AMSAL 1:20-33 (HUKUMAN BAGI ORANG BERDOSA YANG KERAS KEPALA)
Matthew Henry (1662 – 1714)
----------------------------
BAHASAN : AMSAL 1:20-33.
NASIHAT-NASIHAT HIKMAT; HUKUMAN BAGI ORANG-ORANG BERDOSA YANG KERAS KEPALA.
----------------------------
BAHASAN : AMSAL 1:20-33.
NASIHAT-NASIHAT HIKMAT; HUKUMAN BAGI ORANG-ORANG BERDOSA YANG KERAS KEPALA.
Salomo, setelah menunjukkan betapa berbahayanya mendengarkan godaan-godaan Iblis, di sini menunjukkan betapa berbahayanya tidak mendengarkan panggilan-panggilan Allah, yang akan kita sesali selama-lamanya jika kita mengabaikannya.
Amatilah:
[I]. Melalui siapa Allah berseru-seru kepada kita melalui hikmat.
Hikmatlah yang berseru nyaring di jalan-jalan. Kata yang digunakan di sini adalah kata jamak, yaitu hikmat-hikmat, sebab, sama seperti ada hikmat tak terbatas pada Allah, demikian pula ada pelbagai ragam hikmat Allah (Efesus 3:10). Allah berbicara kepada anak-anak manusia melalui berbagai macam hikmat, dan, sama seperti dalam setiap kehendak Allah ada hikmat kebijaksanaan, demikian pula dalam setiap perkataan-Nya.
1). Pengertian manusia adalah hikmat, terang dan hukum alam, kekuatan dan kemampuan-kemampuan akal budi, dan tuntutan hati nurani (Ayub 38:36). Melalui hal-hal ini Allah berbicara kepada anak-anak manusia, dan beperkara dengan mereka. Roh manusia adalah pelita TUHAN. Ke mana pun manusia pergi, mereka dapat mendengar suara di belakang mereka yang berkata, “Inilah jalannya.” Suara hati nurani adalah suara Allah, yang tidak selamanya pelan dan samar-samar, tetapi adakalanya berseru-seru.
2. Pemerintahan negara adalah hikmat. Pemerintahan itu adalah ketetapan Allah. Para hakim adalah wakil-wakil-Nya. Allah melalui Daud telah berkata kepada pembual-pembual: “Jangan membual ” (Mazmur 75:5). Di depan pintu-pintu gerbang, dan di atas tembok-tembok (KJV: di pusat-pusat keramaian – pen.), di mana terdapat lembaga-lembaga pengadilan, para hakim, sang hikmat bangsa, berseru kepada orang-orang fasik, dalam nama Allah, untuk bertobat dan memperbaharui diri.
3. Pewahyuan ilahi adalah hikmat. Setiap katanya, setiap hukumnya, adalah bijaksana sebagaimana hikmat itu sendiri. Melalui firman tertulis, melalui hukum Musa, yang memperhadapkan kepada kita berkat dan kutuk, melalui mulut para imam yang menjaga pengetahuan, melalui hamba-hamba-Nya para nabi, dan semua hamba dari firman tertulis ini, Allah menyatakan pikiran-Nya kepada orang-orang berdosa, dan memberi mereka peringatan dengan sejelas-jelasnya seperti yang diserukan orang di jalan-jalan atau di pengadilan-pengadilan. Allah, di dalam firman-Nya, tidak hanya membuka kasus, tetapi juga memperkarakannya dengan anak-anak manusia. Marilah, baiklah kita beperkara! (Yesaya 1:18).
4. Kristus sendiri adalah Hikmat, Segala Hikmat, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan Dia merupakan pusat dari semua pewahyuan ilahi. Dia bukan saja Sang Hikmat hakiki, melainkan juga Sang Firman kekal, yang melalui-Nya Allah berbicara kepada kita, dan yang kepada-Nya Allah telah menyerahkan seluruh penghakiman. Oleh karena itu, Dialah yang di sini berseru-seru kepada orang-orang berdosa dan juga menjatuhkan penghukuman kepada mereka. Dia menyebut diri-Nya sendiri Hikmat (Lukas 7:35).
[II]. Bagaimana Ia berseru-seru kepada kita, dan dengan cara apa?
1). Di hadapan semua orang, sehingga siapa bertelinga hendaklah ia mendengar, karena semua orang dipersilakan mengambil keuntungan dari apa yang dikatakan, dan merupakan kepentingan semua orang untuk mencamkannya. Aturan-aturan hikmat diberitakan di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan, bukan hanya di sekolah-sekolah, atau di istana-istana para raja, melainkan juga di atas tembok-tembok (Amsal 1: 21; KJV: di pusat-pusat keramaian – pen.), di tengah-tengah orang banyak yang lalu-lalang di depan pintu-pintu gerbang kota.
Sungguh menghibur jika kita menebarkan jala Injil di mana terdapat banyak ikan, dengan berharap bisa menjaring sebagiannya. Hal ini digenapi dalam diri Yesus Tuhan kita, yang mengajar secara terang-terangan di bait Allah, di tengah-tengah keramaian orang, dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi (Yohanes 18:20), dan meme-rintahkan hamba-hamba-Nya untuk memberitakan Injil-Nya dari atas atap rumah (Matius 10:27). Allah berfirman (Yesaya 45:19), tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi.Tidak ada kata dan tidak ada bahasa, di mana suara Hikmat tidak terdengar. Kebenaran tidak mencari sudut-sudut yang gelap, dan kebajikan tidak malu pada dirinya sendiri.
2. Dengan sangat menggugah perasaan. Hikmat berseru, dan lagi ia berseru-seru, seperti orang yang sungguh-sungguh. Yesus berdiri dan berseru. Ia memperdengarkan suara-Nya, mengucapkan kata-kata-Nya sejelas mungkin dan dengan penuh perasaan. Allah ingin didengar dan diperhatikan dengan baik-baik.
[III]. Apa panggilan Allah dan Kristus itu?
1. Ia menegur orang-orang berdosa atas kebodohan mereka dan kekerasan hati mereka untuk terus bersikap bodoh (Amsal 1:22).
Perhatikanlah:
(A). Siapa orang-orang yang di sini ditegur dan diperingatkan oleh Sang Hikmat. Secara umum, mereka adalah orang-orang yang tak berpengalaman (KJV: orang-orang naif – pen.), dan oleh sebab itu sudah sewajarnya direndahkan, orang-orang yang cinta kepada keadaan itu, dan oleh sebab itu sudah sewajarnya kita merasa putus asa dengan mereka. Namun kita harus menggunakan sarana anugerah bahkan terhadap orang-orang yang mempunyai sedikit pengharapan sekalipun, karena kita tidak tahu apa yang dapat diperbuat oleh anugerah ilahi. Tiga macam orang yang di sini diberikan seruan:
1) Orang yang tak berpengalaman yang mencintai keadaannya (KJV: orang naif yang mencintai kenaifan – pen.). Dosa adalah kenaifan, dan orang-orang berdosa adalah orang-orang yang naif. Mereka berbuat bodoh, sangat bodoh. Sangatlah buruk keadaan orang yang mencintai kenaifan, yang gemar akan gagasan-gagasan mereka yang naif tentang kebaikan dan kejahatan, dan akan prasangka-prasangka mereka yang naif melawan jalan-jalan Allah. Mereka ini merasa senang apabila berbuat naif, menghibur diri dalam keadaan mereka yang tertipu, dan memuji diri dalam kefasikan mereka sendiri.
2). Pencemooh yang gemar mencemooh – orang-orang sombong yang senang menjelek-jelekkan semua orang di sekeliling mereka, para pencemooh yang mengejek semua orang, dan mengolok-olok segala sesuatu yang mereka temui. Tetapi yang terutama dimaksudkan di sini adalah para pencemooh agama, para pendosa besar, yang tidak sudi tunduk kepada kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum Kristus, dan kepada teguran-teguran serta peringatan-peringatan firman-Nya, dan bangga dalam menghancurkan segala sesuatu yang suci dan sakral.
3). Orang bebal yang benci kepada pengetahuan. Tidak ada orang yang membenci pengetahuan kecuali orang bebal. Hanya orang-orang yang tidak memahami agama dengan benarlah yang menjadi musuh-musuh agama. Yang terburuk dari orang-orang bebal adalah mereka yang benci dididik dan diperbaharui, dan mempunyai kebencian yang berurat akar terhadap kesalehan yang sungguh-sungguh.
(B). Bagaimana teguran itu diungkapkan: “Berapa lama lagi kamu akan berbuat demikian?” Ini menyiratkan bahwa Allah di sorga menginginkan pertobatan dan pembaruan orang-orang berdosa, dan bukan kehancuran mereka, bahwa Ia amat tidak berkenan dengan kekerasan hati dan kelalaian mereka, bahwa Ia menunggu waktu untuk menunjukkan rahmat-Nya, dan mau beperkara dengan mereka.
2. Ia mengundang mereka untuk bertobat dan menjadi bijak (Amsal 1:23). Dalam hal ini,
(a). Perintahnya jelas: berpalinglah kamu kepada teguranku. Teguran-teguran yang diberikan kepada kita mengenai apa yang jahat tidak akan berguna sama sekali jika kita tidak berpaling dari yang jahat kepada yang baik. Karena untuk inilah teguran itu diberikan. Berpalinglah, yaitu, kembalilah waras, berpalinglah kepada Allah, berpalinglah kepada kewajibanmu, berpaling dan hiduplah.
(b). Janji-janji itu sangat membesarkan hati. Orang-orang yang mencintai kenaifan mendapati diri mereka berada dalam ketidakberdayaan moral untuk mengubah pikiran dan jalan mereka sendiri. Mereka tidak bisa berpaling dengan kuasa mereka sendiri. Untuk itu Allah menjawab, “Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu (KJV: Lihatlah, Aku hendak mencurahkan Roh-Ku kepadamu – pen.).
Tetapkan hatimu untuk melakukan apa yang kamu bisa, maka anugerah Allah akan tinggal di dalam dirimu, dan mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan untuk melakukan kebaikan yang, tanpa anugerah itu, tidak dapat kamu lakukan.” Tolonglah dirimu sendiri, maka Allah akan menolongmu. Ulurkanlah tanganmu yang lemah terkulai, maka Kristus akan menguatkan dan menyembuhkannya.
1). Pemberi anugerah ini adalah Roh, dan itu sudah dijanjikan: Aku akan mencurahkan Roh-Ku, seperti minyak, seperti air. Engkau akan dipenuhi Roh secara berkelimpahan, aliran-aliran air hidup (Yohanes 7:38). Bapa kita di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya .
2). Sarana anugerah ini adalah perkataan, yang, jika kita menerimanya dengan benar, akan membuat kita berpaling. Oleh sebab itu dijanjikan, “Aku akan memberitahukan perkataan-Ku kepadamu, bukan hanya mengatakannya kepadamu, tetapi juga memberitahukannya, memberikannya kepadamu untuk engkau pahami.” Perhatikanlah, anugerah khusus amat penting supaya orang bertobat dengan sungguh-sunguh dan tulus hati. Anugerah itu pasti akan diberikan kepada mereka yang dengan tulus mencarinya dan tunduk kepadanya.
3. Ia membacakan hukuman bagi orang-orang yang tetap bersikeras melawan semua sarana dan jalan dari anugerah ini. Hukuman itu besar dan amat mengerikan (Amsal 1:24-32). Hikmat, setelah memanggil orang-orang berdosa untuk berpaling, berhenti sejenak, untuk melihat apa dampak dari panggilan itu, ia memperhatikan dan mendengarkan; tetapi mereka tidak berkata dengan jujur! (Yeremia 8:6), dan oleh sebab itu ia melanjutkan dengan memberi tahu mereka apa akhir dari semua ini.
(a). Kejahatan itu dibacakan, dan ini amat membangkitkan murka Allah. Lihatlah karena hal apa hukuman akan diberikan pada hari penghakiman agung kepada orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat, maka engkau akan berkata bahwa mereka pantas mendapatkannya dan Tuhan itu benar dalam memberikannya. Pendeknya, kejahatan itu adalah menolak Kristus dan tawaran-tawaran anugerah-Nya, dan tidak mau tunduk kepada persyaratan-persyaratan Injil-Nya, yang akan menyelamatkan mereka baik dari kutuk hukum Allah maupun dari kekuasaan hukum dosa.
1). Kristus memanggil mereka, untuk memperingatkan mereka akan bahaya yang mengancam. Ia mengulurkan tangan-Nya untuk menawarkan belas kasihan kepada mereka, bahkan, untuk menolong mereka dari keadaan mereka yang menyengsarakan. Ia mengulurkan tangan-Nya untuk mereka pegang, tetapi mereka menolak dan tidak ada yang menghiraukan. Sebagian orang gegabah dan tidak pernah mencamkannya, atau memperhatikan apa yang dikatakan kepada mereka. Sementara sebagian yang lain mempunyai kemauan, namun, meskipun mereka tidak bisa tidak mendengarkan kehendak Kristus, mereka menyangkal-Nya dengan mentah-mentah, mereka menolak (Amsal 1:24).
Mereka mencintai kebodohan mereka, dan tidak mau menjadi bijak. Mereka keras kepala melawan semua cara yang diambil untuk merebut mereka kembali. Allah mengulurkan tangan-Nya dalam segala belas kasihan yang dikaruniakan kepada mereka, dan, apabila semua belas kasihan itu tidak berhasil memperbaiki mereka, maka semuanya sia-sia belaka. Mereka tidak memperhatikan pekerjaan-pekerjaan tangan-Nya sama seperti mereka tidak peduli terhadap pemberitaan-pemberitaan mulut-Nya.
2). Kristus menegur dan menasihati mereka, bukan hanya menegur mereka atas kesalahan yang mereka perbuat, tetapi juga menasihati mereka untuk berbuat lebih baik (itu merupakan teguran yang mendidik dan bukti akan kasih dan kehendak baik), tetapi mereka mengabaikan nasihat-Nya sebagai sesuatu yang tidak perlu didengar, dan tidak mau menerima teguran-Nya, seolah-olah mereka terlalu terhormat untuk ditegur oleh-Nya, dan seolah-olah mereka tidak pernah berbuat sesuatu yang pantas ditegur (Amsal 1:25).
Perkataan ini diulangi lagi (Amsal 1:30): “Mereka tidak mau menerima nasihat-Ku, malah menolaknya dengan hina. Mereka menyebut teguran sebagai celaan, dan melihatnya sebagai penghinaan (Yeremia 6:10). Bahkan, mereka menolak segala teguran-Ku, seolah-olah itu semua hanyalah gurauan dan tidak layak untuk diperhatikan.” Perhatikanlah, orang-orang yang sudah ditentukan untuk binasa adalah mereka yang tuli terhadap teguran dan nasihat baik.
3). Mereka didesak untuk tunduk kepada pemerintahan akal budi dan agama yang benar, tetapi mereka memberontak melawan keduanya.
Pertama, akal budi tidak akan mengatur mereka, sebab mereka benci kepada pengetahuan (Amsal 1:29), benci kepada terang kebenaran ilahi karena terang itu menampakkan perbuatan mereka yang jahat (Yohanes 3:20). Mereka benci diberi tahu suatu hal yang tidak tahan mereka dengar.
Kedua, agama tidak dapat mengatur mereka, sebab mereka tidak memilih takut akan TUHAN, tetapi memilih berjalan menuruti hati dan pandangan mereka. Mereka ditekankan untuk selalu menempatkan Allah di depan mereka, tetapi mereka lebih memilih membuang Dia dan rasa takut kepada-Nya di belakang mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak memilih takut akan TUHAN menunjukkan bahwa mereka tidak berpengetahuan.
(b). Hukuman diperdengarkan, dan hukuman itu sudah pasti menghancurkan. Orang-orang yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Allah pasti akan binasa di bawah murka dan kutukan-Nya, dan Injil sendiri tidak akan melegakan mereka. Mereka tidak mau mengambil keuntungan dari belas kasihan Allah ketika ditawarkan kepada mereka, dan oleh sebab itu sudah sewajarnya mereka jatuh sebagai korban dari keadilan-Nya. Ancaman-ancaman di sini akan mencapai kegenapannya pada hari penghakiman agung dan kesengsaraan kekal orang-orang yang tidak bertobat, yang sebagian tandanya sudah tampak dalam penghakiman-penghakiman sekarang.
1). Sekarang orang-orang berdosa berada dalam keadaan makmur dan aman. Mereka hidup dengan nyaman dan tidak ambil peduli dengan kesedihan. Tetapi:
Pertama, celaka mereka akan datang (Amsal 1:26). Sakit-penyakit akan datang, dan itu adalah penyakit-penyakit yang akan mereka sadari sebagai pertanda dan isyarat kematian. Masalah-masalah lain akan datang, dalam pikiran, dalam harta milik, yang akan meyakinkan mereka akan kebodohan mereka dalam menjauhkan diri dari Allah.
Kedua, celaka mereka akan membuat mereka sangat ketakutan. Ketakutan akan mencengkeram mereka, dan mereka sadar bahwa yang buruk akan bertambah buruk. Apabila penghakiman-penghakiman umum dinyatakan, orang-orang yang berdosa terkejut di Sion, orang-orang murtad diliputi kegentaran. Kematian menjadi raja kedahsyatan bagi mereka (Ayub. 15:21, dst.; Ayub. 18:11, dst.). Ketakutan ini akan senantiasa menyiksa mereka.
Ketiga, apa yang mereka takutkan itulah yang akan terjadi. Kedahsyatan akan datang kepada mereka (apa yang mereka takutkan akan menimpa mereka). Kedahsyatan itu akan datang seperti badai, seperti banjir besar yang menghanyutkan semua yang dilewatinya. Kedahsyatan itu akan menjadi celaka bagi mereka, celaka yang sejadi-jadinya. Celaka itu akan datang seperti angin puyuh, yang dengan tiba-tiba dan hebat menghalau pergi semua sekam.
Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau takut akan Allah, mengundang segala rasa takut akan hal-hal lain bagi diri mereka sendiri, dan mereka akan tersadar bahwa ketakutan-ketakutan mereka itu bukannya tanpa alasan.
Keempat, ketakutan mereka kemudian akan berubah menjadi keputusasaan: kesukaran dan kecemasan akan datang menimpa mereka, sebab, setelah jatuh ke dalam lubang yang mereka takuti, mereka tidak akan melihat jalan keluar (Amsal 1:27). Saul berseru (2 Samuel 1:9),“Kekejangan telah menyerang aku.” Di dalam neraka terdengar ratapan, tangisan, dan kertakkan gigi oleh karena kekejangan atau kesesakan, penderitaan dan kesesakan dari jiwa orang berdosa, sebagai akibat murka dan geram dari Allah yang benar (Roma 2:8-9).
2). Sekarang Allah mengasihani kebodohan mereka, tetapi nanti Ia akan menertawakan celaka mereka (Amsal 1:26): “Aku juga akan menertawakan kesusahanmu, sama seperti engkau telah menertawakan nasihatku.” Orang-orang yang mengolok-olok agama hanya akan menjadikan diri mereka sebagai bahan olokan di hadapan seluruh dunia. Orang-orang benar akan menertawakan mereka (Mazmur 52:8), sebab Allah sendiri akan berbuat demikian.
Di sini tersirat bahwa mereka selama-lamanya akan dijauhkan dari segala belas kasih Allah. Sudah begitu lama mereka berdosa melawan belas kasihan sehingga sekarang mereka kehilangan belas kasihan itu karena dosa mereka.Dia tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Bahkan, karena keadilan-Nya dipermuliakan dalam kehancuran mereka, Dia akan senang dengan kehancuran mereka itu, walaupun sebetulnya Dia lebih ingin mereka berbalik dan hidup. Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku.
3). Sekarang Allah siap mendengarkan doa-doa mereka dan menjumpai mereka dengan belas kasihan, jika saja mereka mau datang kepada-Nya untuk mendapatkan belas kasihan itu. Tetapi nanti pintu akan ditutup, dan mereka akan berseru dengan sia-sia (Amsal 1:28): “Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, Tuan, Tuan, bukakanlah kami pintu!, tetapi sayang sudah terlambat. Pada waktu itu dengan senang hati mereka ingin menerima belas kasihan yang sekarang ini mereka tolak dan remehkan. Tetapi mereka tidak akan Kujawab, karena, ketika aku memanggil, mereka tidak mau menjawab.” Pada saat itu satu-satunya jawaban yang akan mereka terima adalah, “Enyahlah dari hadapan-Ku, Aku tidak tahu kamu.”
Ini sudah terjadi pada sebagian orang bahkan di dalam kehidupan ini, seperti pada Saul, yang tidak dijawab Allah melalui Urim atau nabi-nabi. Akan tetapi, biasanya, selama hayat masih dikandung badan, masih ada tempat bagi doa dan harapan untuk berhasil, dan oleh sebab itu perkataan ini pasti merujuk pada keadilan yang tidak bisa diganggu gugat pada hari penghakiman agung. Pada waktu itu orang-orang yang menghina Allah akan bertekun mencari Dia (maksudnya, mencari dengan sungguh-sungguh), tetapi percuma saja. Mereka tidak akan menemukan Dia, karena mereka tidak mencari-Nya ketika Ia berkenan ditemui (Yesaya 55:6). Orang kaya di neraka mengajukan permohonan, tetapi ditolak.
4). Sekarang mereka bertekun di jalan mereka sendiri, dan gemar akan rencana-rencana mereka sendiri. Tetapi nanti mereka akan kekenyangan dengan itu semua (Amsal 1:31), sesuai dengan peribahasa Inggris, biarlah orang minum apa yang direbusnya sendiri. Mereka akan memakan buah perbuatan mereka. Upah mereka akan sesuai dengan pekerjaan mereka, dan, apa yang mereka pilih, itulah yang akan menimpa mereka (Galatia 6:7-8).
Perhatikanlah:
Pertama, di dalam dosa terkandung sesuatu yang secara alami cenderung mengarah pada kebinasaan (Yakobus 1:15). Orang-orang berdosa pasti akan sengsara jika mereka memakan buah perbuatan mereka.
Kedua, orang-orang yang binasa harus menyalahkan diri mereka sendiri, dan tidak bisa mempersalahkan orang lain. Itu adalah rencana mereka sendiri. Biarlah mereka bermegah di dalamnya. Allah lebih menyukai memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang (Yesaya 66:4).
5). Sekarang mereka menghargai diri mereka sendiri berdasarkan kemakmuran duniawi. Tetapi nanti hal itu akan memperberat kehancuran mereka (Amsal 1:32).
Pertama, sekarang mereka bangga bahwa mereka dapat berpaling dari Allah dan melepaskan diri dari kekangan-kekangan agama. Tetapi hal itu justru akan membunuh mereka, kenangan akan hal itu akan menusuk hati mereka.
Kedua, sekarang mereka bangga akan rasa aman dan hawa nafsu mereka. Tetapi kenyamanan orang yang tak berpengalaman (begitu arti tersiratnya) akan membunuh mereka. Semakin aman mereka, semakin pasti dan semakin mengerikan kehancuran mereka nantinya.
Kemakmuran orang bebal akan membantu membinasakan mereka, dengan membuat mereka besar kepala, melekatkan hati mereka kepada dunia, membakar mereka dengan berbagai hawa nafsu, dan mengeraskan hati mereka di dalam jalan-jalan mereka yang jahat.
4. Salomo menutup pasal ini dengan jaminan keamanan dan kebahagiaan bagi semua orang yang tunduk kepada didikan-didikan hikmat (Amsal 1:33): “Siapa mendengarkan aku, dan mau diatur olehku, ia akan,
(a). “Aman. Ia akan tinggal dalam perlindungan khusus Sorga, sehingga tidak akan ada yang benar-benar menyakitinya.”
(b). “Ia akan tenang, dan tidak akan mempunyai kekhawatiran-kekhawatiran yang menggelisahkan akan bahaya yang mengancam. Ia tidak saja akan aman dari malapetaka, tetapi juga terlindung dari pada kedahsyatannya.”
Sekalipun bumi berubah, mereka tidak akan takut. Maukah kita aman dari malapetaka, dan terlindung dari kedahsyatannya? Biarlah agama senantiasa mengatur kita dan firman Allah menjadi penasihat kita. Itulah cara untuk tinggal dengan aman di dunia ini, dan terlindung dari kedahsyatan malapetaka di dunia lain.?