2 ASPEK PENGUDUSAN
Pdt. Samuel T. Gunawan, MTh.
Kata Ibrani Qadesh mengandung dua pengertian yaitu menyediakan dan cemerlang. Yang pertama menekankan kekudusan atau penyucian dalam arti posisi, status, yang kemudian diterjemahkan dalam arti dipisahkan dan diasingkan atau disucikan untuk suatu penggunaan khusus.
Kata Ibrani Qadesh mengandung dua pengertian yaitu menyediakan dan cemerlang. Yang pertama menekankan kekudusan atau penyucian dalam arti posisi, status, yang kemudian diterjemahkan dalam arti dipisahkan dan diasingkan atau disucikan untuk suatu penggunaan khusus.
gadget, otomotif, bisnis |
Sedangkan arti kedua mengarah kepada pengertian dalam bahasa Yunani Hagiamos yang berarti menjadikan suci, bersih atau menahbiskan. Kata ini menekankan penggunaan berkaitan dengan keadaan atau proses yang terjadi di dalam batin secara berangsur-angsur menghasilkan kemurnian, kebenaran moral dan pemikiran suci yang dinyatakan dalam perbuatan.
Dengan demikian pengudusan didefinisikan sebagai pemisahan atau diasingkannya seseorang bagi suatu pelayanan yang kudus. Dalam hubungannya dengan keselamatan, pengudusan berarti Allah memisahkan atau mengasingkan seseorang yang percaya kepada Kristus dari sifat jahatnya supaya menjadi murni dipakai melayani bagi kemuliaan-Nya.
Alkitab menunjukkan 2 (dua) aspek pengudusan yang dihubungkan dengan waktu pengudusan, yaitu:
(1) Pengudusan posisi, yang disebut juga pengudusan Judikal yang terjadi secara seketika pada saat kelahiran kembali oleh Roh Kudus (1 Korintus 1:2; 6:11; Ibrani 2:11). Pengudusan ini merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan merupakan pengalaman subjektif orang percaya. Dalam hal ini kekudusan Kristus diperhitungkan kepada seseorang pada saat ia percaya. Ia disebut kudus karena telah dipisahkan dengan cara ditempatkan di dalam Kristus. Kedudukannya tersebut adalah kedudukan yang sempurna di hadapan Allah. Kristus telah menjadi pengudusan baginya (1 Korintus 1:30; Ibrani 10:10).
(2) Pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif dan merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus. Pengudusan progresif ini berhubungan dengan tingkah laku karena itu disebut juga aspek subjektif dari pengudusan. Jadi pengudusan dapat dilihat sebagai seketika dan juga sebagai proses.
Itulah sebabnya orang percaya, setelah dikuduskan (seketika) harus hidup dalam kehidupan yang kudus setiap hari (Roma 6:19,22; 1 Tesalonika 4:7; 5:23; 1 Timotius 2:15; Ibrani 10:14; 12:14; 2 Petrus 3:18). Namun, pengudusan akhir dan lengkap, yang merupakan pengudusan penyempurnaan bagi orang percaya akan terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali. Pada saat itu segala Ketidaksempurnaan kita dan kehadiran dosa dihapuskan dari hidup orang percaya (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).
Baca Juga: Pengudusan Sebagai Bukti Pembenaran Kita
Baca Juga: Pengudusan Sebagai Bukti Pembenaran Kita
Penting untuk memperhatikan bahwa pengudusan bukan berarti harus tanpa dosa. Sama seperti pembenaran bukan berarti orang percaya harus benar dalam semua yang dilakukannya, demikian juga pengudusan bukan berarti orang percaya harus suci dalam semua yang dilakukannya. Paulus menulis surat kepada orang-orang Korintus sebagai orang-orang kudus, namun jika seseorang membaca surat tersebut ia akan terkejut melihat betapa berdosanya orang-orang kudus tersebut.
Kenyataan ini kelihatannya seperti kontradiksi, tetapi Sebenarnya tidak demikian apabila kita memperhatikan dua aspek berbeda dari pengudusan seperti yang disebutkan di atas, yaitu pengudusan seketika dan pengudusan sebagai proses yang terjadi terus menerus. Seseorang yang percaya kepada Kristus dikuduskan oleh darah Kristus (Yohanes 1:7) dan firman (Yohanes 17:17) dengan iman (Kisah 26:18), mengakibatkan perubahan pada pikiran yang terlihat dalam sikap dan perbuatan baik