KELAHIRAN KRISTUS YANG AJAIB (LUKAS 1:30-33)

Pada Lukas 1:30-33 kita akan menyelidiki keajaiban dari kelahiran Kristus yaitu keajaiban Kristus yang lahir itu.

Di dalam Lukas 1:31, malaikat Tuhan berkata kepada Maria, ibu Yesus, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” 
KELAHIRAN KRISTUS YANG AJAIB (LUKAS 1:30-33)
Ketika Kristus hendak dilahirkan melalui Maria, malaikat Tuhan memerintahkan Maria untuk menamai bayi yang akan dilahirkannya itu dengan nama Yesus. Apa arti Yesus? Dalam bahasa Yunani, teks ini adalah Ἰησοῦν (Iēsoun) yang merupakan kata benda berfungsi sebagai objek langsung (akusatif), maskulin, dan jamak dari kata Ἰησοῦς (Iēsous).

Di dalam LXX (Septuaginta), kata ini merupakan terjemahan Yunani dari kata Ibrani:יְהוֹשֻׁ֙עַ֙ (yehôšûa‘ atau yühôšùª`) atau bentuk nama yang kemudian: יֵשׁ֙וּעַ (yēšûa‘ atau yēšûª`) dan pemakaian kata ini merujuk pada: Yosua, anak Nun (Keluaran 17:9 dst; Bilangan 11:28; dll), imam besar Yosua (Hag. 1:1; Zak. 3:1), dan orang Lewi yang bernama Yesua (2Tawarikh 31:15).

Kata yang berasal dari kata Ibrani ini berarti Yahweh (Tuhan) menolong atau Tuhan itu keselamatan (bdk. tafsiran Philo, filsuf Yahudi yang juga menguasai filsafat Yunani: σωτηρία κυρίου—sōtēria kuriou. Dari studi kata singkat ini, kita melihat bahwa ketika Yesus Kristus lahir, Ia sudah dipersiapkan sebuah nama yang agung yaitu Allah itu keselamatan.

Jika Buddha berarti orang yang mendapat pencerahan akan kebenaran, maka Yesus berarti Tuhan itu keselamatan (atau bisa ditafsirkan: Kebenaran). Yesus Kristus disebut keselamatan dari Allah yang sanggup menyelamatkan manusia dari dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Selanjutnya, di Lukas 1: 32, malaikat itu berkata lagi, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.” Dalam teks Yunani, tidak ditemukan kata “Allah”, karena kata Yunani yang dipakai: υἱὸς ὑψίστου (huios hypsistou), di mana υἱὸς (huios) berarti anak dan kata ὑψίστου (hupsistou) yang merupakan kata sifat, berfungsi sebagai kepemilikan (genitif) dari kata ὑψίστος (hupsistos) ini berarti Tertinggi.

Young’s Literal Translation (YLT) menerjemahkannya, “Son of the Highest” (Anak yang Mahatinggi). Meskipun tidak ada kata “Allah” di dalam teks Yunani, namun Mahatinggi tentu identik dengan Allah itu sendiri. Dengan kata lain, Yesus Kristus selain sebagai Keselamatan dari Allah, Ia juga adalah Anak Allah yang tentu juga berarti Allah itu sendiri.

Jangan berpikir Anak Allah itu bukan Allah atau lebih rendah derajatnya dari Allah. Allah Trinitas adalah 3 pribadi Allah yang setara dalam hakikat, namun berbeda dalam peran. Inilah yang saya sebut sebagai kelahiran yang ajaib, karena Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia.

Lalu, apa bedanya dengan Buddha? Bukankah Buddha juga mengklaim turun dari sorga mengunjungi manusia dengan meminjam rahim ratu Maya? Ingatlah, Buddha tidak pernah mengklaim sebagai Tuhan apalagi percaya pada Tuhan yang berpribadi. Di dalam Buddhisme, meski beberapa dari mereka percaya adanya Tuhan, mereka percaya pada Tuhan yang tidak berpribadi, sehingga segala sesuatu di dalam hidup ini bergantung pada hukum alam.

Dan lagi, Buddha sendiri mengklaim sebagai orang yang menemukan sumber kebenaran dan itu berarti dia bukan Kebenaran (Truth) itu sendiri. Dari sini, jelas tidak bisa disamakan antara kelahiran Yesus Kristus yang adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia dengan kelahiran Buddha yang hanya seorang yang menemukan kebenaran sejati yang menjelma menjadi manusia.

Bukan hanya tidak bisa disamakan, kelahiran Kristus jauh lebih ajaib dari kelahiran Buddha, karena Kristus adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia tanpa meninggalkan natur Ilahinya, sedangkan Buddha bukan Tuhan. Dibandingkan dengan Muhammad yang hanya disebut utusan Tuhan yang terakhir, Yesus Kristus bukan hanya sekadar utusan/nabi Allah, tetapi Anak Allah yang juga adalah Allah sendiri.

Kemudian, malaikat itu berkata kepada Maria, “Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Lukas 1:32b-33)

Selain sebagai keselamatan dari Allah dan Allah itu sendiri, Yesus juga disebut sebagai raja yang berkuasa bahkan Kerajaan-Nya itu bersifat selama-lamanya atau tidak akan berkesudahan. Kata “tidak berkesudahan” dalam teks Yunaninya οὐκ τέλος (ouk telos) yang berarti tidak ada akhirnya.

Di sini, kita melihat keunggulan Yesus dibandingkan dengan Buddha. Jika Buddha hanya disebut orang yang menemukan kebenaran ultimat dan akhirnya dia meninggal (meskipun para penganutnya berkata bahwa Buddha itu bukan hanya Siddharta Gautama, tetapi herannya, mereka tidak pernah menyebut Buddha itu Tuhan). Sedangkan Yesus Kristus adalah Allah yang berkuasa sebagai Raja dan kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Artinya, kerajaan Kristus bukanlah kerajaan dunia yang sementara yang dapat musnah suatu saat, tetapi kerajaan yang berlangsung selama-lamanya.

Baca Juga: Kelahiran Dari Perawan (Lukas 1:26-38)

Biarlah melalui renungan singkat ini dari Injil Lukas 1:30-33, kita disadarkan betapa ajaib dan agungnya kelahiran Kristus dibandingkan dengan kelahiran para pendiri agama lain. Hendaklah hal ini tidak membuat kita sombong, lalu menghina agama lain, tetapi justru membakar semangat kita untuk memberitakan Injil kepada mereka yang belum menerima Kristus.

Biarlah Natal tahun ini bukan menjadi Natal rutinitas yang selalu dipenuhi dengan ornamen-ornamen pohon Natal, sinterklas, khotbah-khotbah yang “dangkal” (meskipun tidak semuanya salah) seperti: “damai dengan sesama”, dll, tetapi dipenuhi dengan semangat mengerti Kristus yang lahir sambil memberitakan inti Natal ini kepada banyak orang khususnya yang belum mengenal Kristus. Sudahkah hati kita dikobarkan oleh Kristus yang lahir? Amin. -Denny Teguh Sutandio
Next Post Previous Post