sia kepada Allah. Tetapi itu tidak demikian. Ia mempunyai suatu rancangan dengannya, dan itu akan tercapai. Itu adalah bukti dari kepenuhan belas kasihanNya. Itu meninggalkan orang-orang tanpa alasan / dalih, dan membenarkan diriNya sendiri. Atau pada waktu disampaikan secara lama - kelihatannya sia-sia untuk waktu yang lama - itu akhirnya menjadi berhasil / sukses, dan orang-orang berdosa akhirnya dibawa untuk meninggalkan dosa-dosa mereka dan berbalik kepada Allah.].
Calvin (tentang Yes 55:11): “as the word of God is efficacious for the salvation of believers, so it is abundantly efficacious for condemning the wicked; as Christ also teacheth, ‘The word which I have spoken, that shall judge him at the last day.’” [= sebagaimana firman Allah itu efektif untuk keselamatan dari orang-orang percaya, demikian juga itu efektif secara berlimpah-limpah untuk mengecam / menghukum orang-orang jahat; seperti Kristus juga mengajar, ‘Firman yang telah Aku katakan, itu akan menghakimi dia pada hari terakhir’.].
Yoh 12:47-48 - “(47) Dan jikalau seorang mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. (48) Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.”.
Calvin (tentang Yes 6:10): “We ought, indeed, to be deeply grieved when success does not attend our exertions; and we ought to pray to God to give efficacy to his word. A part of the blame we ought even to lay on ourselves, when the fruits are so scanty; and yet we must not abandon our office, or throw away our weapons. The truth must always be heard from our lips, even though there be no ears to receive it, and though the world have neither sight nor feeling; for it is enough for us that we labor faithfully for the glory of God, and that our services are acceptable to him; and the sound of our voice is not ineffectual, when it renders the world without excuse.” [= Kita memang harus dibuat jadi sedih secara mendalam pada waktu sukses tidak menyertai pemerasan tenaga kita; dan kita harus berdoa kepada Allah untuk memberikan kemujaraban / keberhasilan bagi firmanNya. Sebagian dari kesalahan bahkan harus kita letakkan pada diri kita sendiri, pada waktu buah-buah begitu jarang; tetapi kita tidak boleh meninggalkan tugas kita, atau membuang senjata-senjata kita. Kebenaran harus selalu didengar dari bibir kita, sekalipun di sana tidak ada telinga untuk menerimanya, dan sekalipun dunia tidak mempunyai penglihatan atau perasaan; karena adalah cukup bagi kita bahwa kita berjerih payah dengan setia untuk kemuliaan Allah, dan bahwa pelayanan-pelayanan kita diterima olehNya; dan bunyi dari suara kita tidaklah tanpa hasil, pada waktu itu membuat dunia tidak punya dalih.].
Bdk. Yoh 15:22,24 - “(22) Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka! ... (24) Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu.”.
Catatan: kata-kata ‘tidak berdosa’ dalam ay 22,24 tidak berarti ‘sama sekali tidak berdosa’. Yang ditekankan di sini hanya dosa penolakan terhadap Kristus!
e) Matius 13:16-17: “(16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”.
Luk 10:23-24 - “(23) Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-muridNya tersendiri dan berkata: ‘Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. (24) Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.’”.
Catatan: Lukas menuliskan ‘raja’ di mana Matius menuliskan ‘orang benar’, karena beberapa raja dalam Perjanjian Lama memang adalah orang benar, seperti Daud, Salomo dan sebagainya.
1. Matius 13:16: “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.”.
Kata ‘berbahagialah’ seharusnya adalah ‘blessed’ [= diberkatilah].
Ini adalah kata yang sama dengan yang digunakan dalam ucapan bahagia (Mat 5:3-12).
a. Arti dari kata ‘berbahagialah’.
(1) Kata ‘bahagia’ di sini tidak menunjuk pada ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati kita. Kalau kata ‘bahagia’ memang menunjuk pada perasaan bahagia dalam hati kita, bagaimana mungkin bisa ada Mat 5:4 yang berbunyi: “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”?
(2) Juga kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ ini tidak menunjuk pada kebahagiaan / keadaan diberkati menurut ukuran dunia / jasmani, seperti kaya, sukses, sehat dan sebagainya. Mengapa? Karena kalau demikian bagaimana bisa dikatakan ‘Berbahagialah / diberkatilah orang yang dianiaya / dicela / difitnah’ seperti dalam Mat 5:10-12?
Mat 5:10-12 - “(10) Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (12) Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’”.
(3) Kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ di sini menunjuk pada kebahagiaan / keadaan diberkati dalam pandangan Tuhan.
Jadi, dalam pandangan Tuhan orang-orang seperti dalam Mat 5:3-12 dan orang-orang yang mengerti firman seperti para murid Yesus, adalah orang-orang yang berbahagia / diberkati.
Bisa saja pandangan Tuhan ini bertentangan dengan pandangan manusia. Jadi, bisa saja kita miskin, gagal, menderita, dianiaya, lemah dsb, sehingga dalam pandangan manusia kita dikutuk / tidak diberkati, tetapi dalam pandangan Tuhan kita berbahagia / diberkati.
Sebaliknya bisa saja kita kaya, berkedudukan tinggi, sukses, dsb, sehingga dalam pandangan manusia kita diberkati, tetapi dalam pandangan Tuhan kita celaka / terkutuk.
Bdk. Luk 6:24-26 - “(24) Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. (25) Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
Kalau kita melihat cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), yang mana dari mereka yang berbahagia / diberkati menurut pandangan manusia? Pasti orang kayanya. Tetapi yang mana yang berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan? Jelas Lazarusnya!
Tetapi awas! Ini tidak berarti bahwa semua orang yang miskin, gagal, menderita pasti berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan! Adalah mungkin untuk menjadi miskin, gagal, menderita, dsb, dan sekaligus celaka / terkutuk dalam pandangan Tuhan. Contoh: orang yang miskin, menderita dsb, tetapi tetap tidak percaya / ikut Yesus.
Juga tidak berarti bahwa orang yang kaya, sukses, berkedudukan tinggi pasti celaka / terkutuk dalam pandangan Tuhan. Bisa saja seseorang kaya, sukses, berkedudukan tinggi, dan sekaligus berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan. Contoh: Abraham, Daud, dan sebagainya.
Renungkan: apakah saudara ingin menjadi orang yang berbahagia / diberkati dalam pandangan manusia atau dalam pandangan Tuhan?
b. Ayat ini menunjukkan bahwa pengertian tentang injil / Firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat berharga, sehingga orang yang mengertinya dianggap / disebut sebagai ‘diberkati’!
Matthew Henry: “The eyes of the meanest believer that knows experimentally the grace of Christ, are more blessed than those of the greatest scholars, the greatest masters in experimental philosophy, that are strangers to God; who, like the other gods they serve, have eyes, and see not.” [= Mata dari orang percaya yang paling hina yang mengenal dari pengalaman kasih karunia Kristus, adalah lebih diberkati dari pada mata dari sarjana-sarjana yang terbesar, master-master terbesar dalam pengalaman filsafat, yang adalah orang-orang asing bagi Allah; yang, seperti allah-allah / dewa-dewa yang mereka layani / sembah, ‘mempunyai mata tetapi tidak melihat’.].
Maz 115:4-8 - “(4) Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, (5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. (8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.”.
2. Matius 13: 17: “Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.’”.
Para murid Yesus bukan hanya lebih diberkati dari orang-orang reprobate yang dibutakan di atas (ay 10-15), tetapi bahkan lebih diberkati dibandingkan dengan orang-orang kudus Perjanjian Lama.
William Hendriksen: “Not that the disciples are by nature any better than the others. Whatever they have they owe to sovereign grace.” [= Bukan bahwa murid-murid secara alamiah lebih baik dari pada orang-orang lain. Apapun yang mereka punyai mereka berhutang kepada kasih karunia yang berdaulat.].
Matthew Henry: “The Old-Testament saints, who had some glimpses, some glimmerings of gospel light, coveted earnestly further discoveries. They had the types, shadows, and prophecies, of those things but longed to see the Substance, ... They desired to see the great Salvation, the Consolation of Israel, but did not see it, because the fulness of time was not yet come. Note, First, Those who know something of Christ, cannot but covet to know more. Secondly, The discoveries of divine grace are made, even to prophets and righteous men, but according to the dispensation they are under. Though they were the favourites of heaven, with whom God’s secret was, yet they have not seen the things which they desired to see, because God had determined not to bring them to light yet; and his favours shall not anticipate his counsels.” [= Orang-orang kudus Perjanjian Lama, yang mendapatkan sedikit penglihatan-penglihatan sekilas, sedikit cahaya redup dari terang injil, sangat menginginkan penemuan-penemuan lebih jauh. Mereka mempunyai type-type, bayangan-bayangan, dan nubuat-nubuat, dari hal-hal itu tetapi rindu untuk melihat realitanya / hal yang sesungguhnya, ... Mereka ingin melihat Keselamatan yang besar, Penghiburan Israel, tetapi tidak melihatnya, karena waktunya belum genap. Perhatikan, Pertama, Mereka yang tahu / kenal sesuatu tentang / dari Kristus, tidak bisa tidak pasti ingin tahu lebih banyak. Kedua, Penemuan-penemuan dari kasih karunia ilahi dibuat, bahkan bagi nabi-nabi dan orang-orang benar, tetapi sesuai dengan jaman di bawah mana mereka berada. Sekalipun mereka adalah orang-orang favorit dari surga, dengan siapa rahasia Allah ada, tetapi mereka tidak melihat hal-hal yang ingin mereka lihat, karena Allah telah menentukan untuk tidak membawa mereka kepada terang; dan kesenanganNya tidak akan mengantisipasi rencanaNya.].
Tentang orang-orang kudus Perjanjian Lama yang hanya mendapat secercah terang, bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
a. Mat 11:11 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”.
(1) Ay 11a: Yohanes Pembaptis lebih besar dari semua orang yang dilahirkan perempuan (maksudnya nabi-nabi Perjanjian Lama yang lain). Mengapa Yohanes Pembaptis lebih besar? Karena nabi-nabi Perjanjian Lama hanya bisa bernubuat tentang Kristus, tahu type-type dan simbol-simbol tentang Kristus. Sedangkan Yohanes Pembaptis melihat Kristus sendiri dan ia bisa menunjuk kepada Kristus sebagai penggenapan nubuat mereka, penggenapan type-type dan simbol-simbol tentang Kristus dalam Perjanjian Lama.
Calvin: “he was more excellent than the Prophets in this respect, that he did not, like them, make known redemption at a distance and obscurely under shadows, but proclaimed that the time of redemption was now manifest and at hand.” [= ia lebih bagus dari pada nabi-nabi dalam hal ini, bahwa ia tidak seperti mereka, menyatakan penebusan dari jauh dan dengan kabur di bawah bayang-bayang, tetapi menyatakan bahwa saat penebusan sekarang dinyatakan dan sudah dekat.].
(2) Ay 11b: yang terkecil dalam kerajaan sorga lebih besar dari Yohanes Pembaptis.
Kerajaan Surga di sini tidak menunjuk pada kemuliaan di surga nanti, tetapi menunjuk pada gereja! Jadi, orang Kristen yang paling kecilpun lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Mengapa demikian? Karena sekalipun Yohanes Pembaptis bisa melihat Kristus (dan karena itu ia lebih besar dari nabi-nabi Perjanjian Lama yang lain), tetapi ia tidak mengalami Kristus yang tersalib, bangkit, naik ke surga dsb. Ia memang menubuatkan tentang salib (bdk. Yoh 1:29) tetapi ia tidak melihat penggenapan nubuatnya sendiri. Sedangkan orang Kristen yang paling kecilpun sudah mengetahui (‘mengalami dan melihat’) bahwa Yesus sudah mati untuk dosanya dan sudah bangkit dan sudah naik ke surga. Dalam hal ini kita lebih besar dari Yohanes Pembaptis.
William Hendriksen: “The one least in the kingdom was greater than John in the sense that he was more highly privileged,” [= Orang yang terkecil dalam kerajaan lebih besar dari pada Yohanes dalam arti bahwa ia mempunyai hak-hak yang lebih tinggi,].
Calvin: “the meaning is more clearly brought out, that all the ministers of the Gospel are included. Many of them undoubtedly have received a small portion of faith, and are therefore greatly inferior to John; but this does not prevent their preaching from being superior to his, because it holds out Christ as having rendered complete and eternal satisfaction by his one sacrifice, as the conqueror of death and the Lord of life, and because it withdraws the vail, and elevates believers to the heavenly sanctuary.” [= artinya dinyatakan secara lebih jelas, bahwa semua pelayan-pelayan dari Injil termasuk. Banyak dari mereka tak diragukan telah menerima suatu bagian kecil dari iman, dan karena itu sangat lebih rendah dari Yohanes; tetapi ini tidak menghalangi pemberitaan mereka lebih tinggi dari pemberitaan Yohanes, karena itu menawarkan Kristus sebagai telah memberikan / menyediakan pemuasan lengkap dan kekal oleh satu korbannya, sebagai pemenang dari maut dan Tuhan dari kehidupan, dan karena itu menyingkirkan tabir, dan mengangkat orang-orang percaya pada ruang maha suci surgawi.].
Adam Clarke: “1st. That the kingdom of heaven here does not mean the state of future glory. ... Secondly. That it is not in holiness or devotedness to God that the least in this kingdom is greater than John; but Thirdly. That it is merely in the difference of the ministry. The prophets pointed out a Christ that was coming; John showed that that Christ was then among them; and the preachers of the Gospel prove that this Christ has suffered, and entered into his glory, and that repentance and remission of sins are proclaimed through his blood.” [= Pertama. Bahwa kerajaan surga di sini tidak berarti keadaan dari kemuliaan yang akan datang. ... Kedua. Bahwa bukanlah dalam kekudusan dan pembaktian kepada Allah dimana yang terkecil dalam kerajaan ini lebih besar dari pada Yohanes; tetapi Ketiga. Bahwa itu semata-mata perbedaan pelayanan. Nabi-nabi memperhatikan seorang Kristus yang akan datang / sedang mendatang; Yohanes menunjukkan bahwa Kristus itu ada pada saat itu di antara mereka; dan pengkhotbah-pengkhotbah dari Injil membuktikan bahwa Kristus ini telah menderita, dan masuk ke dalam kemuliaanNya, dan bahwa pertobatan dan pengampunan dosa-dosa diberitakan melalui darahNya.].
b. 1Pet 1:10-12 - “(10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diperuntukkan bagimu. (11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. (12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.”.
(1) Keselamatan yang dibicarakan ini sangat berharga. Untuk menunjukkan hal itu, Petrus berkata bahwa keselamatan itu:
(a) Diselidiki / diteliti oleh para nabi (ay 10,11a).
(b) Ingin diketahui oleh para malaikat (ay 12b).
Para nabi menyelidiki, dan malaikat ingin mengetahui tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus bagi kita.
(2) Para nabi dalam Perjanjian Lama menulis Kitab Suci, tetapi mereka tidak mengerti sepenuhnya apa yang mereka tulis dan mereka lalu menyelidiki / meneliti untuk mencari tahu (ay 10-11a).
(a) Ini menunjukkan bahwa mereka menulis bukan dari diri mereka sendiri tetapi dari Tuhan! Jadi bagian ini menunjukkan adanya pewahyuan dan pengilhaman dalam penulisan Kitab Suci!
(b) Bahwa mereka menuliskan Firman Tuhan tetapi mereka sendiri tidak mengertinya, juga menunjukkan bahwa tulisan itu tujuannya bukan hanya untuk mereka sendiri tetapi untuk kita (ay 12). Calvin menggambarkan bahwa nabi-nabi itu menyiapkan meja dengan makanannya, tetapi kitalah yang makan.
Penerapan: dalam pelayanan sering kita hanya mendapat sedikit, atau tidak mendapat apa-apa, dan bahkan bisa saja harus rugi / berkorban, tetapi ini harus tetap mau kita lakukan demi orang lain. Dan kita harus tetap melakukannya dengan semangat dan sungguh-sungguh. Bandingkan dengan nabi-nabi itu yang juga melakukan dengan sungguh-sungguh, bukan dengan asal-asalan padahal mereka tidak mendapat apa-apa!
Misalnya: dalam mengajar sekolah minggu, mengurus Komisi Pemuda, atau dalam soal membeli gedung gereja (kalau saudara sudah tua, saudara mungkin tak dapat apa-apa dari gedung itu).
Penekanan dari text ini: nabi-nabi Perjanjian Lama menulis tetapi mereka tidak mengertinya, dan bahkan malaikat-malaikat (dalam Perjanjian Lama) tidak mengertinya. Tetapi kita, orang-orang percaya dalam Perjanjian Baru, mengertinya. Dalam arti ini yang terkecil di antara kita lebih besar dari nabi-nabi Perjanjian Lama maupun dari Yohanes Pembaptis.
c. Ibr 11:13,39-40 - “(13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. ... (39) Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. (40) Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.”.
Adam Clarke (tentang Ibr 11:13): “‘Strangers and pilgrims.’ Strangers, ξένοι (XENOI), persons who are out of their own country, who are in a foreign land: pilgrims, παρεπίδημοί (parepidemoi), sojourners only for a time; not intending to take up their abode in that place, nor to get naturalized in that country. How many use these expressions, professing to be strangers and pilgrims here below, and yet the whole of their conduct, spirit, and attachments, show that they are perfectly at home!” [= ‘Orang asing dan pendatang’. Orang-orang asing, (XENOI), orang-orang yang berada di luar negara mereka sendiri, yang berada di suatu negara asing: pendatang-pendatang (PAREPIDEMOI), orang-orang yang tinggal hanya untuk sementara waktu; tidak bermaksud untuk memindahkan tempat tinggal / rumah mereka di tempat itu, ataupun untuk menjadi warga negara dari negara itu. Betapa banyak orang yang menggunakan istilah-istilah / ungkapan-ungkapan ini, mengakui sebagai orang-orang asing dan pendatang-pendatang di sini di bawah, tetapi seluruh tingkah laku, roh / kecondongan dan kecintaan mereka, menunjukkan bahwa mereka ada di rumah secara sempurna!].
Catatan: di sini saya agak menyimpang dengan membahas hal ini, karena kata-kata Adam Clarke ini sangat bagus.
Banyak orang menggunakan istilah-istilah itu tetapi punya banyak rumah mewah seperti istana, banyak mobil mewah, dan hal-hal duniawi lain, seakan-akan mereka mau menetap di dunia ini selama-lamanya!
Adam Clarke (tentang Ibr 11:13): “That is, Abraham, Sarah, Isaac, and Jacob, continued to believe, to the end of their lives, that God would fulfil this promise; but they neither saw the numerous seed, nor did they get the promised rest in Canaan.” [= Artinya, Abraham, Sara, Ishak dan Yakub, terus percaya, sampai akhir hidup mereka, bahwa Allah akan menggenapi janji ini; tetapi mereka tidak melihat keturunan yang banyak, juga mereka tidak mendapatkan istirahat yang dijanjikan di Kanaan.].
Adam Clarke (tentang Ibr 11:39): “They all heard of the promises made to Abraham of a heavenly rest, and of the promise of the Messiah, for this was a constant tradition; but they died without having seen this Anointed of the Lord. Christ was not in any of their times manifested in the flesh; and of him who was the expectation of all nations, they heard only by the hearing of the ear. This must be the promise, without receiving of which the apostle says they died.” [= Mereka semua mendengar tentang janji-janji yang dibuat kepada Abraham tentang suatu istirahat surgawi, dan tentang janji tentang Mesias, karena ini merupakan suatu tradisi yang tetap; tetapi mereka mati tanpa melihat Orang yang diurapi dari Tuhan. Kristus tidak dinyatakan dalam daging dalam waktu mereka yang manapun; dan tentang Dia yang merupakan pengharapan dari semua bangsa-bangsa, mereka hanya mendengar oleh pendengaran dari telinga. Ini pasti merupakan janji, tentang mana sang rasul mengatakan mereka mati tanpa memperolehnya.].
Catatan: saya tidak setuju dengan Adam Clarke yang membedakan tafsiran tentang Ibr 11:13 (tentang keturunan yang banyak dan tentang Kanaan) dan Ibr 11:39 (tentang kedatangan Kristus). Saya lebih setuju dengan Calvin yang menyamakan kedua hal itu.
Calvin (tentang Ibr 11:13): “I give this explanation, ‘Though God gave to the fathers only a taste of that grace which is largely poured on us, though he showed to them at a distance only an obscure representation of Christ, who is now set forth to us clearly before our eyes, yet they were satisfied and never fell away from their faith: how much greater reason then have we at this day to persevere? If we grow faint, we are doubly inexcusable’.” [= Saya memberi penjelasan ini, ‘Sekalipun Allah memberi kepada bapa-bapa hanya suatu cicipan dari kasih karunia itu yang dicurahkan dalam jumlah yang banyak kepada kita, sekalipun Ia menunjukkan kepada mereka dari jauh hanya suatu simbol yang kabur dari Kristus, yang sekarang dinyatakan kepada kita dengan jelas di hadapan mata kita, tetapi mereka puas dan tidak pernah murtad dari iman mereka: maka betapa lebih besar alasan yang kita punyai pada saat ini untuk bertekun? Jika kita menjadi lemah, kita tak bisa dimaafkan secara ganda.’.].
Calvin (tentang Ibr 11:39): “By the words, that they received not the promise, is to be understood its ultimate fulfillment, which took place in Christ, on which subject something has been said already.” [= Dengan kata-kata bahwa mereka tidak menerima janji itu, harus dimengerti penggenapan terakhir, yang terjadi di dalam Kristus, tentang pokok mana sesuatu telah dikatakan.].
Calvin (tentang Ibr 11:39): “I know that Chrysostom and others have given a different explanation, but the context clearly shows, that what is intended here is the difference in the grace which God bestowed on the faithful under the Law, and that which he bestows on us now. For since a more abundant grace is poured on us, it would be very strange that we should have less faith in us.” [= Saya tahu bahwa Chrysostom dan orang-orang lain telah memberikan suatu penjelasan yang berbeda, tetapi kontextnya jelas menunjukkan bahwa apa yang dimaksudkan di sini adalah perbedaan dalam kasih karunia yang Allah berikan kepada orang-orang percaya / setia di bawah hukum Taurat, dan yang Ia berikan kepada kita sekarang. Karena suatu kasih karunia yang lebih berlimpah-limpah dicurahkan kepada kita, akan merupakan hal yang sangat aneh bahwa kita mempunyai iman yang lebih kecil di dalam diri kita.].
Jadi, Calvin memberikan penerapan, yang memang logis. Karena kita menerima lebih banyak dari nabi-nabi Perjanjian Lama, maka kita seharusnya lebih beriman dari pada mereka.
III) Perumpamaan tentang seorang penabur.
1) Benih harus ditaburkan.
Arti dari ‘benih’ yang ditaburkan, diberikan oleh Yesus, yaitu ‘firman’ / ‘firman Allah’.
Matius 13: 19: “Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.”.
Mark 4:14 - “Penabur itu menaburkan firman.”.
Luk 8:11 - “Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.”.
Arti yang sudah diberikan oleh Yesus ini tidak boleh diganti, misalnya dengan diartikan sebagai ‘perbuatan baik’, atau ‘persembahan’ dan sebagainya!
Jadi jangan mencampur-adukkan perumpamaan tentang seorang penabur ini dengan ayat-ayat ini:
2Kor 9:6 - “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”.
Gal 6:8 - “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”.
Kedua ayat ini memang juga membicarakan penaburan, tetapi keduanya tidak ada hubungannya dengan perumpamaan tentang seorang penabur yang sedang kita bahas ini.
Juga jangan mengganti ‘firman’ dengan filsafat, dongeng, lelucon, dan sebagainya. seperti Ravi Zacharias, yang hanya banyak mendongeng ataupun mengajar filsafat!
Wikipedia: “‘Philosophy’ (from Greek: φιλοσοφία, philosophia, ‘love of wisdom’” [= ‘Filsafat’ (dari bahasa Yunani: φιλοσοφία, PHILOSOPHIA, ‘cinta pada hikmat’] - https://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy
Sebetulnya apa sebabnya banyak pengkhotbah, apalagi yang sudah ngetop, mengajarkan filsafat? Menurut saya, mereka malu dengan Injil / firman yang sederhana, yang tidak bisa menunjukkan kepandaian mereka. Dengan mengajarkan filsafat, mereka kelihatan pandai. Mungkin mereka kelihatan pandai di hadapan manusia, tetapi mereka menjadi bodoh di hadapan Allah!
1Kor 1:18-25 - “(18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (19) Karena ada tertulis: ‘Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.’ (20) Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. (25) Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.”.
Yang lebih buruk lagi adalah memberitakan fitnah! Dr. Gene Kim. Baptist Independent Fundamental.
Lenski: “The parable deals only with the preaching and the teaching of the true Word; we must not introduce perversions of the Word.” [= Perumpamaan itu hanya berurusan dengan pemberitaan dan pengajaran dari Firman yang sejati / benar; kita tidak boleh memperkenalkan / memasukkan penyimpangan dari Firman.].
The Biblical Illustrator: “Seed springs not out of the ground naturally; it must first be sown.” [= Benih tidak tumbuh dari tanah secara alamiah; itu pertama-tama harus ditaburkan.].
Karena itu, tidak ada kemungkinan orang bisa memikirkan sendiri, dan lalu percaya kepada Yesus. Injil / Firman Tuhan harus diberitakan lebih dulu kepadanya, tanpa mana ia tidak mungkin bisa percaya.
Bdk. Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.
Pulpit Commentary: “The Lord sowed all the field over; his followers must do the same. They must not choose one part which seems likely to be fruitful and neglect another which seems unpromising; they must try to reach all who are within the sphere of their influence.” [= Tuhan menaburi seluruh ladang; pengikut-pengikutNya harus melakukan hal yang sama. Mereka tidak boleh memilih satu bagian yang kelihatan memungkinkan berbuah dan mengabaikan bagian lain yang kelihatannya tidak menjanjikan; mereka harus mencoba untuk menjangkau semua orang yang ada dalam ruang lingkup dari pengaruh mereka.].
2) Empat golongan tanah.
a) Tanah tepi jalan (ay 4,19).
Ay 4,19: “(4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. ... (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.”.
Matthew Henry: “They had pathways through their corn-fields (ch. 12:1), and the seed that fell on them never entered, and so the birds picked it up.” [= Mereka mempunyai jalan-jalan kecil melalui ladang jagung / gandum mereka (psl 12:1), dan benih yang jatuh di sana tidak pernah masuk ke dalam, sehingga burung-burung mengambilnya.].
Matthew Henry: “Observe First, What kind of hearers are compared to the highway ground; such as hear the word and understand it not; and it is their own fault that they do not. They take no heed to it, take no hold of it; they do not come with any design to get good, as the highway was never intended to be sown. They come before God as his people come, and sit before his (him?) as his people sit; but it is merely for fashion-sake, to see and be seen; they mind not what is said, it comes in at one ear and goes out at the other, and makes no impression.” [= Perhatikan pertama-tama, Jenis pendengar apa yang dibandingkan dengan tanah pinggir jalan; orang-orang yang mendengar firman dan tidak mengertinya; dan merupakan kesalahan mereka sendiri bahwa mereka tidak mengertinya. Mereka tidak memperhatikannya, tidak menahannya; mereka tidak datang dengan rancangan untuk mendapatkan apa yang baik, seperti tanah pinggir jalan tidak pernah dimaksudkan untuk ditaburi. Mereka datang kepada Allah seperti umatNya datang, dan duduk di hadapanNya seperti umatNya duduk; tetapi itu hanya semata-mata untuk pertunjukan, untuk melihat dan dilihat; mereka tidak peduli apa yang dikatakan, itu masuk ke satu telinga dan keluar dari telinga yang lain, dan tidak membuat kesan / efek.].
Pulpit Commentary: “The wayside. Some hear, but do not heed; they do not send their thoughts forth to meet the Word. It falls upon their ears; it does not excite their attention; it does not reach their hearts. And that for two reasons. (1) Their heart is hard, like the path through the cornfields. The path, trodden by many feet, was hard and dry; the seed could only lie on the surface; it could not sink into the earth. Such is the soil offered by many hearers to the holy Word of God. ... (2) The fowls came and devoured it. The Word was not received into the heart; the wicked one cometh and taketh it immediately away.” [= Tepi jalan. Sebagian mendengar, tetapi tidak memperhatikan / mempedulikan; mereka tidak memberikan pikiran-pikiran mereka untuk menemui Firman. Firman itu jatuh di telinga mereka; itu tidak membangkitkan perhatian; itu tidak mencapai hati mereka. Dan itu karena dua alasan. (1) Hati mereka keras, seperti jalan melalui ladang jagung / gandum. Jalan itu, diinjak-injak oleh banyak kaki, adalah keras dan kering; benih itu hanya bisa terletak di permukaan; benih itu tidak bisa masuk ke dalam tanah. Demikianlah tanah yang ditawarkan oleh banyak pendengar dari Firman yang kudus dari Allah. ... (2) Burung-burung datang dan memakannya. Firman tidak diterima ke dalam hati; si jahat datang dan segera mengambilnya.].
C. H. Spurgeon: “If truth does not enter the heart, evil influences soon remove it.” [= Jika kebenaran tidak memasuki hati, pengaruh-pengaruh jahat segera menyingkirkannya.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 162 (AGES).
Ini pasti hanya berlaku kalau yang ditaburkan memang betul-betul adalah injil / Firman Tuhan. Kalau yang ditaburkan adalah ajaran sesat, fitnahan, dsb, Iblis tidak akan mengambilnya, tetapi justru akan ‘memberi pupuk’, supaya bertumbuh dengan cepat! Itu sebabnya ajaran sesat jauh lebih mudah untuk bertumbuh / berkembang.
Calvin: “Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse.” [= Kecenderungan manusia dengan sukarela begitu condong pada kepalsuan sehingga ia dengan lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7.
Karena itu, kalau kita mau pergi ke gereja, kita harus betul-betul menyiapkan diri kita, bukan hanya persis pada hari minggunya saja, tetapi bahkan dari hari sabtunya!
Pkh 4:17 - “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.”.
Catatan: dalam Kitab Suci bahasa Inggris ayat ini ada dalam 5:1.
KJV: ‘Keep thy foot when thou goest to the house of God, and be more ready to hear, than to give the sacrifice of fools: for they consider not that they do evil.’ [= Jagalah kakimu pada waktu engkau pergi ke rumah Allah, dan lebih siaplah untuk mendengar, dari pada memberikan korban dari orang-orang tolol: karena mereka tidak mempertimbangkan bahwa mereka melakukan kejahatan].
Barnes’ Notes (tentang Pkh 4:17): “‘Keep thy foot.’ i.e., Give thy mind to what thou art going to do.” [= ‘Jagalah kakimu’, artinya, Berikan pikiranmu pada apa yang akan engkau lakukan.].
Barnes’ Notes (tentang Pkh 4:17): “‘Be more ready to hear.’ Perhaps in the sense that, ‘to draw near for the purpose of hearing (and obeying) is better than etc.’” [= ‘Lebih siaplah untuk mendengar’. Mungkin dalam arti bahwa ‘mendekat untuk tujuan mendengar (dan mentaati) adalah lebih baik dari pada dst.’.].
Matthew Henry (tentang Pkh 4:17): “Bodily exercise, if that be all, is a jest; none but fools will think thus to please him who is a Spirit and requires the heart, and they will see their folly when they find what a great deal of pains they have taken to no purpose for want of sincerity. They are fools, for they consider not that they do evil; they think they are doing God and themselves good service when really they are putting a great affront upon God and a great cheat upon their own souls by their hypocritical devotions. Men may be doing evil even when they profess to be doing good,” [= Pelaksanaan (ibadah) secara badani, jika itu adalah semua / seluruhnya, adalah suatu olok-olok; tak seorangpun kecuali orang-orang tolol akan berpikir seperti itu untuk menyenangkan Dia yang adalah Roh dan menghendaki hati, dan mereka akan melihat ketololan mereka pada waktu mereka mendapati betapa banyak usaha yang telah mereka lakukan tidak berguna karena tidak adanya ketulusan. Mereka adalah orang-orang tolol, karena mereka tidak mempertimbangkan bahwa mereka melakukan kejahatan; mereka mengira mereka sedang melakukan pelayanan yang baik bagi Allah dan diri mereka sendiri pada waktu sebetulnya mereka sedang memberikan penghinaan yang besar kepada Allah dan tipuan yang besar kepada jiwa-jiwa mereka sendiri oleh pembaktian munafik mereka. Manusia bisa melakukan kejahatan bahkan pada waktu mereka mengaku melakukan kebaikan,].
Bdk. Yoh 4:24 - “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
Matthew Henry: “It is God’s grace indeed that gives the understanding, but it is our duty to give our minds to understand.” [= Memang adalah kasih karunia Allah yang memberi pengertian, tetapi merupakan kewajiban kita untuk memberikan pikiran kita untuk mengerti.].
Matthew Henry: “Note, The devil is a sworn enemy to our profiting by the word of God; and none do more befriend his design than heedless hearers, who are thinking of something else, when they should be thinking of the things that belong to their peace.” [= Perhatikan, Setan adalah seorang musuh bebuyutan terhadap manfaat yang kita dapatkan oleh firman Allah; dan tidak seorangpun yang melakukan tindakan yang lebih bersahabat dengan rancangannya dari pada pendengar-pendengar yang tidak memperhatikan, yang sedang memikirkan tentang sesuatu yang lain, pada waktu mereka seharusnya memikirkan hal-hal yang merupakan bagian dari damai mereka.].
Adam Clarke: “‘The wicked one.’ Ho poneeros, from ponos, labour, toil, he who distresses and torments the soul. Mark, Mark 4:15, calls him ho Satanas, the adversary or opposer, because he resists men in all their purposes of amendment, and, to the utmost of his power opposes, in order to frustrate, the influences of divine grace upon the heart. In the parallel place in Luke, Luke 8:12, he is called ho diabolos, the Devil, from diaballein to shoot, or dart through. In allusion to this meaning of the name, Paul, Eph 6:16, speaks of the fiery DARTS of the wicked one. It is worthy of remark, that the three evangelists should use each a different appellative of this mortal enemy of mankind; probably to show that the Devil, with all his powers and properties, opposes everything that tends to the salvation of the soul.” [= ‘Si jahat’. HO PONEROS, dari PONOS, jerih payah, kerja keras, ia yang mengganggu / menyebabkan penderitaan dan menyiksa jiwa. Markus, Mark 4:15, menyebutnya HO SATANAS, sang musuh atau penentang, karena ia menahan manusia dalam semua tujuan-tujuan mereka ke arah perbaikan, dan menentang sampai pada kekuatan maximalnya, untuk menggagalkan pengaruh-pengaruh dari kasih karunia Ilahi pada hati. Dalam tempat paralelnya dalam Lukas, Luk 8:12, ia disebut HO DIABOLOS, Setan, dari DIABALLEIN, memanah, atau memanah tembus. Dalam memberi referensi secara tidak langsung terhadap sebutan ini, Paulus, Ef 6:16, berbicara tentang panah api dari si jahat. Patut diperhatikan bahwa ketiga penginjil masing-masing menggunakan suatu sebutan yang berbeda tentang musuh bebuyutan / terus-menerus dari umat manusia; mungkin untuk menunjukkan bahwa Setan, dengan semua kekuatannya dan semua yang dimilikinya, menentang segala sesuatu yang condong pada keselamatan dari jiwa.].
Catatan: setahu saya DIABOLOS itu artinya pemfitnah / penuduh palsu, dan itu arti yang diberikan oleh A. T. Robertson.
Matius 13:19 - “Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.”.
KJV: “the wicked one” [= si jahat].
RSV/NIV/NASB: “the evil one” [= si jahat].
Mark 4:15 - “Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “Satan” [= Iblis].
Luk 8:12 - “Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “the devil” [= setan].
Catatan: saya biasanya menterjemahkan ‘Satan’ sebagai ‘Iblis’, dan ‘devil’ sebagai ‘setan’.
William Barclay (tentang Mat 13:1-9,18-23): “There are the hearers with shut minds. There are people into whose minds the word has no more chance of gaining entry than the seed has of settling into the ground that has been beaten hard by many feet. There are many things which can shut people’s minds. Prejudice can make them blind to everything they do not wish to see. The unteachable spirit can erect a barrier which cannot easily be broken down. The unteachable spirit can result from one of two things. It can be the result of pride which does not know that it needs to know; and it can be the result of the fear of new truth and the refusal to adventure on the ways of thought. Sometimes an immoral character and a particular way of life can shut the mind. There may be truth which condemns the things that an individual loves and which accuses the things that he or she does; and many refuse to listen to or to recognize the truth which condemns them, for there are none so blind as those who deliberately will not see.” [= Ada pendengar-pendengar dengan pikiran yang tertutup. Ada orang-orang ke dalam pikiran siapa firman sama tidak punya kesempatan untuk masuk dari pada benih mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah yang telah dikeraskan oleh banyak kaki. Ada banyak hal yang bisa menutup pikiran orang-orang. Prasangka bisa membuat mereka buta pada segala sesuatu yang tidak ingin mereka lihat. Roh yang tidak dapat diajar ini bisa mendirikan suatu tembok pemisah yang tidak bisa dihancurkan dengan mudah. Roh yang tidak dapat diajar bisa merupakan hasil / akibat dari dua hal. Itu bisa merupakan hasil / akibat dari kesombongan yang tidak tahu bahwa ia perlu tahu; dan itu bisa merupakan hasil / akibat dari rasa takut terhadap kebenaran yang baru dan penolakan pada petualangan pada / tentang cara-cara pemikiran. Kadang-kadang karakter yang tidak bermoral dan suatu jalan / cara kehidupan khusus / tertentu bisa menutup pikiran. Bisa ada kebenaran yang mengecam hal-hal yang seseorang cintai dan yang menuduh hal-hal yang ia lakukan; dan banyak orang menolak untuk mendengar atau mengenali kebenaran yang mengecam mereka, karena tidak ada seorangpun yang begitu buta seperti mereka yang dengan sengaja tidak mau melihat.] - hal 59-60.
Ini persis merupakan apa yang dilakukan oleh para pembela Ravi Zacharias!
Lenski: “Through his ears the Word was sown into this person’s heart. It does not stay there. Moved by his inordinate wickedness and opposition to God, the devil snatches away from the man whatever has been sown. We need not regard the birds as devils (plural), they represent Satan in his different methods of snatching the Word away from a heart. At one time he tells a man that the Word which disturbs the conscience is mere exaggeration and only unbalances the mind; again, that it is uncertain, that there is no solid fact in it, that no up-to-date man believes it; then, that the preachers themselves do not believe it, that they preach it only to make an easy living and are really hypocrites as their own actions show. Endless are these birds through which Satan operates.” [= Melalui telinganya firman ditaburkan ke dalam hati orang ini. Itu tidak tinggal di sana. Digerakkan oleh kejahatannya yang berlebih-lebihan dan perlawanan terhadap Allah, setan mengambil dari manusia apapun yang telah ditaburkan. Kita tidak perlu menganggap burung-burung sebagai setan-setan (jamak), mereka mewakili Iblis dalam metode-metodenya yang berbeda-beda untuk mengambil firman dari suatu hati. Pada satu saat ia memberitahu seseorang bahwa firman yang mengganggu hati nurani hanyalah semata-mata sesuatu yang dilebih-lebihkan dan hanya membuat ketidak-seimbangan pikiran; selanjutnya, bahwa itu tidak pasti, bahwa di sana tidak ada fakta yang kuat di dalamnya, bahwa tak ada orang yang ‘up to date’ / modern yang mempercayainya; lalu, bahwa pengkhotbah-pengkhotbah itu sendiri tidak mempercayainya, bahwa mereka mengkhotbahkannya hanya untuk membuat suatu cara yang mudah untuk mendapatkan uang dan adalah sungguh-sungguh orang-orang munafik seperti yang ditunjukkan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri. Burung-burung melalui mana Iblis bekerja tak ada akhirnya / habisnya.] - Libronix.
Sebagai penutup saya ulang sebagian kata Matthew Henry yang sudah saya berikan di atas.
Matthew Henry: “The devil is a sworn enemy to our profiting by the word of God; and none do more befriend his design than heedless hearers,” [= Setan adalah seorang musuh bebuyutan terhadap manfaat yang kita dapatkan oleh firman Allah; dan tidak seorangpun yang melakukan tindakan yang lebih bersahabat dengan rancangannya dari pada pendengar-pendengar yang tidak memperhatikan,].
Karena itu jangan heran kalau saya anggap bahwa gereja adalah tempat yang paling banyak setannya. Makin bagus ajaran suatu gereja, makin banyak setan ada di sana, untuk membuat orang-orang Kristen itu tidak mendengar firman!
b) Tanah berbatu-batu (ay 5-6,20-21).
Ay 5-6,20-21: “(5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
1. Apa yang dimaksudkan dengan ‘tanah yang berbatu-batu’.
Yang dimaksudkan dengan ‘tanah yang berbatu-batu’ itu bukanlah tanah yang banyak batu-batu kecil (kerikil) di dalamnya. Kalau yang seperti ini tanaman tetap bisa tumbuh dan berbuah.
The Biblical Illustrator: “This stony ground is the thin layer of earth upon a bed of rock.” [= Tanah berbatu ini adalah suatu lapisan tanah tipis pada suatu massa batu yang besar.].
2. Bagaimana benih bertumbuh jika benih itu jatuh di tanah seperti itu?
William Hendriksen: “It is typical of Palestine - now ‘Israel’ and its surroundings - that a considerable portion of its tillable soil is found on top of layers of rock. In such a situation the seeds, in the process of sprouting, have only one way to go, namely, up. So, instead of first becoming firmly rooted, the seeds described in this part of the parable ‘sprang up immediately.’” [= Itu merupakan karakteristik dari Palestina - sekarang ‘Israel’ dan sekitarnya - bahwa suatu bagian yang besar dari tanahnya yang bisa dijadikan pertanian didapati di atas dari lapisan-lapisan batu karang. Dalam keadaan seperti itu, benih, dalam proses untuk mulai bertumbuh, hanya mempunyai satu jalan untuk tumbuh, yaitu ke atas. Jadi, alih-alih dari pertama-tama menjadi berakar dengan teguh, benih yang digambarkan dalam bagian perumpamaan ini ‘segera tumbuh’.].
3. Ada 2 hal yang perlu disoroti tentang orang yang digambarkan sebagai tanah golongan II ini.
Matius 13: 20-21: “(20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
a. Kata-kata ‘segera menerimanya dengan gembira’ (ay 20).
Orang-orang ini mendengar firman / Injil, dan tanggapannya kelihatan bagus!
Tetapi kata-kata ‘segera’ dan ‘dengan gembira’ menunjukkan suatu penerimaan yang bersifat impulsif dan emosional!
William Hendriksen: “The reception which the seed received from such a thin layer of soil over a stratum of rock has already been noted (see on verses 5, 6). The tiny seed that never became firmly rooted sprang up quickly and then by the sun was scorched to death. So, says Jesus, it is also with the person here symbolized. Immediately, impulsively, gladly, he as it were jumps up to accept the message. He is thrilled and enthused, may even be sufficiently affected to shed a tear. Once the spell has subsided he seems to have forgotten all about it and returns to his former sinful life.” [= Penerimaan yang diterima benih itu dari lapisan tanah yang tipis di atas suatu lapisan batu karang telah diperhatikan (lihat pada ay 5,6). Benih yang kecil yang tidak pernah berakar dengan teguh bertumbuh dengan cepat dan lalu oleh matahari dibakar sampai mati. Demikian juga, kata Yesus, dengan orang yang disimbolkan di sini. Dengan segera, secara impulsif, dengan gembira, ia seakan-akan meloncat untuk menerima berita itu. Ia merasakan suatu perasaan senang yang mendadak dan sangat antusias, bahkan bisa dipengaruhi secara cukup untuk meneteskan air mata. Sekali pesona itu telah surut / berkurang ia kelihatannya telah melupakan semua tentangnya dan kembali pada kehidupan berdosanya yang sebelumnya.].
Ini menunjukkan bahaya dari emosi pada waktu mendengar firman Tuhan / Injil! Dan lucunya dalam banyak gereja Kharismatik chairman (WL) nya selalu berusaha membangkitkan emosi dalam sepanjang kebaktian!
Contoh orang-orang yang emosional.
(1) Luk 23:27-28 - “(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!”.
(a) Luk 23:27 menunjukkan bahwa tidak semua orang Yahudi saat itu membenci Kristus. Ada orang-orang Yahudi yang ‘pro’ / ‘mengasihi’ Yesus, atau setidaknya merasa kasihan kepada Yesus, sehingga menangisi Dia.
(b) Dalam Luk 23:28, kata-kata ‘janganlah kamu menangisi Aku’ bukanlah suatu teguran seolah-olah hal itu adalah suatu dosa. Tujuan Yesus mengatakan ini adalah: mengalihkan perhatian mereka dari ‘penderitaan yang sedang Ia alami’ kepada ‘hukuman Allah yang akan menimpa orang-orang Yahudi itu’. Ini yang lebih perlu untuk ditangisi!
Tetapi kata-kata itu juga menunjukkan bahwa Ia tidak membutuhkan belas kasihan kita. Yang Ia inginkan bukanlah supaya kita menangisi Dia, tetapi supaya kita percaya kepadaNya!
Perasaan kasihan terhadap Yesus ini sangat membahayakan! Karena itu membuat kita seolah-olah pro Yesus, padahal kalau kita tidak percaya kepadaNya, kita sebetulnya tetap anti Yesus!!
Pulpit Commentary (tentang Mat 27): “He does not want our pity. This would be a wasted and mistaken sentiment.” [= Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan salah.] - hal 617-618.
David Gooding: “It was, it seems, a psychological reaction to the sight of ‘such a nice young man’ being so rudely taken out to such a hideously cruel death. It had nothing to do with moral conscience or repentance. In a month’s time they would have forgotten it. Christ wanted no such pity.” [= Kelihatannya itu adalah reaksi psikhologis terhadap pemandangan tentang ‘seorang muda yang baik’ yang dengan begitu kasar dibawa keluar kepada suatu kematian yang kejam dan mengerikan. Itu tidak berhubungan dengan hati nurani moral atau pertobatan. Dalam waktu satu bulan mereka akan melupakannya. Kristus tidak menginginkan belas kasihan seperti itu.] - hal 341.
Leon Morris (Tyndale): “Jesus greets them as ‘Daughters of Jerusalem,’ ... At this moment, as He goes out to execution, Jesus thinks not of Himself but of them. He wants their repentance, not their sympathy.” [= Yesus menyebut mereka sebagai ‘puteri-puteri Yerusalem’, ... Pada saat ini, pada saat Ia pergi keluar untuk dihukum mati, Yesus tidak berpikir tentang diriNya sendiri tetapi tentang mereka. Ia menginginkan pertobatan mereka, bukan simpati mereka.] - hal 325.
Norval Geldenhuys (NICNT): “It is not sympathy but sincere faith in Him and genuine repentance that Jesus expects from us.” [= Bukan simpati tetapi iman yang tulus / sungguh-sungguh kepadaNya dan pertobatan sejati yang Yesus harapkan dari kita.] - hal 605.
(2) Dalam suatu KKR seringkali ada banyak orang yang menangis.
Jangan senang kalau melihat hal seperti itu, karena ini tidak menjamin apa-apa, dan perlu dipertanyakan: apakah mereka menangis karena mereka memang bertobat dan lalu beriman kepada Kristus, atau hanya sekedar tergerak perasaan / emosinya, tetapi tidak bertobat / percaya dengan sungguh-sungguh?
C. H. Spurgeon: “‘I have seen something wonderful, this morning,’ said one who had listened to a faithful and earnest preacher, ‘I have seen a whole congregation in tears.’ ‘Alas!’ said the preacher, ‘there is something more wonderful still, for the most of them will go their way to forget that they ever shed a tear.’ Ah, my hearers, shall it be always so - always so? Then, O ye impenitent, there shall come to your eyes a tear which shall drip for ever, a scalding drop which no mercy shall ever wipe away; a thirst that shall never be abated; a worm that shall never die, and a fire that never shall be quenched. By the love you bear your souls, I pray you escape from the wrath to come!” [= ‘Aku telah melihat sesuatu yang luar biasa, pagi ini,’ kata seseorang yang telah mendengar pada seorang pengkhotbah yang setia dan sungguh-sungguh, ‘Aku telah melihat seluruh jemaat mencucurkan air mata’. ‘Aduh’ kata sang pengkhotbah, ‘ada sesuatu yang lebih luar biasa lagi, karena kebanyakan dari mereka akan pergi untuk melupakan bahwa mereka pernah mencucurkan air mata’. Oh, para pendengarku, akankah itu selalu demikian - selalu demikian? Maka, O kamu yang tidak bertobat, akan datang pada matamu air mata yang akan menetes selama-lamanya, suatu tetes yang panas yang tidak akan pernah dihapus oleh belas kasihan; suatu rasa haus yang tidak akan pernah diredakan / berkurang; ulat yang tidak akan pernah mati, dan api yang tidak akan pernah dipadamkan. Demi kasihmu kepada jiwamu, aku memohon supaya kamu meloloskan diri dari murka yang akan datang!] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 655.
C. H. Spurgeon: “May you accept him to-day as your deliverer, and so be saved; for if not, the most virtuous regrets concerning his death, however much they may indicate your enlightenment, will not manifest your true conversion.” [= Hendaklah kamu menerima Dia hari ini sebagai Pembebas / Penyelamatmu, dan dengan demikian diselamatkan; karena jika tidak, penyesalan / kesedihan yang paling baik mengenai kematianNya, betapapun banyaknya itu menunjukkan pencerahanmu, tidak menunjukkan pertobatanmu yang sejati.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 656-657.
b. Pengertian mereka kurang.
Tanah golongan I dikatakan ‘tidak mengerti’ (ay 19), dan tanah golongan IV dikatakan ‘mengerti’ (ay 23). Tentang tanah golongan II dan III tidak dikatakan apapun tentang ‘mengerti’ atau ‘tidak mengerti’! Jadi, kelihatannya mereka ada di antara kedua keadaan itu. Dengan kata lain, pengertian mereka kurang.
The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “No time for understanding: - ‘How is it, my dear,’ inquired a schoolmistress of a little girl, ‘that you do not understand this simple thing? ... I do not know, indeed,’ she answered, with a perplexed look; ‘but I sometimes think I have so many things to learn that I have not the time to understand.’ Alas! there may be much hearing, much reading, much attendance at public services, and very small result; and all because the Word was not the subject of thought, and was never embraced by the understanding. What is not understood is like meat undigested, more likely to be injurious than nourishing.” [= Tidak ada waktu untuk mengerti: - ‘Bagaimana bisa, sayangku’, tanya seorang guru perempuan dari seorang gadis kecil, ‘bahwa kamu tidak mengerti hal yang sederhana ini? ... Sebetulnya, aku tidak tahu’, ia menjawab, dengan suatu pandangan yang menunjukkan kebingungan; ‘tetapi aku kadang-kadang berpikir aku mempunyai begitu banyak hal-hal untuk dipelajari sehingga aku tidak mempunyai waktu untuk mengerti’. Aduh! di sana bisa ada banyak pendengaran, banyak pembacaan, banyak kehadiran di kebaktian-kebaktian umum, dan hasil yang sangat kecil; dan semua itu disebabkan firman itu bukanlah pokok pemikiran, dan tidak pernah diterima dengan / oleh pengertian. Apa yang tidak dimengerti adalah seperti daging yang tidak dicerna, lebih memungkinkan untuk membahayakan dari pada memberi makan / gizi.].
Kalau orang sungguh-sungguh mengerti, ia harus merenungkan firman itu, dan melaksanakannya / menanggapinya secara positif.
Maz 1:1-3 - “(1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (3) Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”.
Injil khususnya merupakan sesuatu yang bukan hanya perlu didengar / dimengerti, tetapi juga direnungkan, dan dipercaya.
William Barclay menggabungkan orang yang emosionil dan yang kurang pengertian. Dan kedua hal ini memang sangat berhubungan!
William Barclay: “Some people are at the mercy of every new craze. They take a thing up quickly and just as quickly drop it. They must always be in fashion. They begin some new hobby or begin to acquire some new accomplishment with enthusiasm, but the thing becomes difficult and they abandon it, or the enthusiasm wanes and they lay it aside. Some people’s lives are littered with things they began and never finished. It is possible to be like that with the word. When people hear it, they may be swept off their feet with an emotional reaction; but no one can live on an emotion. We all have minds, and it is a moral obligation to have an intelligent faith. Christianity has its demands, and these demands must be faced before it can be accepted. The Christian offer is not only a privilege, it is also a responsibility. A sudden enthusiasm can always so quickly become a dying fire.” [= Sebagian orang sepenuhnya ada dalam kekuasaan dari kegemaran akan setiap mode yang baru. Mereka mengambil sesuatu dengan cepat dan dengan sama cepatnya membuangnya. Mereka harus selalu modist. Mereka memulai suatu hobby yang baru atau mulai untuk mendapatkan beberapa pencapaian yang baru dengan bersemangat, tetapi hal-hal itu menjadi sukar dan mereka meninggalkannya, atau semangatnya berkurang dan mereka mengesampingkannya. Beberapa orang kehidupannya dikotori dengan hal-hal yang mereka mulai dan tidak pernah mereka selesaikan. Adalah mungkin untuk menjadi seperti itu dengan firman. Pada waktu orang-orang mendengarnya, mereka bisa sangat tertarik dengan suatu reaksi emosionil; tetapi tidak seorangpun bisa terus hidup dengan emosi. Kita semua mempunyai pikiran, dan merupakan tanggung jawab moral untuk mempunyai suatu iman yang cerdas. Kekristenan mempunyai tuntutan-tuntutannya, dan tuntutan-tuntutan ini harus dihadapi, sebelum itu bisa diterima. Tawaran Kristen bukan hanya suatu hak, tetapi juga merupakan tanggung jawab. Suatu keantusiasan yang mendadak bisa selalu dengan begitu cepat menjadi api yang padam.] - hal 60.
Bandingkan dengan:
Mat 16:24 - “Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”.
Kis 14:22 - “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”.
4. Matahari menggambarkan penganiayaan karena firman / Injil!
Ay 6,21: “(6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
The Bible Exposition Commentary: “In the parable, the sun represents persecution that comes because of the Word. Persecution helps believers grow. But the sunshine will kill a plant with no roots. This explains why some ‘believers’ do not last: Their faith was weak their understanding was meager, and their decision was not sincere. It is possible to ‘believe’ and yet not be saved (John 2:23-25). Unless there is fruit in the life, there is not saving faith in the heart.” [= Dalam perumpamaan ini, matahari menggambarkan penganiayaan yang datang karena Firman. Penganiayaan menolong orang-orang percaya untuk bertumbuh. Tetapi sinar matahari akan membunuh tanaman yang tidak mempunyai akar. Ini menjelaskan mengapa beberapa / sebagian ‘orang-orang percaya’ tidak bertahan: Iman mereka lemah dan pengertian mereka kurang, dan keputusan mereka tidak tulus. Adalah mungkin untuk ‘percaya’ tetapi tidak diselamatkan (Yoh 2:23-25). Kecuali di sana ada buah dalam kehidupan itu, di sana tidak ada iman yang menyelamatkan dalam hati.].
Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.
Lenski: “The remarkable feature of this figure is the fact that the shining sun is here used to represent tribulation and persecution. The seed that is sown in the good soil must have the sun in order to grow as it should. That is what makes it bear fruit. Just as little as grain grows without the sun, so little the Word thrives in us without our suffering ‘because of the Word.’ But where the soil is shallow, the ugly rock, the hidden hardness in the man’s heart are found, he ‘is caught.’” [= Segi yang luar biasa dari penggambaran ini adalah fakta bahwa matahari yang bersinar digunakan di sini untuk menggambarkan / mewakili kesengsaraan dan penganiayaan. Benih yang ditaburkan di tanah yang baik harus mempunyai matahari untuk bertumbuh sebagaimana seharusnya. Itu adalah apa yang membuatnya berbuah. Sama sedikitnya bulir gandum yang bertumbuh tanpa matahari, demikian sedikitnya Firman tumbuh dengan subur / maju dengan pesat dalam diri kita tanpa penderitaan kita ‘karena Firman itu’. Tetapi dimana tanahnya dangkal, batu karang yang jelek, kekerasan yang tersembunyi dalam hati manusia didapati, ia ‘tertangkap / terjerat’.].
Perhatikan dari kata-kata The Bible Exposition Commentary dan Lenski di atas, bahwa penderitaan / penganiayaan, yang bagi orang kristen yang sejati merupakan sesuatu yang menumbuhkan, bagi ‘orang kristen’ yang termasuk tanah yang berbatu-batu ini, merupakan sesuatu yang memurtadkan!
4. Iman sementara.
Ay 6,21: “(6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
Bdk. Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.”.
Calvin: “This class differs from the former; for temporary faith, being a sort of vegetation of the seed, promises at first some fruit; but their hearts are not so properly and thoroughly subdued, as to have the softness necessary for their continued nourishment. We see too many of this class in our own day, who eagerly embrace the Gospel, and shortly afterwards fall off; for they have not the lively affection that is necessary to give them firmness and perseverance.” [= Golongan ini berbeda dengan yang terdahulu; karena iman sementara, yang merupakan sejenis tumbuh-tumbuhan dari benih, mula-mula menjanjikan buah; tetapi hati mereka tidaklah dengan begitu tepat / benar dan sepenuhnya ditundukkan, sehingga mempunyai kelembutan yang diperlukan untuk pemberian makanan mereka selanjutnya. Kami melihat terlalu banyak dari golongan ini dalam jaman kami, yang dengan bersemangat memeluk / mempercayai Injil, dan segera sesudah itu jatuh / memburuk; karena mereka tidak mempunyai kasih yang hidup yang dibutuhkan untuk memberikan mereka keteguhan dan ketekunan.].
Calvin: “Let every one then examine himself thoroughly, that the alacrity which gives out a bright flame may not quickly go out, as the saying is, like a fire of tow; for if the word does not fully penetrate the whole heart, and strike its roots deep, faith will want the supply of moisture that is necessary for perseverance.” [= Karena itu hendaklah setiap orang memeriksa dirinya sendiri secara lengkap / teliti, sehingga kesungguhan yang memberikan suatu nyala yang terang tidak dengan cepat mati, seperti pepatah mengatakan, seperti api yang cepat menyala tetapi juga cepat mati; karena jika firman tidak menembus / merembes sepenuhnya seluruh hati, dan mempunyai akar yang dalam, iman akan kekurangan suplai dari kelembapan / cairan yang perlu untuk ketekunan.].
Lenski (tentang Mat 13:21): “But something is wrong from the start: this man ‘has no root in himself.’ ... He received the seed but had no root for the seed. The seed was not at fault, it was entirely the soil. Hence this man is πρόσκαιρος, ‘for a season,’ ‘transient.’ How transient is at once stated. ‘Tribulation,’ θλῖψις, when pressure is exerted upon us, and ‘persecution,’ when we are made to suffer on account of the Word, arise, and then the trouble begins for this man who is without good, healthy roots in the soil of his heart.” [= Tetapi ada sesuatu yang salah dari awal: orang ini ‘tidak mempunyai akar dalam dirinya sendiri’. ... Ia menerima benih tetapi tidak mempunyai akar untuk benih. Benihnya tidak salah, yang salah sepenuhnya adalah tanahnya. Jadi orang ini adalah πρόσκαιρος / PROSKAIROS, ‘untuk sementara’. Seberapa sementaranya segera dinyatakan. ‘Penindasan’, θλῖψις / THLIPSIS, pada waktu tekanan digunakan terhadap kita, dan ‘penganiayaan’ muncul, pada waktu kita dibuat menderita karena Firman, maka problem mulai bagi orang ini yang tanpa akar yang sehat dan baik dalam tanah dari hatinya.].
Adam Clarke: “‘Yet hath he not root in himself.’ His soul is not deeply convinced of its guilt and depravity; the fallow ground is not properly plowed up, nor the rock broken. When persecution, etc., ariseth, which he did not expect, he is soon stumbled - seeks some pretext to abandon both the doctrine and followers of Christ. Having not felt his own sore, and the plague of his heart, he has not properly discovered that this salvation is the only remedy for his soul: thus he has no motive in his heart strong enough to counteract the outward scandal of the cross; so he endureth only for the time in which there is no difficulty to encounter, no cross to bear.” [= ‘Tetapi ia tidak mempunyai akar dalam dirinya sendiri’. Jiwanya tidak yakin secara mendalam tentang kesalahan dan kebejatannya; tanah yang kosong itu tidak dibajak dengan benar, dan batunya tidak dihancurkan. Pada waktu penganiayaan, dsb., muncul, yang tidak ia harapkan, ia segera tersandung - mencari beberapa dalih untuk meninggalkan baik ajaran maupun pengikut-pengikut Kristus. Karena belum merasakan kesakitan / kesedihannya sendiri, dan penyakit dari hatinya, ia belum menemukan dengan benar / tepat bahwa keselamatan ini adalah satu-satunya obat bagi jiwanya; karena itu ia tidak mempunyai motivasi yang cukup kuat dalam hatinya untuk menetralkan skandal lahiriah dari salib; jadi ia bertahan hanya pada waktu dalam mana di sana tidak ada kesukaran untuk dialami / dihadapi, tak ada salib untuk dipikul.].
Tentu ‘tidak ia harapkan’ kalau itu tidak pernah diajarkan kepadanya, apalagi kalau yang diajarkan justru adalah kebalikannya!
Perhatikan, bahwa bahkan orang-orang seperti Lenski dan Adam Clarke, yang adalah orang Arminian haluan keras ini, tidak menganggap tanah berbatu ini sebagai orang kristen yang sejati yang lalu murtad, sebagaimana Steven Liauw menganggapnya!
Calvin: “By way of example, Christ says that such persons are made uneasy by the offense of the cross. And certainly, as the heat of the sun discovers the barrenness of the soil, so persecution and the cross lay open the vanity of those, who are slightly influenced by I know not what desire, but are not actually moved by earnest feelings of piety. Such persons, according to Matthew and Mark, are ‘temporary,’ not only because, having professed, for a time, that they are the disciples of Christ, they afterwards fall away through temptation, but because they imagine that they have true faith. According to Luke, Christ says that they ‘believe for a time;’ because that honor which they render to the Gospel resembles faith. At the same time we ought to learn, that they are not truly regenerated by the incorruptible seed, ‘which never fadeth,’ as Peter tells us, (1 Peter 1:4;) for he says that these words of Isaiah, ‘The word of God endureth for ever,’ (Isaiah 40:8; 1 Peter 1:25,) are fulfilled in the hearts of believers, in whom the truth of God, once fixed, never passes away, but retains its vigor to the end. Still, those persons who take delight in the word of God, and cherish some reverence for it, do in some manner ‘believe;’ for they are widely different from unbelievers, who give no credit to God when he speaks, or who reject his word. In a word, let us learn that none are partakers of true faith, except those who are sealed with the Spirit of adoption, and who sincerely call on God as their Father; and as that Spirit is never extinguished, so it is impossible that the faith, which he has once engraven on the hearts of the godly, shall pass away or be destroyed.” [= Sebagai contoh, Kristus mengatakan bahwa orang-orang seperti itu dibuat gelisah / tidak tenang oleh rasa sakit / ketidak senangan yang disebabkan oleh salib. Dan pasti, seperti panas dari matahari menyatakan ketandusan dari tanah, demikian juga penganiayaan dan salib membukakan / menyingkapkan kesia-siaan dari mereka, yang agak / sedikit dipengaruhi oleh keinginan, yang entah merupakan keinginan apa, tetapi tidak sungguh-sungguh digerakkan oleh perasaan yang sungguh-sungguh dari kesalehan. Orang-orang seperti itu, menurut Matius dan Markus, adalah ‘sementara’, bukan hanya karena, setelah mengaku untuk suatu waktu bahwa mereka adalah murid-murid Yesus, mereka belakangan lalu murtad melalui pencobaan, tetapi juga karena mereka mengkhayalkan / membayangkan bahwa mereka mempunyai iman yang benar / sejati. Menurut Lukas, Kristus berkata bahwa mereka ‘percaya sebentar saja’; karena kehormatan yang mereka berikan kepada Injil menyerupai iman. Pada saat yang sama kita harus belajar, bahwa mereka tidak sungguh-sungguh dilahir-barukan oleh benih yang tidak dapat binasa, ‘yang tidak pernah layu’, seperti Petrus memberitahu kita, (1Pet 1:4); karena ia berkata bahwa kata-kata dari Yesaya ini, ‘Firman Allah bertahan / tetap untuk selama-lamanya’, (Yes 40:8; 1Pet 1:25), digenapi dalam hati orang-orang percaya, dalam diri siapa kebenaran Allah, sekali dipancangkan, tidak pernah mati / hilang, tetapi mempertahankan kekuatannya sampai akhir. Tetap, orang-orang itu yang senang dengan Firman Allah, dan memberikan penghormatan tertentu kepadanya, memang percaya dengan suatu cara tertentu; karena mereka sangat berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya, yang tidak menghargai Allah pada waktu Ia berbicara, atau yang menolak firmanNya. Singkatnya, hendaklah kita belajar bahwa tidak ada seorangpun adalah pengambil-pengambil bagian dari iman yang sejati, kecuali mereka yang dimeteraikan dengan Roh adopsi, dan yang memanggil Allah sebagai Bapa mereka dengan tulus; dan karena Roh itu tidak pernah dipadamkan, maka adalah mustahil bahwa iman, yang pernah satu kali diukirkan pada hati dari orang yang saleh, mati / hilang atau dihancurkan.].
1Pet 1:4 - “untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.”.
Yes 40:8 - “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.’”.
1Pet 1:25 - “tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.’ Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”.
Barnes’ Notes: “Jesus explains this as denoting those who hear the gospel; who are caught with it as something new or pleasing; who profess to be greatly delighted with it, and who are full of zeal for it. Yet they have no root in themselves. They are not true Christians. Their hearts are not changed. They have not seen their guilt and danger, and the true excellency of Christ. They are not ‘really’ attached to the gospel; and when they are tried and persecution comes, they fall - as the rootless grain withers before the scorching rays of the noonday sun.” [= Yesus menjelaskan ini sebagai menunjuk mereka yang mendengar injil; yang tertarik / terpesona dengannya sebagai sesuatu yang baru dan menyenangkan; yang mengaku sebagai sangat senang dengannya, dan yang penuh semangat untuknya. Tetapi mereka tidak mempunyai akar dalam dirinya sendiri. Mereka bukanlah orang-orang Kristen yang sejati. Hati mereka tidak diubah. Mereka belum melihat kesalahan dan bahaya mereka, dan keunggulan yang benar dari Kristus. Mereka tidak betul-betul melekat pada injil; dan pada waktu mereka diuji / dicobai dan penganiayaan datang, mereka jatuh - seperti bulir gandum / jagung yang tak berakar layu di hadapan sinar yang membakar dari matahari tengah hari.].
Matthew Henry: “The stony ground. Some fell upon stony places (v. 5,6), which represents the case of hearers that go further than the former, who receive some good impressions of the word, but they are not lasting, v. 20,21. Note, It is possible we may be a great deal better than some others, and yet not be so good as we should be; may go beyond our neighbours, and yet come short of heaven. Now observe, concerning these hearers that are represented by the stony ground, First, How far they went. 1. They ‘hear the word;’ they turn neither their backs upon it, nor a deaf ear to it. Note, hearing the word, though ever so frequently, ever so gravely, if we rest in that, will never bring us to heaven. 2. They are ‘quick in hearing,’ swift to hear, ‘he anon receiveth it,’ euthys, he is ready to receive it, ‘forthwith it sprung up’ (v. 5), it sooner appeared above ground than that which was sown in the good soil. Note, Hypocrites often get the start of true Christians in the shows of profession, and are often too hot to hold. He ‘receiveth it straightway,’ without trying it; swallows it without chewing, and then there can never be a good digestion. Those are most likely to ‘hold fast that which is good,’ that ‘prove all things,’ 1 Thess 5:21. 3. They receive it with joy. Note, There are many that are very glad to hear a good sermon, that yet do not profit by it; they may be pleased with the word, and yet not changed and ruled by it; ... Many ‘taste the good word of God’ (Heb 6:5), and say they find sweetness in it, but some beloved lust is ‘rolled under the tongue,’ which it would not agree with, and so they spit it out again. 4. They ‘endure for awhile,’ like a violent motion, which continues as long as the impression of the force remains, but ceases when that has spent itself. Note, Many endure for awhile, that do not endure to the end, and so come short of the happiness which is promised to them only that persevere (ch. 10:22); they did run well, but something hindered them, Gal 5:7.” [= ‘Tanah yang berbatu-batu’. Sebagian benih jatuh di tempat-tempat yang berbatu-batu (ay 5,6), yang menggambarkan kasus dari pendengar-pendengar yang berjalan lebih jauh dari orang-orang yang terdahulu, yang menerima beberapa kesan yang baik tentang firman, tetapi yang tidak bertahan, ay 20,21. Perhatikan, Adalah mungkin bahwa kita bisa jauh lebih baik dari beberapa orang lain, tetapi tidak sebaik seperti kita seharusnya; bisa berjalan lebih / melampaui sesama kita, tetapi tidak mencapai surga. Sekarang perhatikan berkenaan dengan pendengar-pendengar ini, yang digambarkan oleh tanah berbatu-batu, Pertama, Seberapa jauh mereka berjalan. 1. Mereka ‘mendengar firman’; mereka tidak memungkurinya, ataupun memberikan telinga yang tuli terhadapnya. Perhatikan, mendengar firman, sekalipun dengan begitu sering, sekalipun dengan begitu serius, jika kita berhenti di sana, tidak akan pernah membawa kita ke surga. 2. Mereka ‘cepat dalam pendengaran’, cepat untuk mendengar, ‘ia segera menerimanya’, EUTHYS, ia siap untuk menerimanya, ‘itu segera tumbuh’ (ay 5), itu lebih cepat muncul di atas tanah dari pada benih yang ditaburkan di tanah yang baik. Perhatikan, Orang-orang munafik sering mempunyai awal dari orang-orang Kristen yang sejati dalam pertunjukan pengakuan, dan sering terlalu panas untuk ditahan. Ia ‘segera menerimanya’, tanpa mencoba / mengujinya; menelannya tanpa mengunyahnya, dan karena itu disana tidak pernah bisa ada pencernaan yang baik. Mereka adalah yang paling memungkinkan untuk ‘berpegang pada apa yang baik’, yang ‘menguji segala sesuatu’, 1Tes 5:21. 3. Mereka menerimanya dengan sukacita. Perhatikan, Ada banyak orang yang sangat gembira mendengar khotbah yang baik, tetapi tidak mendapatkan manfaat darinya; mereka bisa senang dengan firman, tetapi tidak diubahkan dan diperintah olehnya; ... Banyak orang ‘mengecap firman yang baik dari Allah’ (Ibr 6:5), dan berkata mereka menemukan kemanisan di dalamnya, tetapi sebagian / beberapa nafsu yang tercinta ‘digulung di bawah lidah’, yang tidak akan setuju dengannya, dan karena itu mereka meludahkannya kembali. 4. Mereka ‘bertahan untuk sementara’, seperti suatu gerakan yang hebat, yang berlangsung selama kesan dari kekuatan itu masih ada, tetapi berhenti pada waktu itu habis. Perhatikan, Banyak orang bertahan untuk sementara, yang tidak bertahan sampai akhir, dan karena itu tidak mempunyai / tidak mencapai kebahagiaan yang dijanjikan hanya kepada mereka yang bertekun (pasal 10:22); mereka memang lari dengan baik, tetapi sesuatu menghalangi mereka, Gal 5:7.].
1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”.
Ibr 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum.”.
Mat 10:22 - “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”.
Gal 5:7 - “Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?”.
Sekarang kita dalam masa wabah, yang membuat banyak orang Kristen menderita. Itu bukan penderitaan karena firman, tetapi tetap memungkinkan membuat ‘orang Kristen’ tertentu murtad. Apalagi penderitaan karena firman! Maukah tetap ikut Kristus sekalipun harus menderita karena Kristus / firman???
c) Tanah bersemak duri (ay 7,22).
Ay 7,22: “(7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. ... (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.
Mark 4:19 - “lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.
Luk 8:14 - “Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.”.
1. Perbandingan tanah golongan III ini dengan tanah golongan I dan II.
Matthew Henry: “Prosperity destroys the word in the heart, as much as persecution does; and more dangerously, because more silently: the stones spoiled the root, the thorns spoil the fruit.” [= Kemakmuran menghancurkan firman dalam hati, sama seperti yang dilakukan oleh penganiayaan; dan dengan lebih berbahaya, karena dengan cara yang lebih tenang / diam-diam: Batu-batu (dari tanah berbatu) merusak akar, semak duri merusak buah.].
Pulpit Commentary: “We may notice a progress in the three classes of hearers figured in the parable ... In the first case the seed does not spring up at all; in the second, it springs up, but is withered almost immediately; in the third it is checked, but not withered; it yields stalk and leaves and empty ears, but brings no fruit to perfection. The first understand not; the second receive the Word with joy; the third do something more - they ‘go forth,’ they enter on the way that leadeth unto life; but while they are on the way (poreuo/menoi) the Word is choked with cares and riches and pleasures of this life. ... All three cases are sad; the last is the saddest, ‘for it had been better for them not to have known the way of righteousness, than, after they have known it, to turn from the holy commandment delivered unto them’ (2 Peter 2:21).” [= Kita bisa memperhatikan suatu kemajuan dari ketiga golongan pendengar yang digambarkan dalam perumpamaan ... Dalam kasus pertama benih tidak bertumbuh sama sekali; dalam kasus kedua, benih tumbuh, tetapi hampir segera menjadi layu; dalam kasus ketiga benih itu diperlambat / dihentikan, tetapi tidak layu; ia mengeluarkan tangkai dan daun-daun dan bulir-bulir kosong, tetapi tidak membawa buah pada kesempurnaan. Yang pertama tidak mengerti; yang kedua menerima Firman dengan sukacita; yang ketiga melakukan sesuatu yang lebih - mereka maju, mereka masuk pada jalan yang membimbing pada kehidupan; tetapi sementara mereka ada di jalan Firman itu dicekik dengan kekuatiran dan kekayaan dan kesenangan-kesenangan hidup ini. ... Ketiga kasus ini menyedihkan; yang terakhir adalah yang paling menyedihkan, ‘karena bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal jalan kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka’ (2Petrus 2:21).].
2Pet 2:21 - “Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.”.
2. Perhatian yang terpecah, antara kerohanian / Tuhan dan dunia / kekayaan dan sebagainya.
Saya akan memberikan komentar Adam Clarke, tetapi karena ia menggunakan terjemahan KJV yang agak berbeda, maka saya akan memberikan lebih dulu terjemahan KJV dari ay 22.
Ay 22 (KJV): ‘He also that received seed among the thorns is he that heareth the word; and the care of this world, and the deceitfulness of riches, choke the word, and he becometh unfruitful.’ [= Ia juga yang menerima benih di antara semak duri adalah ia yang mendengar firman; dan kekuatiran dari dunia ini, dan tipu daya dari kekayaan, mencekik firman itu, dan ia menjadi tidak berbuah].
Adam Clarke: “‘He also that received seed among the thorns.’ In land plowed, but not properly cleared and weeded. ‘Is he’ - represents that person who heareth the word, but the cares, rather the anxiety, hee merimna, the whole system of anxious carking cares. Lexicographers derive the word merimna from merizein ton noun, dividing, or distracting the mind.” [= ‘Ia juga yang menerima benih di antara semak duri’. Di tanah yang sudah dibajak, tetapi tidak dibersihkan dan disiangi dengan baik. ‘Adalah ia’ - mewakili / menggambarkan orang yang mendengar firman, tetapi perhatian / kepedulian, atau lebih tepat kekuatiran, hee merimna, seluruh sistim dari perhatian yang menyebabkan kekuatiran. Para penulis kamus menurunkan kata merimna dari merizein ton noun, membagi, atau mengganggu / mengacaukan / mengalihkan pikiran.].
The Biblical Illustrator: “‘Some fell among thorns.’ Two classes of dissipating influences distract such minds. The cares of this world. Martha was ‘cumbered with much serving.’ The deceitfulness of riches dissipate.” [= ‘Sebagian jatuh di antara duri-duri’. Dua kelompok pengaruh-pengaruh yang menghancurkan mengganggu pikiran-pikiran seperti itu. Kekuatiran dari dunia ini. Marta ‘sibuk sekali melayani.’ Tipu daya dari kekayaan menghancurkan / menyebarkan.].
Catatan: rasanya contoh Marta tidak terlalu cocok. Dia melakukan pelayanan, bukannya mencari uang atau kuatir tentang uang.
Keinginan akan kekayaan dan kekuatiran akan kebutuhan hidup sebetulnya berhubungan dekat. Yesus membahasnya dalam 2 text berturut-turut.
Mat 6:19-24 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Mat 6:25-34 - “(25) ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.
Yang pertama lebih untuk orang kaya (sekalipun juga bisa untuk orang miskin), sedangkan yang kedua lebih untuk orang miskin (sekalipun juga bisa untuk orang kaya).
3. Tipu daya kekayaan.
Calvin: “‘The deceitfulness of riches.’ Christ employs this phrase to denote ‘covetousness.’ He expressly says, that riches are imposing or ‘deceitful,’ in order that men may be more desirous to guard against falling into their snares.” [= ‘Tipu daya kekayaan’. Kristus menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk pada ‘ketamakan’. Ia secara explicit mengatakan, bahwa kekayaan memperdayakan atau ‘menipu’, supaya manusia bisa lebih berkeinginan untuk berjaga-jaga terhadap kejatuhan ke dalam jerat-jerat mereka.].
Matthew Henry: “Observe, It is not so much riches, as ‘the deceitfulness of riches,’ that does the mischief: now they cannot be said to be deceitful to us unless we put our confidence in them, and raise our expectations from them, and then it is that they choke the good seed.” [= Perhatikan, Bukanlah kekayaan, tetapi ‘tipu daya kekayaan’ yang melakukan kejahatan / kerusakan: kekayaan tak bisa dikatakan sebagai menipu bagi kita, kecuali kita meletakkan keyakinan kita kepadanya, dan meningkatkan pengharapan kita darinya, dan pada saat itulah kekayaan mencekik benih yang baik.].
Adam Clarke: “‘The deceitfulness of riches.’ Which promise peace and pleasure, but can never give them. ‘Choke the word.’ Or, together choke the word, sumpnigei, meaning, either that these grow up together with the word, overtop, and choke it; or that these united together, namely carking worldly cares, with the delusive hopes and promises of riches, cause the man to abandon the great concerns of his soul, and seek, in their place, what he shall eat, drink, and wherewithal he shall be clothed. Dreadful stupidity of man, thus to barter spiritual for temporal good - a heavenly inheritance for an earthly portion!” [= ‘Tipu daya kekayaan’. Yang menjanjikan damai dan kesenangan, tetapi tidak pernah bisa memberikannya. ‘Mencekik firman’. Atau, bersama-sama mencekik firman, SUMPNIGEI, artinya, atau bahwa hal-hal ini tumbuh bersama-sama dengan firman, melampaui dan mencekiknya; atau bahwa hal-hal ini bersatu bersama-sama, yaitu perhatian duniawi yang menyebabkan kekuatiran, dengan pengharapan dan janji-janji kekayaan yang bersifat menipu, menyebabkan orang itu meninggalkan perhatian besar dari jiwanya, dan mencari, di tempat darinya, apa yang akan ia makan, minum, dan dengan apa ia akan berpakaian. Ketololan yang menakutkan dari manusia, yang menukarkan hal-hal baik rohani dengan yang sementara - suatu warisan surgawi untuk suatu bagian duniawi!].
Tentang ‘kekayaan menjanjikan damai dan kesenangan tetapi tidak pernah bisa memberikannya’, bandingkan dengan kata-kata Hotman Paris baru-baru ini, bahwa dia punya uang milyaran tetapi karena alasan kesehatan tidak bisa digunakan!!
Seorang teman saya berkata: ‘Dulu waktu muda mati-matian cari uang, sekarang sudah tua mati-matian cari dokter!’.
Tetapi yang lebih membahayakan lagi dari tipuannya, cinta uang itu membagi perhatian kita, sehingga merusak kerohanian kita, atau bahkan menghancur-totalkan perhatian kita pada kerohanian kita, sehingga membinasakan kita!
Bdk. Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
Contoh orang yang mempunyai sikap yang buruk tentang uang / kekayaan:
a. Orang kaya yang bodoh (Luk 12:15-21).
Luk 12:15-21 - “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
b. Pemuda kaya yang datang kepada Yesus.
Mat 19:16-24 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.
c. Lot dan istrinya (Kej 13,14,19).
d. Akhan (Yosua 7).
e. Gehazi (2Raja 5:20-27).
f. Demas (2Tim 4:10).
2Tim 4:10a - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika.”.
Padahal tadinya Demas adalah kawan sekerja Paulus.
Filemon 1:24 - “dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku.”.
g. Yudas Iskariot (Yoh 12:6 Mat 26:14-16).
Barnes’ Notes: “‘He also that received seed among the thorns.’ These represent the cares, the anxieties, and the deceitful lure of riches, or the way in which a DESIRE to be rich deceives people. They take the time and attention. They do not leave opportunity to examine the state of the soul. Besides, riches allure, and promise what they do not yield. They promise to make us happy; but, when gained, they do not do it. The soul is not satisfied. There is the same desire to possess more wealth. And to this there is no end ‘but death.’ In doing it there is every temptation to be dishonest, to cheat, to take advantage of others, to oppress others, and to wring their hard earnings from the poor. Every evil passion is therefore cherished by the love of gain; and it is no wonder that the word is choked, and every good feeling destroyed, by this ‘execrable love of gold.’ See the notes at 1 Tim 6:7-11. How many, O how many, thus foolishly drown themselves in destruction and perdition! How many more might reach heaven, if it were not for this deep-seated love of that which fills the mind with care, deceives the soul, and finally leaves it naked, and guilty, and lost!” [= ‘Ia juga yang menerima benih di antara semak duri’. Ini mewakili / menggambarkan perhatian, kekuatiran, dan daya tarik yang menipu dari kekayaan, atau cara dalam mana suatu keinginan untuk menjadi kaya menipu orang-orang. Mereka mengambil waktu dan perhatian. Mereka tidak meninggalkan kesempatan untuk memeriksa keadaan dari jiwa. Disamping, kekayaan memikat, dan menjanjikan apa yang tidak mereka berikan. Mereka berjanji untuk membuat kita bahagia; tetapi, pada waktu didapatkan, mereka tidak melakukannya. Jiwa tidak dipuaskan. Di sana ada keinginan yang sama untuk memiliki lebih banyak kekayaan. Dan bagi hal ini di sana tidak ada akhir ‘kecuali kematian’. Dalam melakukan ini di sana ada setiap pencobaan untuk menjadi tidak jujur, menipu, mengambil keuntungan dari orang-orang lain, menindas orang-orang lain, dan memeras upah yang diperoleh dengan susah payah dari orang-orang miskin. Karena itu setiap hasrat yang jahat dipelihara / dikembangkan oleh cinta pada keuntungan; dan tidak mengherankan bahwa firman itu dicekik, dan setiap perasaan yang baik dihancurkan, ‘oleh cinta yang buruk sekali terhadap emas’ ini. Lihat catatan pada 1Tim 6:7-11. Betapa banyak, O betapa banyak, yang dengan begitu bodoh menenggelamkan diri mereka sendiri dalam kehancuran / keruntuhan dan kebinasaan! Betapa lebih banyak bisa mencapai surga, seandainya bukan karena cinta yang mendalam terhadap apa yang memenuhi pikiran dengan perhatian / kekuatiran, menipu jiwa, dan akhirnya meninggalkannya telanjang, dan bersalah, dan terhilang!].
Pkh 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.
Amsal 28:20 - “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”.
Amsal 23:4-5 - “(4) Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. (5) Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.”.
1Tim 6:6-11 - “(6) Memang ibadah [KJV: ‘godliness’ {= kesalehan}] itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. (11) Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah [KJV: ‘godliness’ {= kesalehan}], kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.”.
Catatan: kata-kata ‘rasa cukup’ (1Tim 6:6) dan ‘cukuplah’ (1Tim 6:8) seharusnya adalah ‘puas’. Ini bukan sesuatu yang gampang, tetapi harus dipelajari!
Bdk. Fil 4:11 - “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”.
Kata-kata ‘mencukupkan diri’ seharusnya juga adalah ‘puas’. Lawan kata dari ‘puas’ dalam kontext ini adalah ‘ingin kaya’ (1Tim 6:9).
Barnes’ Notes (tentang 1Tim 6:9): “It is extremely difficult to cherish the desire to be rich, as the leading purpose of the soul, and to he an honest man.” [= Adalah sangat sukar untuk memelihara keinginan untuk menjadi kaya, sebagai suatu tujuan utama / terpenting dari jiwa, dan menjadi orang yang jujur.].
Yer 17:11 - “Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal.”.
4. Keharusan berkonsentrasi pada hal-hal rohani / Tuhan sendiri.
Matthew Henry: “The cares of this world. Care for another world would quicken the springing of this seed, but care for this world chokes it.” [= Perhatian / kekuatiran terhadap dunia ini. Perhatian untuk ‘dunia yang lain’ akan mempercepat pertumbuhan benih, tetapi perhatian untuk ‘dunia ini’ mencekiknya.].
The Biblical Illustrator: “The soul has a limited capacity for growth: - There is nutriment enough in the ground for thorns, and enough for wheat; but not enough, in any ground, for both wheat and thorns. The agriculturist thins his nursery-ground, and the farmer weeds his field, and the gardener removes the superfluous grapes, for that very reason: in order that the dissipated sap may be concentrated in a few plants vigorously. So in the same way, the heart has a certain power of loving. But love, dissipated on many objects, concentrates itself on none. God or the world - not both. ‘No man can serve two masters.’ ‘If any man love the world, the love of the Father is not in him.’ He that has learned many accomplishments or sciences, generally knows none thoroughly. Multifariousness of knowledge is commonly opposed to depth - variety of affections is generally not found with intensity.” [= Jiwa mempunyai suatu kapasitas yang terbatas untuk pertumbuhan: - Di sana ada makanan yang cukup di tanah untuk duri-duri, dan cukup untuk gandum; tetapi tidak cukup, di tanah manapun, untuk gandum dan duri-duri. Ahli pertanian menjarangkan tanah pembibitannya, dan petani membersihkan semak-semak dan rumput, dan tukang kebun memotong buah anggur yang berlebihan, untuk alasan itu: supaya cairan makanan yang tersebar bisa dikonsentrasikan pada beberapa tanaman secara kuat / efektif. Demikian juga dengan cara yang sama, hati mempunyai suatu kekuatan tertentu untuk mengasihi. Tetapi kasih, disebarkan kepada banyak obyek, tidak mengkonsentrasikan dirinya sendiri kepada yang manapun. Allah atau dunia - tidak keduanya. ‘Tak seorangpun bisa melayani dua tuan’ (Mat 6:24). ‘Jika seseorang mengasihi dunia ini maka kasih akan Bapa tidak ada dalam dia’ (1Yoh 2:15). Ia yang telah mempelajari banyak pencapaian atau ilmu-ilmu pengetahuan, biasanya tidak mengetahui yang manapun dengan lengkap / menyeluruh. Banyak keberagaman dari pengetahuan biasanya bertentangan dengan pendalaman - keberagaman dari perasaan / kesenangan biasanya tidak didapati dengan intensitas.].
Bdk. Yoh 15:2 - “Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah.”.
Adam Clarke: “The seed of the kingdom can never produce much fruit in any heart, till the thorns and thistles of vicious affections and impure desires be plucked up by the roots and burned.” [= Benih dari kerajaan tidak pernah bisa menghasilkan banyak buah di hati manapun, sampai duri-duri dan semak duri dari cinta yang jahat dan keinginan yang tidak murni dicabut dengan akarnya dan dibakar.].
William Barclay: “There are the hearers who have so many interests in life that often the most important things get crowded out. It is characteristic of modern life that it becomes increasingly crowded and increasingly fast. We become too busy to pray; we become so preoccupied with many things that we forget to study the word of God; we can become so involved in committees and good works and charitable services that we leave ourselves no time for him from whom all love and service come. Our work can take such a hold that we are too tired to think of anything else. It is not the things which are obviously bad which are dangerous. It is the things which are good, for the ‘second best is always the worst enemy of the best’. It is not even that we deliberately banish prayer and the Bible and the Church from our lives; it can be that we often think of them and intend to make time for them, but somehow in our crowded lives never get round to it. We must be careful to see that Christ is not pushed into the sidelines of life.” [= Ada pendengar-pendengar yang mempunyai begitu banyak minat / perhatian dalam kehidupan sehingga seringkali hal-hal yang paling penting terdesak keluar. Merupakan karakteristik dari kehidupan modern bahwa kehidupan itu menjadi makin bertambah penuh dan makin bertambah cepat. Kita menjadi terlalu sibuk untuk berdoa; kita menjadi begitu disibukkan dengan banyak hal sehingga kita lupa untuk belajar firman Allah; kita bisa menjadi begitu terlibat dalam panitia-panitia dan pekerjaan-pekerjaan baik, dan pelayanan-pelayanan kasih sehingga kita tidak meninggalkan bagi diri kita sendiri waktu untuk Dia dari mana semua kasih dan pelayanan datang. Pekerjaan kita bisa menggenggam sedemikian rupa sehingga kita terlalu lelah untuk memikirkan apapun yang lain. Bukanlah hal-hal yang secara jelas adalah buruk yang membahayakan. Itu adalah hal-hal yang baik, ‘karena hal terbaik kedua selalu merupakan musuh terburuk dari hal yang terbaik’. Bahkan bukannya kita secara sengaja membuang doa dan Alkitab dan Gereja dari hidup kita; bisa saja bahwa kita sering memikirkan tentang hal-hal itu dan bermaksud untuk meluangkan waktu bagi hal-hal itu, tetapi entah bagaimana dalam kehidupan kita yang penuh, kita tidak pernah sampai ke sana. Kita harus hati-hati untuk menjaga supaya Kristus tidak didorong ke samping dari kehidupan.].
Matthew Henry: “Worldly cares are great hindrances to our profiting by the word of God, and our proficiency in religion. They eat up that vigour of soul which should be spent in divine things; divert us from duty, distract us in duty, and do us most mischief of all afterwards; quenching the sparks of good affections, and bursting the cords of good resolutions; those who ‘are careful and cumbered about many things,’ commonly neglect ‘the one thing needful’.” [= Perhatian / kekuatiran duniawi adalah halangan-halangan besar supaya kita mendapatkan manfaat dari firman Allah, dan kemajuan kita dalam agama. Mereka memakan habis kekuatan jiwa yang seharusnya dihabiskan dalam hal-hal ilahi; menyimpangkan kita dari kewajiban, dan belakangan melakukan kepada kita hal yang paling jahat dari semua; memadamkan percikan / bunga api dari perasaan-perasaan yang baik, dan meledakkan kekuatan dari keputusan-keputusan yang baik; mereka yang ‘kuatir dan bingung tentang banyak hal’, biasanya mengabaikan ‘satu hal yang perlu’.].
Bdk. Luk 10:40-42 - “(40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
William Hendriksen: “The man in question cannot be richly blessed nor can he be a blessing. The word as it affects him cannot be fruitful. There is nothing wrong with the sower. Also, there is nothing wrong with the seed. With the man, however, everything is wrong. He should ask the Lord to deliver him from absorbing cares and dream-world delusions, so that the kingdom message may begin to have free course in heart and life.” [= Orang yang dibicarakan tidak bisa diberkati dengan penuh / berlimpah-limpah, juga ia tidak bisa menjadi berkat. Firman yang mempengaruhinya tidak bisa berbuah. Tidak ada yang salah dengan sang penabur. Juga tidak ada yang salah dengan benihnya. Tetapi dengan orang itu, segala sesuatu adalah salah. Ia harus meminta kepada Tuhan untuk membebaskan dia dari perhatian / kepedulian yang menyerap / memenuhi perhatian dan kepercayaan yang salah / menipu dari dunia impian, sehingga berita / pesan kerajaan bisa mulai mendapatkan jalan yang bebas dalam hati dan kehidupan.].
5. Doa dan sikap yang baik / benar tentang uang / kekayaan.
a. Doa yang benar tentang uang / kekayaan.
Amsal 30:8-9 - “(8) Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”.
b. Sikap yang benar terhadap uang / kekayaan.
(1) Ayub 22:23-26 - “(23) Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu, (24) membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah batu-batu sungai, (25) dan apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu, dan kekayaan perakmu, (26) maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan menengadah kepada Allah.”.
(2) Yes 33:6 - “Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.”.
(3) Ibr 11:24-26 - “(24) Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, (25) karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (26) Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.”.
c. Contoh orang yang mempunyai sikap yang benar tentang uang / kekayaan.
William Barclay (tentang Luk 12:13-34): “John Wesley’s rule of life was to save all he could and give all he could. When he was at Oxford he had an income of £30 a year. He lived on £28 and gave £2 away. When his income increased to £60, £90 and £120 a year, he still lived on £28 and gave the balance away.” [= Peraturan kehidupan John Wesley adalah untuk menghindari pengeluaran sebanyak yang ia bisa, dan memberikan semua yang ia bisa. Pada waktu dia ada di Oxford ia mempunyai penghasilan £ 30 setahun. Ia hidup dengan £ 28 dan menyumbangkan £ 2. Pada waktu penghasilannya naik menjadi £ 60, £ 90 and £ 120 setahun, ia tetap hidup dengan £ 28 dan menyumbangkan sisanya.] - hal 164.
David Schaff tentang Calvin:
“Riches and honors had no charms for him. He soared far above filthy lucre and worldly ambition. His only ambition was that pure and holy ambition to serve God to the best of his ability.” [= Kekayaan dan kehormatan tidak mempunyai daya tarik baginya. Ia membubung tinggi di atas uang yang kotor dan ambisi duniawi. Satu-satunya ambisinya adalah ambisi yang suci dan murni untuk melayani Allah sampai pada kemampuan terbaiknya.] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 838.
“When Pope Pius IV heard of his death he paid him this tribute: ‘The strength of that heretic consisted in this, - that money never had the slightest charm for him. If I had such servants, my dominions would extend from sea to sea.’” [= Ketika Paus Pius IV mendengar tentang kematiannya ia memberikan penghormatan ini: ‘Kekuatan dari orang sesat ini adalah hal ini, - bahwa uang tidak pernah mempunyai daya tarik yang terkecil sekalipun untuk dia. Seandainya aku mempunyai pelayan-pelayan seperti itu, daerah kekuasaanku akan meluas dari laut ke laut’.] - David Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 839.
d) Tanah yang baik / subur (ay 8,23).
Ay 8,23: “(8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
1. Sebagian benih jatuh di tanah yang baik.
C. H. Spurgeon: “The sowing of good seed can never be a total failure: ‘other fell into good ground.’” [= Penaburan benih yang baik tidak pernah bisa merupakan kegagalan total: ‘benih yang lain jatuh ke dalam tanah yang baik’.] - ‘Commentary on Matthew’, hal 163 (AGES).
Jadi, kalau saudara memberitakan Injil, dan terus menerus gagal mendapatkan petobat, teruslah memberitakan Injil! Lambat atau cepat, sedikit atau banyak, pasti akan ada benih yang saudara taburkan, yang jatuh di tanah yang baik, sehingga bertumbuh dan menghasilkan buah!
William Barclay mengatakan bahwa perumpamaan ini ditujukan baik kepada pendengar firman maupun pemberita firman. Para murid Yesus, yang melihat bahwa Yesus ditolak dan bahkan dimusuhi oleh banyak orang, dan mendapatkan hasil sangat sedikit, pasti menjadi kecil hati / kecewa. Lalu apa yang dikatakan oleh perumpamaan ini kepada pemberita-pemberita firman yang kecewa karena hasil yang sangat sedikit? Pelajarannya jelas, yaitu bahwa panen itu merupakan sesuatu yang pasti. Memang ada benih-benih yang jatuh di tepi jalan, tanah berbatu, tanah bersemak duri, sehingga atau tidak bertumbuh, atau bertumbuh tetapi lalu mati tanpa menghasilkan buah. Tetapi tetap ada yang jatuh di tanah yang baik, lalu bertumbuh dan berbuah. Tidak ada petani yang mengharapkan semua benih yang ia taburkan akan tumbuh dan berbuah, tetapi itu tidak menghentikannya dari pekerjaan menabur! Dan ia tetap mengharapkan panen! Mereka menabur dengan keyakinan bahwa sekalipun sebagian benih ditaburkan dengan sia-sia, tetapi panen tetap akan datang!
William Barclay memberi cerita dari seseorang yang bernama H. L. Gee. Di gereja dimana ia beribadah, ada seorang tua yang seorang diri / kesepian, Thomas yang tua. Ia hidup lebih lama dari semua teman-temannya, dan hampir tidak ada orang yang mengenal dia. Pada waktu Thomas mati, Gee merasa bahwa tidak akan ada seorangpun yang pergi ke penguburannya. Lalu ia memutuskan untuk pergi, sehingga di sana bisa ada orang yang menyertai orang tua itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Di sana tidak ada seorangpun, dan itu adalah suatu hari dengan angin keras dan hujan. Penguburan mencapai kuburan; dan di pintu gerbang di sana ada seorang tentara yang menunggu. Ia adalah seorang perwira, tetapi pada jas hujannya tidak ada tanda pangkatnya. Tentara itu datang ke tempat di samping kuburan untuk upacara penguburan itu. Dan pada waktu penguburan itu selesai, ia maju ke depan dan di depan kubur yang terbuka ia memberi hormat dengan tangannya. H. L. Gee berjalan pulang bersama tentara ini, dan pada waktu mereka berjalan, angin meniup jas hujan tentara itu sehingga terbuka dan menyingkapkan tanda pangkat di bahu dari seorang Brigjen. Brigjen itu berkata kepada Gee: Mungkin kamu bertanya-tanya apa yang sedang aku lakukan di sini. Bertahun-tahun yang lalu, Thomas adalah guru Sekolah Mingguku. Aku adalah seorang anak laki-laki yang liar dan merupakan suatu ujian yang menyakitkan baginya. Ia tidak pernah tahu apa yang telah ia lakukan bagiku, tetapi aku berhutang segala sesuatu kepada Thomas yang tua yang menjadikan aku seperti sekarang dan yang akan datang. Dan sekarang aku harus datang untuk memberi penghormatan kepada dia pada akhirnya.
William Barclay: “Thomas did not know what he was doing. No preacher or teacher ever does. It is our task to sow the seed, and to leave the rest to God.” [= Thomas tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Tak ada pengkhotbah atau pengajar yang pernah tahu. Adalah tugas kita untuk menaburkan benih, dan meninggalkan sisanya kepada Allah.].
Bdk. 1Kor 3:5-7 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”.
2. Yang termasuk tanah golongan IV ini jelas sangat minoritas!!!
Luk 8:4 - “Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:”.
a. Sekalipun kelihatannya ada banyak orang datang kepada Yesus, tetapi sesuai dengan perumpamaan ini, yang sungguh-sungguh cuma sedikit.
Dalam Luk 9:10-17 ada cerita tentang Yesus memberi makan 5000 orang, dan dari cerita ini kelihatannya yang ‘mengikut’ Yesus ada ribuan orang. Dalam Injil Yohanes cerita tersebut ada dalam Yoh 6:1-14, dan pada akhir dari Yoh 6 diceritakan bahwa banyak murid yang mengundurkan diri dan tidak mengikuti Yesus lagi (Yoh 6:66). Jadi jelas bahwa pengikut sejati memang hanya sedikit. Apakah saudara termasuk yang sedikit itu?
b. Bahwa mereka mau datang dari tempat yang jauh (‘dari kota ke kota’), tidak membuktikan bahwa mereka betul-betul berniat mencari Yesus dan firmanNya.
Bisa saja mereka datang hanya karena ingin tahu, hanya ikut-ikutan, atau untuk mencari kesembuhan, dan berkat-berkat jasmani yang lain. Bdk. Yoh 6:26-27.
Bahwa Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang penabur ini untuk mereka, dan tidak menjelaskannya untuk mereka, jelas menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka bukanlah ‘tanah yang baik’ (ay 8).
Calvin: “if those who ran from distant places to Christ, like hungry persons, are compared to an unproductive and barren soil, we need not wonder if, in our own day, the Gospel does not yield fruit in many, of whom some are lazy and sluggish, others hear with indifference, and others are scarcely drawn even to hear.” [= jika mereka yang datang dari tempat yang jauh kepada Kristus, seperti orang-orang yang lapar, dibandingkan dengan tanah yang tidak produktif dan gersang, kita tidak perlu heran jika, pada jaman kita, Injil tidak memberikan buah dalam banyak orang, yang sebagian di antaranya malas dan pasif / lamban, sedangkan yang lain mendengar dengan sikap acuk tak acuh, dan yang lain hampir-hampir tidak mendengar.] - hal 101.
3. Jenis tanah, dan bukan penabur / cara menaburnya, yang menentukan apakah benih itu tumbuh dan berbuah atau tidak.
The Biblical Illustrator: “Unskilful sowing fruitful: - if the seed is good, and the ground well prepared, a very poor and awkward kind of sowing will suffice. Seed flung in any fashion into the soft ground will grow: whereas, if it fall on the wayside, it will bear no fruit, however artfully it may have been spread. ... the seed that fell from an infant’s hands, when it fell in the right place, grew as well and ripened as fully as that which had been scattered by a strong and skilful man. In like manner, in the spiritual department, the skill of the sower, although important in its own place, is, in view of the final result, a subordinate thing. The cardinal points are the seed and the soil. In point of fact, throughout the history of the Church, while the Lord has abundantly honoured His own ordinance of a standing ministry, He has never ceased to show, by granting signal success to feeble instruments, that results in His work are not necessarily proportionate to the number of talents employed.” [= Penaburan yang tidak cakap / ahli berbuah: - jika benih itu baik, dan tanah disiapkan dengan baik, suatu jenis penaburan yang sangat jelek dan buruk sekali akan mencukupi. Benih yang dilemparkan dengan cara apapun ke dalam tanah yang empuk akan bertumbuh: sedangkan, jika benih itu jatuh di tepi jalan, benih itu tidak akan mengeluarkan buah, betapapun dengan penuh keahlian itu telah disebarkan. ... benih yang jatuh dari tangan seorang bayi, pada waktu benih itu jatuh di tempat yang benar, bertumbuh juga dan matang sama penuhnya seperti benih yang telah disebarkan oleh suatu tangan yang kuat dan penuh keahlian. Dengan cara yang sama, dalam hal rohani, keahlian dari sang penabur, sekalipun penting dalam tempatnya sendiri, ditinjau dari hasil akhirnya, adalah suatu hal yang lebih rendah. Hal-hal yang utama / pokok adalah benihnya dan tanahnya. Dalam faktanya, dalam sepanjang sejarah Gereja, sementara Tuhan telah menghargai dengan berlimpah-limpah perintah / penetapanNya sendiri tentang suatu pelayanan yang tetap, Ia tidak pernah berhenti untuk menunjukkan, dengan memberi sukses yang gemilang kepada alat-alat yang lemah, supaya hasil dari pekerjaanNya tidak harus sebanding dengan jumlah talenta yang digunakan.].
Sebagai perbandingan, bandingkan Yunus dengan Yesaya, atau Petrus dengan Yesus.
Bdk. 1Kor 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.”.
Jadi ingat bahwa sekalipun hal-hal yang terutama adalah benihnya dan tanahnya (dan ingat juga, tanah bisa menjadi tanah yang baik pasti karena pekerjaan Roh Kudus), tetapi penabur tetap harus berusaha untuk menabur dengan sebaik-baiknya!
Penerapan: banyak orang tidak mau mendengar injil / firman yang saya beritakan dengan macam-macam alasan, seperti, khotbahnya terlalu keras / kasar, khotbahnya terlalu sukar, terlalu panjang, hidupnya tidak baik, dan sebagainya. Tetapi alasan sebenarnya adalah: ‘mereka bukan tanah yang baik / subur’! Dan kecuali mereka diubahkan oleh Roh Kudus, Yesus sendiripun akan menabur benih tanpa buah dalam diri mereka! Ingat akan Yudas Iskariot!
4. Orang bisa menjadi tanah yang baik karena pekerjaan Roh Kudus saja.
The Biblical Illustrator: “Parable of the sower: - Where is the fault of failure? 1. It does not lie in God, the sower. God does not predestinate men to fail. He willeth not the death of a sinner. 2. The cause of failure is not in any impotency of truth. The old thinkers accounted for it by the depravity of matter. Once acknowledge free will in man, and the origin of evil does not lie in God. 3. The fault might be solely in the soil of the heart.” [= Perumpamaan tentang seorang penabur: - Dimana kesalahan dari kegagalan? 1. Itu tidak terletak dalam diri Allah, sang penabur. Allah tidak mempredestinasikan orang-orang untuk gagal. Ia tidak menghendaki kematian dari seorang berdosa. 2. Penyebab dari kegagalan bukanlah dalam ketidak-mampuan apapun dari kebenaran. Pemikir-pemikir kuno menyediakan penjelasan untuk itu dengan / oleh kebejatan dari bahan. Sekali kehendak bebas diakui dalam diri manusia, maka asal usul dari kejahatan tidak terletak dalam diri Allah. 3. Kesalahannya bisa semata-mata terletak dalam tanah dari hati.].
Ini tafsiran Arminian!!! Dan ini konyol, karena perumpamaan ini sama sekali bukan tujuannya untuk mengajarkan kehendak bebas ataupun predestinasi. Bandingkan dengan tafsiran-tafsiran dan ayat-ayat di bawah ini!
Pulpit Commentary: “The honest and good heart is good only because God hath made it so. ‘There is none righteous, no, not one.’” [= Hati yang jujur dan baik adalah baik hanya karena Allah telah membuatnya demikian. ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.’ (Ro 3:10)].
Bdk. 1Kor 15:10 - “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”.
Lenski: “no man can change himself, God has means to change us all (trodden path, rocky places, briar patches) into good soil for his Word.” [= tak seorangpun bisa mengubah dirinya sendiri, Allah mempunyai cara-cara / jalan-jalan untuk mengubah kita semua (jalan yang diinjak-injak, tempat berbatu, tanah bersemak duri) menjadi tanah yang baik untuk FirmanNya.].
Betul-betul aneh bahwa orang Arminian ini bisa memberikan kata-kata seperti ini!
5. Sikap / ciri dari tanah yang baik.
Ada 2 hal yang membedakan tanah yang baik (golongan IV) ini dengan ketiga golongan tanah sebelumnya.
a. Hanya tanah golongan IV ini yang dikatakan ‘mengerti’.
Lenski: “Matthew says that this man understands the Word; Mark, that he accepts it; Luke, that he holds it fast. All three have the same thing in mind, but Matthew’s συνιών repeats this verb from v. 13–15, where it occurs three times in a marked way.” [= Matius mengatakan bahwa orang ini mengerti firman; Markus mengatakan bahwa ia menerimanya; Lukas mengatakan bahwa ia memegangnya dengan teguh. Ketiganya mempunyai hal yang sama dalam pikiran mereka, tetapi kata Yunani SUNION (= mengerti) dari Matius mengulang kata kerja ini dari ay 13-15, dimana kata itu muncul tiga kali dengan suatu cara yang menyolok.].
William Barclay: “There are people who are like the good ground. In their reception of the word, there are four stages. Like the good ground, their minds are open. They are at all times willing to learn. They are prepared to hear. They are never either too proud or too busy to listen. Many of us would have been saved all kinds of heartbreak if we had simply stopped to listen to the voice of a wise friend or to the voice of God. Such people understand. They have thought the thing out and know what this means for them, and are prepared to accept it. They translate their hearing into action. They produce the good fruit of the good seed. The real hearers are those who listen, who understand and who obey.” [= Ada orang-orang yang seperti tanah yang baik. Dalam penerimaan firman, ada empat tahap. Seperti tanah yang baik, pikiran mereka terbuka. Mereka pada setiap saat mau belajar. Mereka siap untuk mendengar. Mereka tidak pernah atau terlalu sombong atau terlalu sibuk untuk mendengar. Banyak dari kita akan sudah diselamatkan dari semua jenis kesedihan seandainya kita hanya berhenti untuk mendengar pada suara dari seorang teman yang bijaksana atau pada suara Allah. Orang-orang seperti itu mengerti. Mereka telah mempertimbangkan hal itu dan tahu apa arti hal ini bagi mereka, dan siap untuk menerimanya. Mereka menterjemahkan apa yang mereka dengar ke dalam tindakan. Mereka menghasilkan buah yang baik dari benih yang baik. Pendengar-pendengar yang sungguh-sungguh adalah mereka yang mendengar, yang mengerti dan yang mentaati.].
Yang ditekankan adalah ‘mengerti’. Tetapi memang untuk bisa mengerti, harus ada keterbukaan, dan juga sikap mau menyediakan waktu untuk mendengar, bahkan mengorbankan banyak hal-hal lain, dan bukannya mencari-cari alasan untuk tidak mendengar.
b. Hanya tanah golongan IV ini yang menghasilkan buah.
Tetapi apa yang dimaksud dengan ‘buah’??
‘Buah’ adalah ‘buah Roh’, yaitu perbuatan baik / pengudusan. Ada yang menganggap ‘buah’ sebagai orang-orang yang bertobat karena penginjilan yang kita lakukan. Sekalipun memang itu juga disebut ‘buah’ seperti dalam 1Kor 9:1b.
1Kor 9:1b - “Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan?”.
Tetapi dalam hasil penginjilan, semua sepenuhnya tergantung Tuhan. Maka saya sendiri jauh lebih condong untuk mengartikan buah sebagai buah Roh atau ketaatan atau pengudusan dalam hidup kita.
Dan buah ini mutlak harus ada! Kalau tidak ada sama sekali, itu bukan tanah golongan IV, tetapi tanah golongan I, II, atau III.
Luk 13:6-9 - “(6) Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ‘Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. (7) Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! (8) Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, (9) mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!’”.
Yak 2:17,20,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.
Buah itu bahkan ada dalam diri penjahat yang bertobat di salib. Karena tadinya ia bersama dengan penjahat satunya mencela Yesus (Mat 27:44 Mark 15:32), tetapi belakangan pada saat penjahat satunya menghujat Yesus, ia menegurnya, dan lalu menyatakan iman kepada Yesus (Luk 23:39-42).
The Bible Exposition Commentary: “Unless there is fruit in the life, there is not saving faith in the heart.” [= Kecuali di sana ada buah dalam kehidupan itu, di sana tidak ada iman yang menyelamatkan dalam hati.].
A. T. Robertson: “The first three classes have no fruit and so show that they are unfruitful soil, unsaved souls and lives.” [= Tiga golongan pertama tidak mempunyai buah, dan dengan demikian menunjukkan bahwa mereka adalah tanah yang tidak berbuah, jiwa-jiwa dan kehidupan-kehidupan yang tidak selamat.].
John F. MacArthur Jr.: “We are not saved by bearing fruit or by any other good work, because we cannot bear spiritual fruit or do any truly good work until after we are saved. But we are saved for fruitbearing.” [= Kita tidak diselamatkan oleh pengeluaran buah atau oleh perbuatan baik lain manapun, karena kita tidak bisa mengeluarkan buah rohani atau melakukan perbuatan baik apapun sampai setelah kita diselamatkan. Tetapi kita diselamatkan untuk mengeluarkan buah.] - Libronix.
John F. MacArthur Jr.: “It is not that a believer produces a hundred, sixty, or thirty times the amount of fruit that an unbeliever produces - because an unbeliever can produce no spiritual fruit at all. ... That is the point of the entire parable: ‘true believers produce fruit.’” [= Bukan bahwa seorang percaya menghasilkan 100, 60, atau 30 kali lipat dari jumlah buah yang dihasilkan orang yang tidak percaya - karena seorang yang tidak percaya tidak bisa menghasilkan buah sama sekali. ... Itu adalah maksud dari seluruh perumpamaan: ‘orang-orang percaya yang sejati menghasilkan buah’.] - Libronix.
Adam Clarke: “‘Which also beareth fruit.’ His fruitfulness being an almost necessary consequence of his thus laying the divine message to heart. Let it be observed, that to hear, to understand, and to bring forth fruit, are the three grand evidences of a genuine believer. He who does not hear the word of wisdom cannot understand what makes for his peace; and he who does not understand what the Gospel requires him to be and to perform, cannot bring forth fruit; and he who is not fruitful, very fruitful, cannot be a disciple of Christ - see John 15:8; and he who is not Christ’s disciple cannot enter into the kingdom of God.” [= ‘Yang juga mengeluarkan buah’. Keberbuahannya adalah suatu konsekwensi yang hampir pasti dari tindakannya meletakkan pesan ilahi dalam hatinya. Hendaklah diperhatikan, bahwa mendengar, mengerti, dan mengeluarkan buah, adalah tiga bukti besar dari orang percaya yang sejati / asli. Ia yang tidak mendengar firman hikmat tidak bisa mengerti, apa yang menghasilkan damainya; dan ia yang tidak mengerti tuntutan Injil supaya dia menjadi apa dan melakukan apa, tidak bisa mengeluarkan buah; dan ia yang tidak berbuah, sangat berbuah / berbuah banyak, tidak bisa adalah seorang murid dari Kristus - lihat Yoh 15:8; dan ia yang bukan murid Kristus tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Allah.].
Catatan: saya menganggap kata-kata ‘very fruitful’ [= sangat berbuah / berbuah banyak] sebagai sesuatu yang extrim. Perumpamaan itu sendiri menunjukkan adanya perbedaan banyaknya buah dari orang-orang yang termasuk pada tanah yang baik.
Matthew Henry: “Now that which distinguished this good ground from the rest, was, in one word, fruitfulness. By this true Christians are distinguished from hypocrites, that they ‘bring forth the fruits of righteousness; so shall ye be my disciples,’ John 15:8. He does not say that this good ground has no stones in it, or no thorns; but there were none that prevailed to hinder its fruitfulness. Saints, in this world, are not perfectly free from the remains of sin; but happily freed from the reign of it.” [= Yang membedakan tanah yang baik / subur dari sisanya, adalah, dalam satu kata, ‘keberbuahan’. Oleh ini orang-orang Kristen yang sejati / sungguh-sungguh dibedakan dari orang-orang munafik, bahwa mereka ‘mengeluarkan / menghasilkan buah-buah kebenaran; dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu’, Yoh 15:8. Ia tidak mengatakan bahwa tanah yang baik ini tidak mempunyai batu-batu di dalamnya, atau tidak mempunyai duri-duri; tetapi di sana tidak ada yang berhasil untuk menghalangi keberbuahannya. Orang-orang kudus, dalam dunia ini, tidaklah bebas sepenuhnya dari sisa-sisa dosa; tetapi dengan gembira dibebaskan dari pemerintahannya.].
Yoh 15:8 - “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.’”.
Calvin: “‘None are compared by Christ to a good and fertile soil,’ but those in whom the word of God not only strikes its roots deep and solid, but overcomes every obstacle that would prevent it from yielding fruit. ... Christ does not now speak of the perfection of faith, but only points out those in whom the word of God yields fruit. Though the produce may not be great, yet every one who does not fall off from the sincere worship of God is reckoned a ‘good and fertile soil.’” [= ‘Tak ada yang dibandingkan oleh Kristus dengan suatu tanah yang baik dan subur’, kecuali mereka dalam diri siapa firman Allah bukan hanya mengeluarkan akarnya dalam dan kokoh / mendalam, tetapi mengalahkan setiap halangan yang menghalanginya untuk mengeluarkan buah. ... Sekarang Kristus tidak berbicara tentang kesempurnaan iman, tetapi hanya menunjuk kepada mereka dalam siapa firman Allah menghasilkan buah. Sekalipun hasilnya bisa tidak besar, tetapi setiap orang yang tidak jatuh dari penyembahan yang tulus terhadap Allah dianggap sebagai suatu ‘tanah yang baik dan subur’.].
William Hendriksen: “The importance of spiritual fruitbearing, as the mark of the true believer, is stressed even in the Old Testament (Ps. 1:1–3; 92:14; 104:13). This line of thought is continued in the Gospels (Matt. 3:10; 7:17–20; 12:33–35; Luke 3:8; John 15) and in the rest of the New Testament (Acts 2:38; 16:31; Rom. 7:4; Gal. 5:22; Eph. 5:9; Phil. 4:17; Col. 1:6; Heb. 12:11; 13:15; James 3:17,18).” [= Pentingnya pengeluaran buah rohani, sebagai tanda dari orang percaya yang sejati, ditekankan bahkan dalam Perjanjian Lama (Maz 1:1–3; 92:15; 104:13). Garis pemikiran ini berlanjut dalam kitab-kitab Injil (Mat 3:10; 7:17–20; 12:33–35; Luk 3:8; Yoh 15) dan dalam sisa dari Perjanjian Baru (Kis 2:38; 16:31; Ro 7:4; Gal 5:22; Ef 5:9; Fil 4:17; Kol 1:6; Ibr 12:11; 13:15; Yak 3:17,18).].
Catatan: ayat-ayat yang saya coret saya anggap tidak cocok. Dan di bawah ini saya hanya memberikan sebagian dari ayat-ayat yang diberikan oleh William Hendriksen.
Mat 3:8,10 - “(8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. ... (10) Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.”.
Mat 7:17-20 - “(17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”.
Galatia 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”.
The Bible Exposition Commentary: “Fruit is the test of true salvation (Matt 7:16). This would include holiness (Rom 6:22), Christian character (Gal 5:22-23), good works (Col 1:10), winning others to Christ (Rom 1:13), sharing what we have (Rom 15:25-28), and praising God (Heb 13:15).” [= Buah adalah ujian dari keselamatan yang sejati (Mat 7:16). Ini mencakup kekudusan (Ro 6:22), karakter Kristen (Galatia 5:22-23), pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan baik (Kolose 1:10), pemenangan orang-orang lain kepada Kristus (Roma 1:13), membagikan apa yang kita miliki (Roma 15:25-28), dan pujian kepada Allah (Ibrani 13:15).].
Catatan: ayat-ayatnya bisa dibaca sendiri.
Dari banyak kutipan di atas ini (dan saya bisa memberi jauh lebih banyak lagi kalau saya mau), terlihat bahwa penafsir-penafsir dari bermacam-macam aliran, termasuk dari Arminianisme (seperti Adam Clarke), menafsirkan bahwa hanya tanah yang menghasilkan buahlah (tanah golongan IV) yang menunjuk kepada orang kristen yang sejati.
Dalam debat terbuka di Jakarta, pada waktu Steven Liauw mengatakan bahwa tanah berbatu juga adalah orang kristen yang sejati yang lalu murtad, jelas ia hanya memaksakan pandangannya ke dalam Alkitab! Sepanjang yang saya tahu tidak ada penafsir yang waras yang menafsirkan seperti itu!
7. Sekalipun buah merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus, tak berarti bahwa kita tak perlu berusaha untuk mengeluarkan buah.
Calvin: “We ought to labor, no doubt, to pull out the thorns; but as our utmost exertion will never succeed so well, but that there will always be some remaining behind, let each of us endeavor, at least, to deaden them, that they may not hinder the fruit of the word.” [= Tak diragukan bahwa kita harus berjerih payah, mencabut semak duri; tetapi karena pengerahan tenaga kita yang sepenuhnya tidak akan pernah berhasil dengan begitu baik, dan di sana selalu ada beberapa yang tersisa, hendaklah setiap kita berusaha, setidaknya, untuk mematikan / mengurangi mereka, sehingga mereka tidak bisa menghalangi buah dari firman.].
Matius 20:20-28 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’ (24) Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. (25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Catatan: bagian yang saya beri warna merah menunjukkan bahwa kedudukan / pahala di surga sudah ditetapkan. Jadi jelas bahwa banyak sedikitnya buah dari setiap orang Kristen juga sudah ditetapkan.
Tetapi dalam bagian yang saya beri warna biru Yesus menunjukkan bahwa ada hal-hal yang tetap harus dilakukan untuk bisa mendapat tempat tinggi di surga!
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa sekalipun theologia Reformed mempercayai penetapan Allah, yang pasti terjadi, tetapi tidak membuang tanggung jawab manusia! Kedua hal itu bukan bertentangan tetapi saling melengkapi.
8. Tingkat-tingkat keberbuahan.
The Biblical Illustrator: “As in the bad ground, the diversity was threefold - the wayside, the stony, and the thorny: - so in the good ground there is a like diversity - the fruit yielding some a hundredfold, some sixty, some thirty.” [= Seperti di tanah yang buruk, keberagaman terdiri dari tiga bagian - tanah tepi jalan, tanah berbatu, tanah bersemak duri: - maka di tanah yang baik di sana ada keberagaman yang serupa - buah yang dihasilkan ada yang 100 x lipat, ada yang 60 x lipat, ada yang 30 x lipat.].
Ironside: “There are degrees of fruitfulness, however. All do not give the same evidence of devotion to Christ and appreciation of the truth; and so the Lord speaks of those who bring forth some an hundredfold, others sixtyfold, and others only thirtyfold.” [= Tetapi ada tingkat-tingkat keberbuahan. Tidak semua memberikan bukti yang sama tentang pembaktian kepada Kristus dan penghargaan terhadap kebenaran; dan karena itu Tuhan berbicara tentang sebagian dari mereka yang mengeluarkan buah 100 x lipat, yang lain 60 x lipat, dan yang lain 30 x lipat.] - Libronix.
John F. MacArthur Jr.: “Believers differ in fruitbearing because they differ in commitment to obedience, but all are profusely fruitful.” [= Orang-orang percaya berbeda dalam pengeluaran buah karena mereka berbeda dalam komitmen pada ketaatan, tetapi semuanya berbuah banyak / berlimpah-limpah.] - Libronix.
Jadi, supaya berbuah lebih banyak, kita harus lebih berkomitmen dalam ketaatan.
3) Kesimpulan / hal-hal penting dari perumpamaan ini.
Adanya 4 golongan tanah ini sama sekali tidak cocok dengan doktrin Arminian yang mengatakan bahwa semua manusia sejak lahir sudah diberi prevenient grace, sehingga semua ada pada satu level, dan bisa percaya kalau saja ia mau! Perumpamaan ini jelas membedakan adanya 4 golongan tanah!
William Hendriksen: “One might speak of the unresponsive heart (verse 19), the impulsive heart (verses 20, 21), the preoccupied heart (verse 22), and the good, responsive, or well-prepared heart (verse 23).” [= Seseorang bisa berbicara tentang hati yang tidak tanggap (ayat 19), hati yang impulsif / menuruti dorongan hati (ayat 20-21), hati yang telah dipenuhi (ayat 22), dan hati yang baik, tanggap, atau disiapkan dengan baik (ayat 23).].
BACA JUGA: PERUMPAMAAN TENTANG PENABUR (LUKAS 8:4-8)
Calvin: “The general truth conveyed is, that the doctrine of the Gospel, when it is scattered like seed, is not everywhere fruitful; because it does not always meet with a fertile and well cultivated soil. He enumerates four kinds of hearers: the first of which do not receive the seed; the second appear, indeed, to receive it, but in such a manner that it does not take deep root; in the third, the corn is choked; and so there remains a fourth part, which produces fruit. ... indeed, where the word is sown, the produce of faith is not always alike, but is sometimes more abundant, and at other times more scanty. He only intended to warn us, that, in many persons, the seed of life is lost on account of various defects, in consequence of which it is either destroyed immediately, or it withers, or it gradually degenerates.” [= Kebenaran umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran dari Injil, pada waktu itu ditaburkan seperti benih, tidak dimana-mana / di semua tempat berbuah; karena benih itu tidak selalu bertemu dengan tanah yang subur dan sudah diolah dengan baik. Ia menyebutkan satu per satu empat jenis pendengar: Yang pertama tidak menerima benih; yang kedua memang kelihatannya menerimanya, tetapi dengan suatu cara sehingga itu tidak mempunyai akar yang dalam; dalam / pada yang ketiga, jagung / gandum itu dicekik; dan dengan demikian hanya tersisa seperempat bagian, yang menghasilkan buah. ... memang, dimana firman ditaburkan, hasil dari iman tidak selalu sama, tetapi kadang-kadang lebih berlimpah, dan kadang-kadang lebih sedikit. Ia hanya bermaksud untuk memperingatkan kita bahwa dalam banyak orang benih dari kehidupan hilang karena bermacam-macam cacat, dan konsekwensinya adalah bahwa benih itu segera dihancurkan atau benih itu layu, atau benih itu perlahan-lahan memburuk.].
The Bible Exposition Commentary: “It is shocking to realize that three fourths of the seed did not bear fruit. Jesus did not describe an age of great harvest, but one in which the Word would be rejected. He was not impressed with the ‘great multitudes’ that followed Him, for He knew that most of the people would not receive His Word within and bear fruit.” [= Merupakan sesuatu yang mengejutkan untuk menyadari bahwa ¾ dari benih tidak mengeluarkan buah. Yesus tidak menggambarkan suatu jaman dari panen yang besar, tetapi satu jaman dalam mana Firman akan ditolak. Ia tidak terkesan dengan ‘orang banyak’ yang mengikutiNya, karena Ia tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang itu tidak akan menerima FirmanNya di dalam dan mengeluarkan buah.].
Catatan: jelas bahwa bilangan ¾ itu tidak bisa dihurufiahkan. Tetapi memang bisa diartikan ‘sebagian besar’.
Bdk. 2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.
Nubuat ini pasti akan digenapi, dan menurut saya sudah digenapi, sekalipun mungkin belum sepenuhnya. Tetapi usahakanlah supaya jangan saudara yang menggenapi nubuat ini! Pada setiap saat, jadilah pendengar yang baik!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
EKSPOSISI MATIUS 13:1-23 (PERUMPAMAAN SEORANG PENABUR)
-AMIN-
The Bible Exposition Commentary: “It is shocking to realize that three fourths of the seed did not bear fruit. Jesus did not describe an age of great harvest, but one in which the Word would be rejected. He was not impressed with the ‘great multitudes’ that followed Him, for He knew that most of the people would not receive His Word within and bear fruit.” [= Merupakan sesuatu yang mengejutkan untuk menyadari bahwa ¾ dari benih tidak mengeluarkan buah. Yesus tidak menggambarkan suatu jaman dari panen yang besar, tetapi satu jaman dalam mana Firman akan ditolak. Ia tidak terkesan dengan ‘orang banyak’ yang mengikutiNya, karena Ia tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang itu tidak akan menerima FirmanNya di dalam dan mengeluarkan buah.].
Catatan: jelas bahwa bilangan ¾ itu tidak bisa dihurufiahkan. Tetapi memang bisa diartikan ‘sebagian besar’.
Bdk. 2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.
Nubuat ini pasti akan digenapi, dan menurut saya sudah digenapi, sekalipun mungkin belum sepenuhnya. Tetapi usahakanlah supaya jangan saudara yang menggenapi nubuat ini! Pada setiap saat, jadilah pendengar yang baik!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
EKSPOSISI MATIUS 13:1-23 (PERUMPAMAAN SEORANG PENABUR)
-AMIN-