HOAX ALKITAB TELAH DIPALSUKAN
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Meskipun tidak ada bukti historis yang valid bahwa orang Kristen telah memalsukan Alkitab, tuduhan bahwa Alkitab telah dipalsukan tidak akan pernah berhenti dilakukan oleh para openan Kekristenan. Dua isu utama yang dipakai untuk menyebarkan hoaks Alkitab telah dipalsukan adalah (1) terkait naskah/manuskrip asli Alkitab; dan (2) terkait hal-hal yang dituduh sebagai kontradiktif di dalam Alkitab.
gadget, otomotif, bisnis |
Namun sebaiknya orang Kristen tidak perlu dirisaukan dengan tuduhan tersebut. Ingatlah ini, kebenaran-kebenaran dalam Alkitab pasti akan dipertanyakan. Mengapa? Terlepas dari alasan rekayasa dan politis, kita harus mengingat bahwa manusia adalah makhluk rasional yang kritis dan memiliki kemampuan menganalisa segala sesuatu sebelum menerima kebenaran-kebenaran itu.
Karena itu tuduhan bahwa Alkitab telah dipalsukan seharusnya tidak dilihat sebagai rintangan tetapi sebagai peluang bagi Kekristenan untuk membuktikan secara rasional bahwa Alkitab itu benar dan satu-satunya kitab yang menuntun pada jalan kebenaran dan hidup di dalam Yesus Kristus. Dengan demikian, gugatan terhadap Alkitab justru memberikan peluang apologetis bagi orang Kristen.
Alkitab yang kita miliki saat ini tidak bisa dikatakan dipalsukan hanya karena sudah tidak ada lagi manuskrip aslinya. Apabila tuduhan seperti ini dipaksakan maka haruslah dipahami bahwa konsekuensi logisnya adalah tuduhan tersebut berlaku juga bagi Kitab Suci semua agama besar yang ada saat ini. Semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari manuskrip autograph dan sudah tidak memiliki manuskrip asli yang ditulis tangan pertama. Dengan lain kata, semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari naskah aslinya atau naskah salinan dari salinan dari naskah aslinya. Karena itu pertanyaan yang relevan bukanlah soal naskah asli Kitab Suci tetapi soal apakah naskah salinan-salinan itu bisa dipercaya atau tidak.
Berdasarkan ilmu kritik tekstual maka keakuratan Alkitab terjemahan modern yang kita miliki saat ini dapat diandalkan. Benar seperti apa yang dikatakan Profesor Paul Enns menjelaskan “Meskipun kita tidak memiliki manuskrip original baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, namun demikian kita memiliki teks Alkitab yang dapat dipercaya.” (Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised And Expanded, jilid 1 terj. Rahmiati Tanudjaya (Malang: Penerbit Literatur SAAT, 2014), 185.
Para pakar Alkitab, teologi dan kritik teks telah memastikan bahwa Perjanjian Baru yang direkontruksi (ditata ulang) berdasarkan naskah-naskah salinan yang ada menunjukkan 99,5 % keakuratannya dan Perjanjiam Lama sedikit lebih rendah namun tetap berada di angka 90 % keakuratanNya. (Klein, William W, Craig L. Blomberg & Robert L. Hubbard Jr. Introduction To Biblical Interpretation, terj. Timotius Lo. [Malang: Literatur Saat, 2012], 211-212).
Bahkan A.T. Robinson, seorang sarjana Yunani terkemuka menegaskan bahwa “kekuatiran kita sebenarnya terhadap kritikisme tekstual adalah sekitar seperseribu bagian dari keseluruhan teks, Perjanjian Baru yang kita miliki 99,9 persen adalah murni.” (Zacharian, Ravi & Norman Geisler. Who Made God? terj. Handy Hermanto [Bandung: Penerbit Pionir Jaya, 2009], 141).
Manuskrip salinan untuk Perjanjian Baru begitu melimpahnya yang tidak tersaingi jumlah dan umurnya oleh naskah apapun lainnya yaitu lebih dari 5.700 salinan manuskrip bahasa Yunani, belum termasuk ribuan salinan manuskrip dalam bahasa Latin dan bahasa lainnya.
Darell L. Bock dan Daniel B. Wallace, keduanya adalah professor riset Perjanjian Baru di Dallas Theological Seminary menjelaskan, “Sekitar 5.700 manuskrip Perjanjian Baru Yunani diketahui ada. Jumlah sumber ini terus bertambah. Setiap dekade dan hampir setiap tahun, manuskrip baru ditemukan. Sementara itu, rata-rata tulisan penulis klasik ditemukan pada sekitar 20 manuskrip.
Perjanjian Baru—dalam manuskrip Yunani saja—melebihi angka ini hampir 300 kali lipat. Selain manuskrip Yunani, ada bahasa Latin, Koptik, Siria, Armenia, Gotik, Georgia, Arab, dan banyak versi Perjanjian Baru lainnya. Manuskrip Latin berjumlah lebih dari 10.000. Semua mengatakan, Perjanjian Baru memiliki sekitar 1.000 lebih banyak jumlah manuskrip dari rata-rata tulisan penulis klasik lain.
Bahkan penulis terkenal—seperti Homer dan Herodotus—tidak dapat dibandingkan dengan jumlah salinan yang dimiliki oleh Perjanjian Baru. Homer, pada kenyataannya, adalah yang kedua jauh dalam hal manuskrip, namun hanya ada kurang dari 2.500 salinan Homer yang tersisa hari ini. Artinya, kritik teks Perjanjian Baru tidak kekurangan data! Kitai memiliki banyak data untuk dikerjakan, ini memungkinkan kita untuk merekonstruksi kata-kata dari Perjanjian Baru yang asli di hampir setiap bagian. Dan di mana ada keraguan, masih ada kesaksian manuskrip. Kita tidak dibiarkan menduga-duga, tanpa bantuan dari dokumen-dokumen ini, di hampir semua bagian dalam Perjanjian Baru. (Bock, Darell L & Daniel B. Wallace. Dethroning Jesus: Exposing Popular Culture’ S Quest To Unseat The Biblical Christ [Nashville: Thomas Nelson, 2007],48-49).
Tepatlah seperti yang dijelaskan oleh professor Bruce M. Metzger dan Bart Ehrman, “Selain bukti tekstual yang berasal dari manuskrip Yunani Perjanjian Baru dan dari versi awal, kritikus tekstual telah menyediakan banyak kutipan tulisan suci yang disertakan dalam tafsiran, khotbah, dan risalah lain yang ditulis oleh para bapa Gereja awal.
Sungguh, begitu luasnya kutipan-kutipan ini sehingga jika semua sumber lain untuk pengetahuan kita tentang teks Perjanjian Baru dihancurkan, kutipan-kutipan itu saja sudah cukup untuk merekonstruksi secara praktis seluruh Perjanjian Baru”. (Metzger, Bruce M & Bart Ehrman. The Text of the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration. 4th edition [Oxford: Oxford University Press, 2005], 126).
Profesor Norman L. Geisler memberikan alasan mengapa kita saat ini dapat mempercayai kredibilitas Alkitab salinan yang kita miliki saat ini sebagai berikut: “Para ahli Alkitab sangat berhati-hati dalam bagaimana mereka menyalin Alkitab. Pengukuran keabsahan keseluruhan Alkitab telah dilakukan dalam beberapa cara.
Pertama, berkenaan dengan doktrin utama di dalam Alkitab, tidak ditemukan adanya kehilangan sedikit pun. Setiap kebenaran Kitab Suci dari teks aslinya telah dipertahankan dalam manuskrip Perjanjian Lama Ibrani dan Perjanjian Baru Yunani.
Kedua, kesalahan yang ada dalam penyalinan adalah dalam hal yang tidak terlalu signifikan, seperti angka-angka yang tidak mempengaruhi doktrin besar maupun kecil di dalam Alkitab. Biasanya kita mengetahui kesalahan-kesalahan ini menurut akal sehat teks, konteksnya, atau bagian-bagian lain untuk mengetahui yang mana yang benar.
Ketiga, tidak hanya 100 persen dari seluruh kebenaran utama dan berbagai kebenaran non utama dari Kitab Suci dipertahankan dalam manuskrip yang kita miliki (dan dalam terjemahan yang didasarkan kepadanya), namun lebih dari 99 persen dari teks aslinya dapat direkonstruksi ulang dari manuskrip yang kita miliki.
Ada 2 alasan mengenai hal ini. (1) Kita memiliki ribuan manuskrip, dan (2) kita memiliki manuskrip awal. Rentang waktu yang begitu dekat dengan teks aslinya dan banyak salinan dari manuskrip yang ada membuat para sarjana tekstual dapat merekonstruksi teks aslinya secara akurat dengan lebih dari 99 persen keakuratan.” (Who Made God, 140-41).
Karena itu, berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, para pembaca Alkitab versi terjemahan modern tidak perlu meragukan keakuratan versi terjemahan ataupun mencurigai Alkitab telah dipalsukan. Jadi sekali lagi perlu ditegaskan bahwa Alkitab yang kita miliki saat ini adalah salinan dari dokumen yang diilhami dan dijamin akurasinya. Dengan demikian Alkitab yang kita miliki saat ini dapat dipercaya keakuratannya karena disalin secara absah dari naskah aslinya.
Perlu diketahui, memang ada banyak kesulitan-kesulitan atau hal –hal yang sukar dipahami di dalam Alkitab. Tetapi sukar atau sulit tidak sama dengan kesalahan atau kekeliruan Alkitab. Ahli filsafat dan pakar teologi Norman Geisler mendaftarkan sejumlah 800 hal yang dianggap kontradiksi Alkitab oleh para kritikus dalam bukunya yang berjudul The Big Book of Bible Difficulties: Clear and Concise Answer From Genesis to Revelation, dan ia menunjukkan bahwa tidak satupun diantaranyanya terbukti benar.
Baca Juga: 4 Sifat Alkitab
Apa yang dianggap kesalahan dan kontradiksi oleh para kritikus sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi. Kontradiksi tidak dapat dijelaskan dan melanggar hukum logika, tetapi kesulitan, misteri dan paradoksi tidak melanggar hukum logika. Kesulitan bisa dicari solusinya. Misteri adalah hal-hal yang belum ditemukan jawabannya tetapi suatu saat pada masa yang akan datang akan disingkapkan dan ditemukan jawabannya. Paradoksi bukanlah kontradiksi! Kontradiksi tidak dapat dijelaskan, sedangkan paradoksi dapat dijelaskan. Paradoksi sepertinya bertentangan tetapi bila dicermati maka akan ditemukan penjelasannya.
Karena itu Augustinus (sebagaimana dikutip oleh Norman L. Geisler) memberikan pernyataan yang tegas mengenai situasi ini, “Jika kita bingung karena adanya hal-hal yang kelihatannya bertolak belakang di dalam Alkitab, kita tidak boleh berkata, pengarang kitab ini salah, tetapi bisa jadi (1) manuskrip atau salinan naskah kunonya yang cacat, atau (2) penerjemahannya keliru, atau (3) kita memang belum mengerti”. (Geisler, Norman & David Geisler. Convensational Evangelism: Bagaimana Mendengar dan Berbicara Agar Anda Didengar, terj. C. Krismariana & Elisabth Candra [Yogyakarta: Penerbit Yayaan Gloria: 2010], 255). https://teologiareformed.blogspot.com/