Pengakuan Yesus Kristus Tidak Langsung : Keilahian Yang Tersembunyi

Bukti Keilahian Yesus Kristus Menurut Injil : 11 Pengakuan Yesus Kristus Tidak Langsung : Keilahian Yang Tersembunyi

Pendahuluan

Bukan saja Yesus secara langsung mengklaim sebagai Allah, tetapi Ia membuat banyak pernyataan yang secara tidak langsung tersirat keilahian-Nya. Yesus tidak hanya mengaku sebagai Allah tetapi juga memberikan banyak bukti meyakinkan bahwa Ia memang ilahi. Dalam banyak kesempatan Yesus mengakui keilahian-Nya secara tidak langsung. Bagaimana kemudian Yesus secara implisit mengklaim keilahian-Nya, dan apa yang dinyatakan oleh klaim-Nya?
Pengakuan Yesus Kristus Tidak Langsung : Keilahian Yang Tersembunyi
1. Yesus Kristus Menghakimi Umat Manusia

Yesus mengklaim mengetahui pikiran-pikiran, sifat batiniah, kemunafikan manusia (Matius 9: 4; 12:25; 22:18). Karena itu Ia menubuatkan bahwa Ia akan menghakimi umat manusia pada hari terakhir (Matius 7: 22-23). Ia akan mengirim malaikat-malaikat-Nya untuk menyingkirkan penjahat dari dalam kerajaan-Nya (13:41) dan memberi upah kepada setiap orang sesuai dengan apa yang telah dia lakukan (Matius 16:27).

Pada hari penghakiman Ia akan memanggil bangsa-bangsa di hadapan takhta-Nya dan Ia akan memisahkan seorang dari seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Kepada yang di sebelah kanan-Nya, Ia berkata: “…terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (ay.34). Sebaliknya, kepada yang di sebelah kiri-Nya, Ia berkata: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (ay.41).

Hukuman bagi orang fasik ini hendak menyatakan bahwa hakikat hukuman mereka bukan sekadar pemisahan dari Allah tetapi pemisahan dari Yesus. Yesus melakukan hak yang hanya bisa dilakukan oleh Allah semata. Seperti yang tertulis di dalam Mazmur 75:7, ”Tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” Dengan demikian, berarti Yesus adalah Allah. Dia adalah Hakim yang adil. Yesus memiliki kekuatan untuk menghukum seperti Allah (Matius 25: 31-46). Karena itu, sekali lagi, Yesus melakukan apa yang dilakukan dalam perumpamaan-Nya sendiri, dan dengan demikian secara implisit mengklaim keilahian-Nya.

2. Yesus Kristus Mengklaim Diri-Nya tidak Berdosa

Apabila Yesus itu hanyalah manusia biasa, maka Ia dapat berbuat kesalahan. Yesus bersaksi akan diri-Nya dengan berkata, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” Yesus menantang mereka yang mendakwa-Nya untuk membuktikan bahwa Dia berdosa. Tidak ada satu ayat pun di Alkitab yang menuliskan bahwa Yesus pernah memohon pengampunan atas dosa-dosa-Nya karena memang Dia tidak berdosa.

Yudas pun setelah mengkhianati Yesus menyadari dan sangat menyesal karena ia telah “menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Matius 27:3–4). Sebagai tambahan, selain Injil-Injil, para rasul bersaksi bahwa Yesus tidak berdosa, “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya” (1 Petrus 2:22).

Rasul Yohanes juga mengatakan, “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa” (1 Yohanes 3:5). Paulus juga memberi kesaksian tentang ketidakberdosaan Yesus, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:21). Semua musuh-Nya yang berusaha mengajukan tuduhan agar dapat membuktikan kesalahan-Nya tidak berhasil (Markus 14:55–56).

3. Yesus Kristus dapat Mengampuni Dosa

Dengan jelas Ia menyatakan diri-Nya dapat mengampuni dosa—seluruh dosa manusia (Lukas 5:20). Tentu saja orang-orang Yahudi melancarkan protes terhadap klaim-Nya dengan mengatakan, ”Siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa, selain Allah sendiri?” (Lukas 5:21). Yesus secara eksplisit dan terbuka mengampuni dosa pada dua kesempatan yang dicatat oleh Injil (Lukas 5: 17-26; 7: 36-50). Dia juga menentukan siapa yang mungkin dan siapa yang tidak diampuni (Lukas 18: 9-14). Pada yang pertama dari peristiwa-peristiwa ini Yesus menyembuhkan seorang lumpuh yang telah diturunkan melalui atap.

Yesus mengajar dan menyembuhkan orang-orang di sebuah rumah di Galilea (Lihat Markus 2; Lukas 5). Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat turut hadir di rumah itu. Beberapa teman seorang lumpuh membawanya kepada Yesus untuk disembuhkan. Bertekad untuk membawanya kepada Yesus tetapi dihalangi oleh orang banyak, mereka naik ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang lumpuh itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman pria dan teman-temannya, berkatalah Yesus: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni" (ay.20).

Pemikiran Yahudi berasumsi bahwa hanya pihak yang tersinggung yang dapat memaafkan dan melakukan pelanggaran. Lalu mengapa Yesus harus memaafkan pria yang tidak pernah Dia temui? Karena entah bagaimana orang lumpuh berdosa terhadap-Nya. Tetapi hanya Allah yang tersinggung oleh setiap dosa. Orang-orang Farisi memahami hal ini dan menyimpulkan: "Orang ini menghujat.

Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah saja?" (Matius 9: 3; Lukas 5:21). Yesus, mengetahui pikiran mereka, lalu Ia bertanya kepada mereka: "Mana yang lebih mudah: mengatakan, 'Dosamu sudah diampuni,' atau mengatakan: 'Bangunlah, dan berjalanlah?' Tetapi supaya kamu tahu, bahwa Anak Manusia memiliki kuasa di bumi untuk mengampuni dosa ... "Lalu Ia berkata kepada orang lumpuh itu," Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”(ay. 24). Kemudian atas perkataan Yesus, pria itu bangun dan pulang ke rumah.

Klaim Yesus dapat mengampuni dosa itu tersirat keilahian-Nya. Yesus mengaku sebagai Allah. Seperti yang dikemukakan John Stott: that Jesus' claims to forgive sins… imply his deity). Menurut Doriani tindakan Yesus mengampuni dosa dan menyembuhkan orang lumpuh, sebenarnya Ia mendeklarasikan keilahian-Nya. Ia adalah Allah. Ia mengaku sebagai Allah: So Jesus says, in effect, "I have forgiven him, I do claim to be God…” Bagaimana Yesus dapat mengetahui dosa-dosa seseorang (Markus 2:1-12), apalagi menawarkan pengampunan—seolah-olah Ia adalah Allah. Apakah Yesus berlaku sombong?

Yesus tidak berlaku sombong. Ia berkata benar. Inilah buktinya: “Supaya kamu tahu, bahwa Anak Manusia (Yesus) berkuasa mengampuni dosa ...”. Satu-satunya Pribadi yang memiliki hak untuk mengampuni dosa, yakni Allah sendiri. Jelas menurut hukum Yahudi, hanyalah Allahlah yang melakukannya, karena hanya Allahlah yang dapat mengampuni dosa. Karena perbuatan atau pengakuan Yesus ini, Dia dituduh telah menghujat Allah oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus dihukum mati karena telah mengakui hak prerogatif Allah.

Kuasa Yesus untuk mengampuni orang atas dosanya merupakan contoh yang sangat menakjubkan bahwa Ia menggunakan hak yang hanya dimiliki oleh Allah. Hanya Allah yang memiliki otoritas untuk mengampuni dosa. Yesus punya otoritas untuk mengampuni dosa. Karena itu, Yesus adalah Allah. Dengan mengampuni dosa orang ini, Yesus melakukan tindakan ilahi. Dia melakukan apa yang hanya Allah memiliki kemampuan dan wewenang untuk melakukannya. Haregraaff berkata: In doing so, He claimed a prerogative reserved for God alone.

Berkaitan dengan mukjizat menyembuhkan orang lumpuh, harus dibedakan dari mukjizat para rasul dan nabi di mana mereka tidak pernah melakukan dengan kekuatannya sendiri dan atas namanya sendiri. Sedangkan Yesus melakukannya atas otoritas-Nya sendiri dan nama-Nya sendiri. Ia berkata kepada orang lumpuh itu," Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Yesus melakukan mukjizat atas otoritas-Nya sendiri. Yesus mengotorisasi diri-Nya sendiri karena memang Dia adalah Allah.

4. Yesus Kristus Memberikan Hidup Kekal

Klaim ini terkait paling erat dengan Injil Yohanes. Yesus berkata: ”Aku adalah kebangkitan dan hidup. Siapa yang percaya kepada-Ku tidak akan mati” (Yohanes 11:25, band 1 Yohanes 5:11-12, ”Barang siapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barang siapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.” Itu berarti di dalam Yesus ada hidup. Juga di dalam Injil Sinoptik sangat jelas Yesus memang menawarkan kehidupan kekal kepada pemuda yang kaya itu jika ia menjual hartanya dan mengikuti-Nya, maka ia beroleh hidup kekal (Matius 10: 17-21; Matius 19: 16-21; Lukas 18: 18-22).

Pernyataan Yesus bahwa Ia menawarkan kehidupan kekal, hal itu memiliki implikasi bahwa mereka yang percaya kepada Yesus tidak akan mati karena mereka telah memasuki kehidupan kekal. Pernyataan tersebut berakar pada pemahaman yang yang diungkapkan dalam Yohanes 10: 33-38 di mana Yesus berkata “…bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Itu sebabnya orang-orang Yahudi hendak melempari Yesus dengan batu, sebab Ia dianggap menghujat Allah atau menyamakan diri-Nya dengan Allah.

5. Nasib Kekal Manusia Bergantung pada Respons terhadap Yesus

Kehidupan kekal diperoleh dengan cara datang kepada Yesus. Murid-murid-Nya harus mencintai-Nya lebih dari ayah atau ibu, putra atau putri, lebih dari hidup itu sendiri. Siapa pun yang tidak mau kehilangan nyawanya karena Kristus akan kehilangannya selamanya (Matius 10: 37-39; 16: 24-26; Lukas 14: 26-27; Markus 8: 34-38). Dengan ini Yesus memanggil orang untuk mencintai-Nya lebih dari siapa pun, untuk menaati perintah-perintah-Nya.

Jika mereka mengakui kesetiaan kepada-Nya, mereka akan hidup selamanya. Jika tidak, mereka akan mengalami murka Allah yang kekal. Jika orang biasa mengatakan hal-hal seperti itu, dia akan tampak seperti penghujat bagi orang gila. Tetapi setidaknya untuk pembaca yang simpatik mereka bergema sebagai panggilan untuk mengambil keputusan: untuk mengikuti Yesus, untuk meniru-Nya, kehilangan semua untuknya, dan untuk mendapatkan semua.

6. Yesus Kristus Mengklaim Perkataan-Nya Bersifat Kekal

Yesus menyatakan klaim bahwa perkataan-Nya kekal. Matius 5:18 Yesus berkata: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Kita bisa bandingkan kesaksian nabi Yesaya tentang sifat kekal firman Allah: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yesaya 40:8).

Yesus mengklaim bahwa kata-kata-Nya memiliki sifat kekal yang sama dengan milik Allah. Untuk kata-kata-Nya sendiri, Yesus mengajukan klaim yang serupa: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Matius 24:35). Jika perkataan Yesus sama kekalnya dengan perkataan Allah berarti Dia adalah Allah. ia mengklaim bahwa kata-katanya memiliki keabadian yang sama dengan milik Allah (Yesaya 40: 8). 

Nash menyatakan: Jika Yesus itu Allah, pengajaran-Nya bukanlah tebakan atau semata-mata hasil spekulasi manusia; perkataan Yesus adalah Firman Allah. Ini maksudnya bahwa memang benar-benar ada wahyu khusus ilahi di mana Allah menyatakan kebenaran-Nya kepada manusia. Selain itu, jika Yesus adalah Allah, kita memiliki lebih dari sekadar wahyu Allah dalam bahasa manusia. Allah telah menyatakan diri-Nya—pribadi-Nya, sifat-Nya, karakter-Nya—dalam cara hidup. Mengenal pengajaran Yesus berarti mengenal pengajaran Allah.

7. Yesus Mengidentifikasi Tindakan Terhadap Diri-Nya Sama dengan Tindakan Terhadap Allah

Klaim ini juga terkuat di dalam Injil Yohanes, Yesus mengklaim bahwa mengenal diri-Nya berarti mengenal Allah (Yohanes 8:19); melihat diri-Nya sama artinya melihat Allah (Yohanes 12:45; 14:7, 9); beriman kepada-Nya adalah sama artinya percaya kepada Allah (Yohanes 12:44; 14: 1); dan membenci-Nya adalah membenci Allah (Yohanes 15:23).

8. Yesus Menyatakan Diri-Nya adalah Terang Dunia

“'TUHAN adalah terangku dan keselamatanku…”, atau bahkan lebih khusus dalam Yesaya dalam konteks nubuat mesianis: “… TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu …” (Yesaya 60:19, 20). Sekali lagi, mengikuti nubuat tentang Mesias di dalam Yesaya 59:20 dan Yesaya 60: 1 secara jelas 'terang' itu menunjuk kepada Mesias, yakni Yesus disamakan dengan kemuliaan TUHAN (Yahwe).

Sangat instruktif untuk melihat bagaimana Yohanes dalam pengantar untuknya Surat pertama menggunakan julukan Allah yang sama dengan yang telah ia gunakan dalam ayat-ayat pembuka dari Injilnya tentang Anak yang berinkarnasi, yang ada di sana 'terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5).

Selanjutnya dikatakan di dalam ayat 9, “terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” Sedangkan dalam 1 Yohanes 1: 5, jelas dikatakan bahwa “…Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”. Yesus mengambil bagi diri-Nya gelar umum untuk Yahwe dalam Perjanjian Lama, di mana TUHAN (Yahwe) adalah terang dunia yang abadi. Hanya Allah yang menjadi terang dunia. Hanya Allah yang bisa memberikan cahaya kehidupan. Jadi, dengan kata lain, Yesus sedang mengklaim diri-Nya adalah Allah, terang dunia.

9. Yesus Mengambil Gelar TUHAN (Yahwe) bagi Diri-Nya

Sebagai contoh adalah gelar Gembala. Mazmur 23: 1 berkata: “TUHAN adalah gembalaku …”, dan di dalam Yehezkiel 34:15 dikatakan: “'Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku…demikianlah firman Tuhan ALLAH.” Penulis Injil Yohanes menunjukkan bahwa Yesus menggunakan gelar diri Allah ini dengan mengatakan: “Akulah gembala yang baik …” (Yohanes10:11, 14). Gembala yang baik menyerahkan nyawanya untuk domba-domba-Nya (Yohanes10:15).

Untuk meyakinkan lagi, bisa dibandingkan dengan pernyataan rasul Petrus yang memanggil Yesus sebagai ‘Gembala dan Penjaga jiwamu’ (1 Petrus 2:25), dan di dalam 1 Petrus 5:4, Yesus disebut “Gembala Agung”. Juga penulis surat Ibrani berbicara tentang Yesus sebagai Gembala Agung, ”…Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita” (Ibrani13:20). Tidak dapat disangkal lagi, bahwa Yesus adalah Allah. Dia adalah Gembala Agung.

Jelaslah bahwa nubuat itu menunjuk kepada Yesus. Itu berarti Yesus adalah Tuhan (Yahweh) yang datang ke dunia dengan menjelma menjadi manusia di dalam Yesus. Bahkan dalam perumpamaan-Nya, Yesus menyatakan bahwa Ia mempunyai fungsi yang hanya diperuntukkan bagi Yahwe di Perjanjian Lama, seperti menjadi Gembala (Lukas15; Yohanes 10:11-16).

Di dalam Yesaya 40:10-11 dikatakan: “Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Seperti seorang gembala ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.”

Tentang Yesaya 40:10-11, Robert R. Selvendran menyimpulkan dengan tepat bahwa nubuat itu menunjuk kepada Yesus dan telah digenapi di dalam diri Yesus. Dengan kata lain, ia hendak mengatakan bahwa Yesus adalah sama dengan Tuhan (Yahweh). Melihat Yesus berarti melihat Tuhan (Yahweh).

10. Yesus Disebut Immanuel dan Juru selamat

Dalam Matius 1:23 sebutan Imanuel jelas-jelas ditujukan kepada Yesus:” Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.” Nuban Timo mengatakan Sang Anak adalah Tuhan yang berinkarnasi—Ia adalah Imanuel, Tuhan di antara kita. Menarik suatu kesimpulan dari fakta-fakta dan menyadari bahwa Yesus itu adalah Imanuel, karena itu Yesus tentu juga Allah.

John Stott menegaskan bahwa transfer julukan—Allah dan teks—Allah dari Yahweh kepada Yesus mengindikasikan Yesus sebagai Allah, yang bisa menyelamatkan (Juru selamat) dan yang patut disembah. Menyembah Yesus, jika Dia bukan Allah, adalah pemujaan terhadap berhala; tidak menyembah Dia, jika Dia Allah, adalah murtad. Pendapat yang sama dikemukakan Selvendran sebagai berikut:

What reasonable conclusions can one draw from these testimonies of the Scriptures? It is clearly asserted by Yahweh Himself, the Eternal God who created the world, that He is the Saviour; and further, that there is no Saviour besides Him. Yet in the same Scriptures it is asserted positively, over and over again, that Jesus Christ is the Saviour (Luke 2:11; Acts 5:31; 13:23), and that He it is who shall save His people from their sins (Matt. 1:21; Acts 4:12). Now how can these testimonies be reconciled, unless Jesus Christ is also Yahweh? Yahweh says of Himself, ‘There is no Saviour besides Me’ – and of Jesus Christ it is said, He is the ‘Saviour of the world’ (John 4:42). Therefore, Jesus Christ must be Yahweh God or it is plain there must be a Saviour besides Yahweh, which is contrary to His repeated and most positive declaration.

Apa kesimpulan logis yang bisa ditarik seseorang dari kesaksian Alkitab ini? Jelas dinyatakan oleh Alkitab Yahweh adalah Juru selamat, dan Yesus disebut Juru selamat berarti Dia adalah Allah yang kekal yang menciptakan dunia, bahwa Dia adalah Juru selamat.

11. Yesus Kristus adalah Kekal

Yohanes berkata, ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Menjelaskan kata “pada mulanya…” di dalam Yohanes 1:1-3, menunjuk kepada permulaan dalam kekekalan, bukan permulaan dari waktu, bukan permulaan penciptaan. Mengapa demikian? Karena karya penciptaan baru disebutkan di dalam ayat kedua. Yesus sudah ada sejak kekekalan bersama Bapa, dan pada waktu berinkarnasi (dilahirkan) adalah sebagaimana Firman keluar.

Pada waktu Firman itu “keluar”, kita mengetahui ada yang menjadi “Sumber” dan “Yang keluar” dari Sumber itu. Firman keluar dari Tuhan; sebelum keluar Firman itu bersama-sama dengan Tuhan di dalam kekekalan, dan Firman itu juga adalah Tuhan. Selanjutnya di Yohanes 1: 2, dijelaskan dengan gamblang bahwa Firman itu adalah Yesus, sebab itu Yesus bersifat Ilahi. Dia adalah Allah.

Di sini memang kita melihat dua Pribadi, tetapi bukan dua Tuhan. Dalam ayat 3, juga ditegaskan kembali bahwa Firman yang keluar itu adalah yang menciptakan dunia dan segala sesuatu,” Segalanya dijadikan melalui Dia, dan dari segala yang ada, tak satu pun dijadikan tanpa Dia.” Kita bandingkan dengan Kolose 1:16, ”Sebab melalui Dialah Tuhan menciptakan segala sesuatu di surga dan di atas bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, termasuk juga segala roh yang berkuasa dan yang memerintah.

Seluruh alam ini diciptakan melalui Kristus dan untuk Kristus” (Kolose 1:16; BIS). Siapakah yang dapat menciptakan kecuali Allah sendiri? Hanya Allahlah yang dapat menciptakan! Jadi, kalau dikatakan Firman itu (Yesus) menciptakan segala sesuatu, berarti Yesus adalah Pencipta, dan bahwa Yesus ialah Allah. Kalau Yesus diciptakan oleh Allah, bagaimana kita menjelaskan kalimat “tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah dijadikan?” Yohanes 1:3 (band. Kolose 1:16).

Selanjutnya pada ayat 14, dikatakan: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita…” Kata “Firman” di sini adalah logos. Menurut D. Carson, ayat ini jelas mengimplikasikan adanya pra-eksistensi dan keilahian Yesus, di mana Yesus bersama dengan Bapa sebagai Pencipta dunia. Karena Logos (Firman) itu turun ke dunia menjadi manusia, maka Ia (Logos) itu pun diyakini pula telah mengenakan juga sifat kemanusiawian-Nya. Logos itu memiliki sifat ilahi dan sekaligus manusiawi. Karena Ia turun ke dunia, maka Ia (Yesus) pun diyakini pula telah mengenakan juga sifat kemanusiawiannya.

Tentang hubungan antara Bapa dan Anak dijelaskan Soedarmo sebagai berikut:

Sebutan ini menunjukkan kepada hubungan, yaitu Tuhan Bapa adalah Bapa, Tuhan Anak adalah Anak yang tunggal, jadi ada hubungan antara yang melahirkan dan yang dilahirkan. Akan tetapi hubungan ini tidak dapat kita pikirkan lebih lanjut sebab ‘lahir’ ini tidak dapat disamakan dengan ‘lahir’ dalam hidup manusia, oleh karena kedua pribadi, baik Bapa maupun Anak, adalah kekal.

Jadi, istilah Anak Allah tidak boleh dipahami dengan konsep manusia yang terbatas. Kalau dikataan Yesus adalah Anak Allah itu benar; Yesus adalah Allah, itu juga benar, sebab Anak Allah adalah Allah. Paul Enns menambahkan istilah dilahirkan berdasarkan Matius 1:20, dinyatakan dengan jelas bahwa Yesus dilahirkan dalam kemanusian-Nya bukan dalam keilahian-Nya.

Baca Juga: Pengakuan Langsung Yesus Kristus: Keilahian yang Menyinari Keyakinan Kristen

Yesus adalah Allah dari sejak kekekalan seperti yang dituliskan oleh Nabi Mika (Mikha.5:2), tetapi di Bethelem Ia mengambil natur tambahan, yaitu natur manusia. Roh Kudus berperan dalam kandungan Maria untuk menjamin ketidakberdosaan kemanusiaan Yesus. Dengan referensi pada kemanusiaan Yesus, maka istilah dilahirkan itu digunakan; kata itu tidak akan pernah digunakan dengan referensi pada keilahian-Nya.

Kesimpulan

Berdasarkan penyelidikan di dalam teks-teks keempat Injil, diperoleh kesimpulan bahwa klaim Yesus Kristus  sebagai Allah adalah benar sebagaimana yang dinyatakan di dalam Injil-Injil tersebut. Ia menegaskan keilahian-Nya dengan menjalankan fungsi-fungsi, dengan asumsi hak prerogatif, atau menerima penghormatan yang benar-benar hanya milik Allah saja. Pertanyaan tentang siapakah Yesus sebenarnya menurut Injil-Injil akhirnya terjawab bahwa Ia adalah Allah. Dia adalah manusia sejati dan sekaligus Allah sejati. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk menolak keilahian Yesus
Next Post Previous Post