Gadis-gadis Bijaksana Dan yang Bodoh : Matius 25:1-13

Pada Injil Matius pasal 25:1-13 kita melihat bagaimana dalam nas ini perumpamaan yang diajarkan memberitahukan dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Sifat dalam perumpamaan ini berbeda

Sifat gadis-gadis yang ada dalam perumpamaan ini adalah bahwa lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Jika kita memperhatikan antara golongan kekristenan kita yang memiliki pengakuan iman dan golongan kepercayaan yang sama pun dalam sifat-sifat mereka berbeda dalam pandangan Allah. 
Gadis-gadis Bijaksana Dan Bodoh : Matius 25:1-13
Orang-orang Kristen yang tulus adalah gadis-gadis yang bijaksana, sedangkan orang-orang munafik adalah gadis-gadis yang bodoh. “Dalam perumpamaan lain, orang-orang ini diibaratkan seperti orang-orang bijaksana dan bodoh yang mendirikan rumah. Perhatikanlah, mereka memang benar-benar bijaksana atau bodoh dalam hal mengurus kehidupan mereka. Agama yang sejati adalah kebijaksanaan yang sejati”.

Dosa merupakan kebodohan, khususnya dosa kemunafikan, karena kebanyakan dari orang-orang yang sungguh bodoh adalah mereka yang menganggap diri sendiri bijak, dan mereka ini sungguh penuh dengan kemunafikan, karena berlaku seolah-olah orang jujur. Kita melihat karena jumlah gadis yang bijaksana sama dengan gadis yang bodoh, beberapa orang mengamati betapa Kristus sangat memperhatikan hal ini, seolah-olah Ia berharap bahwa jumlah orang percaya yang sejati mendekati jumlah orang munafik karena dalam kehidupan di Dunia ini penuh dengan kemunafikan, atau setidaknya Ia mau mengajar kita untuk mengharapkan yang terbaik bagi orang-orang percaya. 

Bermurah hati dan penuh kasih merupakan hal-hal yang baik bagi mereka. Dalam menilai diri sendiri, kita harus ingat bahwa sulit untuk mendapatkannya karena tidak mudah bagi kita untuk melaluinya tetapi kita harus ingat bahwa pemimpin keselamatan kita membawa banyak orang kepada kemuliaan.

Kebijaksanaan membawa kehidupan

Bagaimana kebijaksanaan dapat membawa seseorang kepada kehidupan? Mari kita melihat dalam hal ini:

Pertama, kebodohan yang dilakukan gadis-gadis bodoh itu adalah, mereka membawa pelitanya. tetapi tidak membawa minyak (Matius 25:3). 

Mereka hanya memiliki cukup minyak untuk membuat pelita mereka menyala sesaat, tetapi berpura-pura seolah-olah mereka menunjukkan bahwa mereka ingin menyongsong mempelai laki-laki, tetapi mereka tidak berpikir akan memiliki minyak dalam buli-buli mereka sebagai cadangan untuk ditambahkan ke dalam pelita mereka seandainya mempelai laki-laki itu tertunda kedatangannya seperti dalam perumpamaan. 

Seperti itulah orang-orang munafik itu. Mereka tidak mempunyai pegangan yang kokoh dalam hati mereka. Mereka memiliki pelita tetapi tidak menyediakan kebutuhan akan minyak selanjutnya. Selain itu mereka tidak memiliki pengetahuan yang sehat, sikap yang berakar dalam, dan ketetapan hati yang mantap di dalam hati mereka, yaitu hal-hal yang diperlukan untuk membawa mereka melewati perjalanan hidup dan pencobaan zaman sekarang. Mereka bertindak di bawah pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak mengandung kehidupan Rohani. Seperti halnya seorang pedagang yang mencoba mulai berusaha dagangannya tanpa memiliki persediaan barang yang mau didagangkan

Kedua, mereka tidak memiliki pertimbangan tentang apa yang akan terjadi dan juga tidak memikirkan masa depan. Mereka membawa pelita hanya untuk dipamerkan pada saat sekarang, tetapi tidak membawa minyak sebagai persediaan. Ketidak pedulian rnenjadi kehancuran dalam kehidupan banyak orang percaya. 

Semua perhatian mereka hanya tertuju untuk memuji diri sendiri di hadapan sesama yang sekarang berhubungan dengan mereka, dan bukan untuk membuat diri mereka berkenan di hadapan Kristus dengan merendahkan dirinya maupun hati mereka. Segala sesuatu dipandang akan beres dan baik-baik saja nanti bila keadaan saat kini juga sudah beres

Akhirnya kita dapat melihat sifat gadis-gadis yang bijaksana di mana mereka membawa pelita pergi dan juga kepergian mereka membawa minyak dalam buli-buli mereka (Matius 25:4). Mereka memiliki dasar pegangan yang baik di dalam hati mereka, yang akan memelihara dan menjaga pengakuan iman mereka. 

Sebaliknya kita melihat bagaimana dengan kehidupan seperti gadis-gadis yang bodoh mereka pergi membawa pelita mereka masing-masing tetapi mereka dengan kebijaksanaan mereka yang sia-sia (seperti yang penulis Amsal katakana) tidak menyiapkan segala sesuatunya dengan baik dan bijaksana, sehingga kalau kita melihat bagaimana pada akhirnya mereka mendapatkan hal yang setimpal dengan apa yang sudah mereka lakukan

Makna “gadis-gadis yang bijaksana”.

Jika kita melihat semua gadis-gadis tersebut mempunyai pelita yang menyala. Perbedaan yang utamanya ada pada siapa yang membawa persediaan minyak dan siapa yang tidak ada membawa minyak. Gadis-gadis yang bijaksana membawa persediaan minyak sedangkan yang bodoh tidak. 

Mengapa demikian? karena kalau kita melihat bahwa membawa persediaan minyak berarti menambah biaya, lebih dari itu mereka akan membebani diri mereka sendiri karena tangan yang satu membawa pelita sedangkan tangan yang lain membawa persediaan minyaknya. Di lain pihak, gadis-gadis yang bodoh mempunyai satu tangan yang tidak terpakai. Artinya tangan tersebut bebas untuk melakukan pekerjaan apa saja, karena mereka berpikir tidak perlu untuk membawa minyak lebih cukup dengan minyak yang ada

Gadis-gadis ini adalah orang-orang percaya termaksud kekristenan zaman sekarang ini. Dan kalau kita melihat, tugas gadis-gadis ini adalah menyongsong kedatangan mempelai laki-laki, sebuah tugas yang sangat membahagiakan dalam satu tradisi pernikahan, Mereka datang untuk bersiap siaga melayani mempelai laki-laki itu ketika ia muncul. 

Perhatikan sifat Kekristenan di sini. Jadi siapakah yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini sebagai gadis-gadis yang bijaksana? pernyataan Erick Chan dalam artikelnya menyatakan bahwa ‘‘gadis bijaksana yang dimaksudkan dalam Injil Matius adalah mereka (orang-orang percaya zaman sekarang) yang dengan kesiapan mereka telah siap menyongsong kedatangan sang mempelai laki-laki (Yesus Kristus) dengan keyakinan mereka dalam iman’’. Lalu bagaimana dengan kelima gadis-gadis yang lainnya?

Makna “gadis-gadis yang bodoh”.

Dalam perumpamaan ini berkata: ‘‘gadis-gadis yang bodoh membawa pelitanya tapi tidak membawa bekal minyak‘‘, dalam hal Ini tidak berarti pelitanya tidak diisi minyak. Mereka memiliki minyak dalam pelitanya namun tidak membawa persediaan yang lebih untuk pelitanya. Sebaliknya, lima gadis yang bijaksana tadi masing-masing membawa persediaan minyak dalam buli-buli mereka (Matius 25:4). 

Pada waktu mempelai laki-laki terlambat datang, mereka semua tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah orang berseru, “mempelai datang! Songsonglah dia!“ Gadis-gadis itu pun bangun dan mereka segera membereskan pelita mereka. Para gadis-gadis yang bodoh berkata kepada yang gadis-gadis yang bijaksana, “Berikanlah kami sebagian dari minyakmu agar pelita kami tidak padam“, Lalu gadis-gadis yang bijaksana menjawab, “Jangan, nanti persediaan minyak kami tidak cukup. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan membelinya“

Waktu gadis-gadis yang bodoh sedang pergi membeli, datanglah mempelai itu dan gadis-gadis bijaksana yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian baru datanglah gadis-gadis yang bodoh itu dan berkata: “Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu“. Tetapi tua itu sendiri menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Aku tidak mengenal kamu“.

Jadi kalau kita melihat penjelasan di atas, seperti yang dikatakan dalam bukunya Grorge Eldon “yang dimaksudkan dengan perumpamaan gadis-gadis yang bodoh di sini adalah kehidupan orang-orang Kristen di zaman sekarang yang mengaku percaya, tetapi hidup tanpa iman yang teguh. Mereka percaya tetapi percaya hanya dengan mulut saja tidak dengan hati dalam pengharapan di dalam Kristus“

Relevansi perumpamaan dalam iman kekristenan saat ini.

Sering kali kita orang Kristen mengerjakan sesuatu yang menurut orang Kristen lainnya dianggap berlebihan atau tidak perlu karena pemikiran dimiliki yaitu kita sudah punya pelita dan minyak, untuk apa lagi mesti bersusah-susah membawa persediaan? Bukankah hal itu menambah beban dan biaya? Belum lagi repotnya membawa barang itu. Berapa kali pikiran tersebut terlintas dalam benak kita waktu melihat orang lain melakukan sesuatu yang lebih dari kita? Mungkin kita berpikir Perlukah itu? Jadi bagaimana relevansinya ? berikut beberapa yang perlu kita lihat :

Bersiaplah untuk kedatangannya yang kedua kali

Kita harus memiliki kesiapan waktu Yesus datang. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Ia datang (Matius 24:42). Bagaimana tindakan kita? Kita tidak dapat berjaga-jaga kalau kita tertidur, tapi Anda dapat berjaga-jaga dengan selalu dalam keadaan siap. Perumpamaan ini juga mengatakan bahwa hanya mereka yang telah siap sedia diperbolehkan masuk ke perjamuan kawin (Matius 25:10). Para gadis yang bijaksana telah siap bukan dengan tidak tertidur, tapi mereka siap karena mempunyai persediaan minyak yang ekstra.

Sekarang, segala sesuatunya bergantung pada apakah yang dilambangkan dengan persediaan minyak di sini. Kita biasanya membaca buku-buku tentang lambang-lambang Roh Kudus, dengan begitu saja kita dapat berpikir bahwa minyak di sini menunjuk kepada Roh Kudus. Tetapi dalam perumpamaan ini kita tidak dapat mengalegoriskan pernyataan minyak dengan Roh Kudus. Mengapa minyak di sini tidak menunjuk kepada Roh Kudus?

Pertama, bila minyak digunakan untuk melambangkan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru, minyak itu tidak pernah minyak yang dipakai untuk pelita tetapi minyak urapan. Referensi kepada Roh Kudus dapat dilihat kita lihat dalam 1 Yohanes 2:27 di mana disebutkan sebagai “pengurapan” yang menunjuk kepada minyak urapan. Minyak ini adalah sejenis wewangian yang dipersiapkan untuk upacara pengurapan; bukan yang digunakan untuk menyalakan pelita. 

Referensi lain yang mungkin menyatakan kepada Roh Kudus juga terdapat dalam Ibrani 1:9 di mana disebutkan “...mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan.” Sekali lagi kita mempelajari bahwa jika minyak dilambangkan sebagai Roh Kudus, pemakaiannya selalu untuk urapan dan bukan minyak untuk pelita

Kedua, minyak ini tidak memiliki hubungan sama sekali dengan lambang atau kepenuhan Roh Kudus. Bukan para gadis yang dipenuhi dengan minyak, tetapi pelita merekalah yang dipenuhi dengan minyak. Jika kita berbicara tentang dipenuhi Roh Kudus dalam pengertian minyak di sini, maka akan timbul kesalahan dalam pengertian menyeluruh dari perumpamaan ini. Yang dipenuhi minyak di sini adalah pelita mereka dan bukanlah para gadis-gadis itu. Jadi, bagaimana pengertian dipenuhi Roh Kudus dapat diterapkan ke dalam perumpamaan ini? Dan di relevansikan dalam kehidupan kita orang percaya?

Ketiga, hal penting di sini bukan pada pelita-pelita itu yang dipenuhi dengan minyak. Yang penting adalah persediaan minyak yang dibawa gadis-gadis itu, ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemenuhan pelita. Tidak masuk akal jika kita mengatakan persediaan minyak ini diartikan sebagai kepenuhan Roh Kudus. “Penting untuk kita mengetahui bagaimana pelita pada zaman dahulu. 

Pada umumnya, sebuah pelita berbentuk seperti tongkat di mana di atasnya terpasang sebuah mangkuk yang terbuat dari perunggu atau besi biasanya disebut dengan istilah obor. Di dalam mangkuk ini ada sepotong kain atau tali panjang yang berfungsi sebagai sumbu. Sebagian dari sumbu ini dicelupkan ke dalam minyak yang ditampung di dalam mangkuk tersebut dan kita menyalakannya seperti pelita minyak. 

Pada saat api mulai dinyalakan, ujung sumbu tersebut akan terbakar karena minyak yang disalurkan melalui batang tali atau kain tersebut. Jika terang pelitanya mulai meredup, bagian sumbu yang hangus terbakar harus dipotong sehingga bagian yang baru dapat menghasilkan cahaya yang lebih terang. Ketika para gadis yang bodoh mulai memotong sumbu yang hangus tersebut, mereka sadar bahwa minyak di dalam pelitanya mulai menipis.

Mereka memang belum kehabisan minyak. Tetapi, waktu itu mereka mulai kehabisan minyak”. Pelita mereka terus menyala saat mereka tertidur dan juga sebelumnya. Waktu mereka terbangun karena mendengar suara penghulu, mereka bersiap-siap membuat agar pelitanya menyala lebih terang. Di waktu itu barulah mereka menyadari bahwa minyak di pelita sudah hampir habis.

Hidup untuk zaman yang akan datang

Banyak orang Kristen tidak begitu peduli dengan hidup setelah kematian. Mereka tidak menyerahkan seluruh perkara ini kepada Tuhan. Sebaliknya mereka selalu berkata tidak apa-apa, dan tugas saya sekarang hanyalah mengurus hal-hal yang ada di zaman ini. Banyak yang berpikir pergi ke gereja untuk menyelesaikan masalah. Datang beribadah hanya untuk formalitasnya saja sebagai orang yang dipandang beragama, tetapi tidak pernah sadar akan zaman sesudahnya yang akan datang yaitu zaman di mana akan adanya kehidupan yang kekal dan kematian yang kekal

Semua pemikiran kita berpusat pada hidup untuk masa sekarang ini tidak kepada masa yang akan datang. Masa yang akan datang itu terletak jauh dari kenyataan hidup sekarang ini, Masa depan di mana kita akan bangkit dari kematian di mana kita memasuki masa kekekalan entah di kehidupan atau kematian, Semuanya ini masih terlalu jauh untuk dipikirkan. 

Berapa banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh memikirkan tentang kehidupan ini? Apakah kita memikirkan hal-hal itu? Jika kita hanyalah orang Kristen biasa-biasa saja, kita tidak akan memikirkan hal-hal tersebut. Semua yang kita pikirkan adalah yang berhubungan dengan masa sekarang ini karena bermegah bahwa kita adalah orang Kristen yang realistis

Kita adalah orang Kristen duniawi yang sama sekali tidak membuat persiapan untuk hari esok. Lalu apa yang akan terjadi nanti? Orang Kristen yang sungguh berpikir hidup untuk mendapatkan kekekalan, dia memiliki masa depan dengan pemikiran yang pas. Terlebih lagi, dia memiliki hidup yang kekal. Dan pikirannya akan selalu tertuju kepada masa akan datang. 

Sayang sekali banyak orang Kristen yang belum memiliki masa depan. Bagi mereka, masa depan merupakan sesuatu yang kabur dan tidak memiliki kepastian. Beberapa ahli filsafat mengatakan hidup yang kita miliki hanya ada di masa sekarang ini. Mereka menambahkan pula untuk menikmati hidup ini sebaik-baiknya seakan-akan tiada hari esok lagi karena mereka sendiri tidak tahu dengan pasti

Namun sebagai orang yang beriman, kita bukan saja tahu masa depan tapi juga siap untuk menghadapinya. Di sinilah letak perbedaan manusia Allah. Tuhan berkata betapa pentingnya memperoleh kekayaan di Surga. Dari mana kita tahu apakah kita ada masa depan atau tidak? Semuanya itu tergantung pada kerohanian Anda. 

Dengan kata lain, Alkitab berkata jika seorang Kristen meninggal, hasil pekerjaannya akan mengikuti mereka. Sama seperti persediaan minyak yang dibawa itu tidak dipakai pada masa sekarang. Mereka belum memerlukannya karena mereka masih memiliki minyak yang cukup. Persediaan itu baru digunakan waktu mereka terbangun dari tidurnya saat kedatangan Tuhan tiba. Di waktu itu persediaan minyak sudah tersedia.

Siapa yang masuk di dalamnya

Pesan yang terkandung dalam perumpamaan ini menjadi unik karena berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab di pengajaran Yesus yang lainnya. Perumpamaan ini bukan satu lagi perumpamaan tentang selalu berjaga-jaga, jangan tertidur; pada kenyataannya 10 gadis tersebut malahan semuanya tertidur. Perumpamaan ini juga bukan hanya mengajarkan kita untuk berhati-hati dan berjaga-jaga. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang perintah yang jelas dan tepat bahwa hanya mereka yang telah membuat persiapan untuk masa yang akan datang yang diperbolehkan masuk dalam perjamuan kawin

Persiapan apakah yang telah kita buat untuk menyambut masa depan? Apakah kita sudah menyiapkan sesuatu? Bagaimana keadaan sekitar ketika waktunya nanti tiba? Apakah yang akan kita persiapkan untuk masuk ke Kerajaan Surga nanti? Pentingkah kita mempunyai persiapan untuk kehidupan yang di sana? Jika kita adalah warganegara surgawi, seperti kata Rasul Paulus, maka sudahkah kita mempunyai persiapan di sana? Apakah kita akan menjadi orang terbuang setibanya di sana? Banyak orang Kristen berpandangan bahwa asalkan masuk ke Kerajaan Surga sudah bagus walaupun dalam keadaan tidak ada apa-apa. Pokoknya yang penting sudah masuk ke Surga.

Yesus tahu bahwa banyak orang hanya peduli untuk masuk ke Surga saja. Melalui perumpamaan ini, Yesus berusaha menjelaskan bahwa kita tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya, jika pada waktu hidup kita tidak membuat persiapan untuk zaman yang akan datang. Dengan kata lain, hanya orang yang rohani yang akan diselamatkan pada akhirnya, bukan orang yang masih hidup dalam daging. Kita harus menjadi orang Kristen yang rohani untuk bisa diselamatkan. Pokok yang dimaksudkan oleh Yesus sesungguhnya sangat menantang kita.

Iman apakah yang kita miliki?

Kita lihat lebih mendalam tentang para gadis yang bodoh itu. Pelita mereka tetap menyala sampai akhirnya mulai meredup. Kemudian mereka menemukan bahwa mereka sudah mulai kehabisan minyak. Setelah itu, pelita mereka sudah mulai padam. Bayangkan jika kita seolah-olah dapat mempertahankan keselamatan kita hingga ke kebangkitan namun setelah itu menyadari bahwa kita tidak memiliki iman yang dapat membawa kita ke dalam Kerajaan Allah. Tidakkah ini hal yang sangat tragis.

Para gadis yang bodoh itu merupakan sebuah contoh bagi orang-orang yang mengalami nasib yang seperti itu yaitu mereka yang tidak mempersiapkan dirinya. Ketika mereka akan memasuki perjamuan kawin, mereka mendapatkan bahwa pintunya telah tertutup. Pintu sudah terkunci dan mereka berada di luar. Mereka berteriak-teriak sambil menggedor pintu keras-keras, "Tuanku, Tuanku, bukakan kami pintu!" (Matius 25:11). 

Perhatikan mereka tetap memanggil Dia "Tuan." Seorang yang bukan Kristen tidak akan memanggil Yesus "Tuan (Lord)." Tetapi, jawaban Tuannya sungguh menakutkan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Aku tidak mengenal kamu." (Matius 25:12), “inilah pernyataan penolakan, para gadis yang bodoh itu tidak dapat masuk ke dalam perjamuan kawin, yang dalam hal ini melambangkan Kerajaan Allah (Matius 7:23)

Jadi, perumpamaan ini dalam kehidupan kekristenan zaman sekarang? Kita melihat bahwa ke sepuluh gadis ini mewakili orang-orang Kristen. Ke sepuluh gadis ini mewakili kita semua Anda dan saya, sebagai orang Kristen maka pelita kita telah menyala. Seperti yang dikatakan Yesus, tidak ada seorang pun yang menyalakan pelita dan meletakkannya di bawah gantang dan jika Anda menyalakan pelita, maka pelita tersebut harus bercahaya (Matius 5:15, Yesaya 62:1.). Di dalam Alkitab, pelita sering kali dijadikan sebagai lambang keselamatan. Di dalam berbicara tentang pelita keselamatan yang menyala dan keselamatan bangsa Israel itu seperti sebuah pelita yang bercahaya.

Pelita juga dipakai untuk melambangkan Firman dari Tuhan. Dalam Mazmur “firman-Mu itu Pelita bagi kaki-Ku dan terang bagi jalan ku“, Firman dari Tuhan itu diumpamakan dengan sebuah pelita. Dalam Amsal 6:23, “perintah dan ajaran Tuhan adalah seperti pelita yang menyala”. Di dalam perumpamaan ini terang rohani atau keselamatan dilambangkan sebagai sebuah pelita yang telah dinyalakan, dan Amsal 13:9 dengan persis mengatakan tentang “Terang orang benar bercahaya gemilang, sedangkan pelita orang fasik akan padam

Orang bijaksana adalah mereka yang mempunyai persiapan untuk hari yang akan datang. Orang yang bodoh, sebaliknya, tidak mempedulikan hal itu. Mereka cukup puas dengan keadaan mereka sekarang ini, sampai akhirnya kita melihat perbedaan antara orang yang berpikiran rohani dan orang yang berpikiran duniawi. Bagi orang-orang yang demikian, zaman yang akan datang adalah suatu bayangan yang kabur dan tidak realistis, sehingga di sinilah kita melihat iman yang sebenarnya mulai terlihat. Sudahkah memiliki masa depan itu dalam iman atau belum? Atau sebaliknya mautkah yang menjadi pengakhiran nanti?

Melalui gadis-gadis bijaksana ini, kita melihat bagaimana persiapan yang seharusnya dibuat untuk menyongsong kedatangan mempelai laki-laki. Perhatikanlah, karena sifat kematian yang selalu datang dengan tiba-tiba, maka bahkan mereka yang telah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menyongsong kematian itu pun harus tetap berusaha sebaik mungkin agar mereka benar-benar siap, supaya mereka kedapatan dalam perdamaian dengan Dia (2 Petrus 3:14), didapati melakukan tugas (Matius 24:46), dan tidak kedapatan telanjang (2 Korintus 5:3). 

Hari itu akan menjadi hari penyelidikan dan pemeriksaan, dan karena itu kita harus peduli memikirkan bagaimana keadaan kita nanti. Ketika kita melihat hari itu semakin mendekat, kita harus mengarahkan diri dengan sungguh-sungguh pada soal kematian kita, memperbarui pertobatan kita terhadap dosa, kesepakatan kita terhadap perjanjian, perpisahan kita dengan dunia ini, dan jiwa kita harus keluar menuju Allah dengan kerinduan yang pantas.

Melalui gadis-gadis yang bodoh ini. perumpamaan ini menunjukkan betapa sia-sianya keyakinan yang berlebihan itu, betapa sia -sianya mereka menyombongkan bahwa keadaan mereka baik dan bahwa mereka telah siap bagi dunia lain. Perhatikanlah, bahkan anugerah yang palsu pun akan dipakai orang untuk pamer diri ketika sedang menghadapi kematian, seperti yang telah biasa mereka lakukan sepanjang kehidupan mereka, Harapan orang munafik akan menyala terang menjelang kematian mereka, seperti kilat sebelum kematian

KESIMPULAN

Bagaimanakah sikap orang-orang Kristen dalam hal ini? Sebagian besar mereka hanya peduli dengan masa sekarang ini. Di dalam perumpamaan, para gadis yang bodoh itu hanya cukup mempedulikan pelitanya menyala untuk masa sekarang saja. Mereka tidak pernah khawatir atau berusaha sama sekali. Persediaan minyak yang mereka miliki memang cukup untuk masa sekarang ini (selama waktu mereka hidup), tetapi persediaan ini tidak akan cukup bagi zaman yang akan datang. Inilah maksud dari perumpamaan ini. 


Banyak orang Kristen tidak begitu peduli dengan hidup setelah kematian. Bagi mereka seluruh perkara perkara itu ada di tanpa Tuhan. Bagi mereka ungkapan yang sering mereka gunakan adalah “saya adalah orang yang sudah percaya, saya beriman kepada Yesus jadi sudah pasti saya masuk surga. Dan tugas saya sekarang hanyalah mengurus hal-hal di zaman ini, hidup dalam pengajaran gereja”.

Di sini kita melihat perbedaan antara orang yang berpikiran rohani dan orang yang berpikiran duniawi. Orang yang berpikiran rohani karena imannya, berpikir bahwa masa/zaman yang akan datang adalah kenyataan hidup yang sebenarnya, sedangkan bagi orang yang berpikiran duniawi hanya tertarik untuk memikirkan masa hidup yang sekarang ini walaupun mereka mengakui dirinya juga sebagai orang Kristen. 

Bagi mereka zaman yang akan datang adalah suatu bayangan yang kabur dan tidak realistis. Di sinilah iman kita yang sebenarnya mulai terlihat. Sudahkah kita memiliki pemikiran untuk masa depan atau sudahkah kita bersiap-siap dan berjaga-jaga seperti halnya lima gadis-gadis yang bijaksana? Atau sebaliknya akankah kita hidup seperti lima gadis-gadis yang bodoh?. Arianto , Marfy Simatauw
Next Post Previous Post