Amsal 10:8-17 - Ciri-ciri Hikmat Dan Kebodohan

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : AMSAL 10:8-17 - CIRI-CIRI HIKMAT DAN KEBODOHAN.
Amsal 10:8-17 - Ciri-ciri Hikmat Dan Kebodohan
Amsal 10:8. “Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.”

Dalam Amsal 10:8 ini ditemukan:

1. Kehormatan dan kebahagiaan orang yang taat. Mereka akan memperhatikan perintah-perintah. 

Mereka akan memandang bahwa berada di bawah suatu kekuasaan, yang memberi mereka kesempatan berpikir dan menentukan pilihan bagi diri mereka sendiri, adalah suatu hak istimewa, dan sungguh-sungguh merupakan suatu penghiburan bagi mereka. Mereka juga beranggapan bahwa diberi tahu serta dinasihati tentang tugas mereka merupakan suatu anugerah. Inilah kebijaksanaan mereka. Barang siapa bijak hati, yaitu mereka yang mudah diatur, serta yang mau dibentuk dan dibengkokkan, akan berdiri teguh. Mereka akan menjadi makmur, karena mendapat nasihat yang baik.

2. Rasa malu dan kehancuran yang dialami orang-orang yang tidak taat, yang tidak mau diperintah atau memikul kuk apa pun, yang tidak mau diajar atau menerima nasihat apa pun. 

Mereka adalah orang-orang bodoh, karena bertindak melawan diri serta kepentingan mereka sendiri. Pada umumnya mereka adalah orang yang bodoh bicaranya, bodoh kata-katanya. Mereka banyak mulut, tetapi penuh dengan omong kosong. Mereka membual tentang diri mereka sendiri, meleter dengan kasar terhadap orang-orang yang menasihati mereka (3 Yohanes 10), dan berpura-pura menasihati serta mengajarkan hukum kepada orang lain.

Dari semua orang bodoh, tidak ada yang lebih menyusahkan atau menyingkapkan lebih banyak tentang diri mereka sendiri daripada orang yang bodoh bicaranya. Bahkan, mereka akan jatuh ke dalam dosa, ke dalam neraka, karena mereka tidak mau menerima perintah. Mereka yang banyak omong jarang waspada dengan kaki mereka, oleh karena itu mereka pun tersandung dan jatuh.

Amsal 10:9 -“Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.”

Di sini diceritakan, dan kita bisa meyakininya,

1). Bahwa kesetiaan seseorang untuk tetap teguh di jalannya akan membuatnya aman: siapa bersih kelakuannya terhadap Allah dan manusia, yaitu yang setia kepada keduanya, yang merencanakan seperti yang selayaknya ia lakukan, dan bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya, aman jalannya. Dia akan aman di dalam perlindungan ilahi serta merasa tenang di dalam rasa aman yang kudus. Dia menapaki jalannya dengan keberanian yang disertai kerendahan hati, bersenjata lengkap untuk melawan godaan-godaan Iblis, kesukaran dunia serta celaan manusia. Dia tahu di mana dirinya berpijak, petunjuk apa yang diikutinya, penjagaan seperti apa yang mengelilinginya dan kemuliaan seperti apa yang ditujunya. Karena itu, dia bisa berjalan terus dengan rasa yakin dan damai yang besar (Yesaya 32:17, 33:15-16).

Sebagian orang memahami bahwa berjalan dengan aman merupakan salah satu karakter orang benar, sehingga ia berjalan dengan rasa pasti, dan tidak berjalan ke sana kemari. Dia tidak akan berani melakukan apa yang tidak diyakininya benar berdasarkan hati nuraninya sendiri, tetapi dia akan memperhatikan agar jalannya bersih dalam segala hal.

2. Bahwa ketidakjujuran seseorang akan membuatnya merasa malu: Siapa berliku-liku jalannya, yaitu dia yang berpaling ke jalan yang bengkok, yang menyembunyikan maksudnya terhadap Allah dan manusia, yang melihat ke satu jalan tetapi mengikuti yang lain, meskipun untuk sementara waktu bisa menyamarkan dirinya, dan meloloskan dirinya, pada akhirnya jati diri sebenarnya akan terkuak. Meskipun jarang, kadang-kadang dia mengkhianati dirinya sendiri. Namun paling tidak, Allah akan menyingkapkan kebenarannya di hari yang besar itu. Siapa berliku-liku jalannya, documento erit – akan menjadi contoh, sebagai peringatan bagi yang lain. Demikian menurut beberapa orang.

Amsal 10:10. “Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.”

Di sini dikatakan bahwa kejahatan akan mengikuti,

1. Pendosa yang pandai, penuh rencana, dan pandai menyamarkan diri: Siapa mengedipkan mata, seolah-olah tidak peduli dengan engkau, padahal pada saat yang sama dia mencari kesempatan untuk membalas kita dengan kejahatan, yang memberi tanda kepada antek-anteknya kapan mereka harus masuk untuk membantunya melaksanakan niat jahatnya, yang dilakukan dengan trik dan rancangan busuk, akan menyebabkan kesusahan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Kecerdikan bukan alasan untuk melakukan kejahatan. Jadi, pendosa harus memilih untuk bertobat atau melakukan kejahatan yang lebih besar, memilih untuk menyesalinya atau binasa olehnya.

2. Pendosa yang sudah dikenal, tolol dan membongkar kejahatannya sendiri: yaitu orang yang bodoh bicaranya, yang dosanya akan dihakimi, akan jatuh, sebagaimana dikatakan sebelumnya (ayat . Namun demikian dia tidak lebih berbahaya dibandingkan yang satunya, dan meskipun dia menghancurkan dirinya sendiri, dia tidak mendatangkan dukacita yang besar seperti yang diperbuat oleh orang yang mengedipkan mata. Anjing yang menggigit tidak selalu menggonggong.

Amsal 10:11. “Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”

Perhatikan di sini:

1. Betapa rajinnya orang yang baik melakukan kebaikan dengan menyampaikan kebaikannya: Mulutnya, saluran keluar bagi isi pikirannya, adalah sumber kehidupan. Mulutnya merupakan suatu mata air yang terus mengalir. Dari dalamnya mengalir perkataan yang baik untuk membangun orang lain, bagaikan aliran sungai yang membasahi tanah dan menjadikannya subur. Mulutnya mendatangkan penghiburan bagi mereka, bagaikan aliran sungai yang memuaskan dahaga seorang pengembara yang letih. Mulutnya bagaikan sumber kehidupan, yang murni dan jernih, bukan saja tidak beracun, melainkan juga tidak tercemari oleh perkataan yang jahat.

2. Betapa rajinnya orang yang fasik berbuat buruk dengan menyembunyikan kebusukannya: Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman, menyembunyikan rancangan kejahatan dengan mengaku-ngaku sebagai sahabat, supaya kejahatannya bisa dilaksanakan dengan lebih aman dan mendatangkan hasil lebih besar, sebagaimana Yoab mencium lalu membunuh, dan Yudas mencium lalu mengkhianati. Inilah dosanya, yang mendatangkan hukuman (ayat 6): Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. Apa yang diperolehnya dengan kelaliman akan diambil darinya dengan kelaliman pula (Ayub 5:4-5).

Amsal 10:12. “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.”

Di sini terdapat:

1. Sang perusak yang luar biasa, yaitu kejahatan. Bahkan ketika tidak terjadi pertengkaran, kebencian mencari-cari kesempatan, mengaduk-aduknya, lalu menimbulkannya dan melakukan pekerjaan setan. Mereka adalah orang-orang yang sangat jahat, yang memperoleh kesenangan dengan mengadu domba sesama mereka dengan cerita dongeng, dugaan tanpa dasar, dan fitnah. Mereka mengembuskan percikan api percekcokan yang telah lama terpendam sehingga berkobar, dan dengan kegirangan tiada tara, mereka menghangatkan tangan di situ.

2. Sang pendamai yang luar biasa, yaitu kasih, yang menutupi segala pelanggaran, yaitu, kejahatan di antara sesama yang mendatangkan pertengkaran. Kasih tidak mengumandangkan pelanggaran dan membesar-besarkannya, tetapi justru menutupi dan memadamkannya sebisa mungkin. Kasih akan memaafkan pelanggaran yang kita lakukan karena kekeliruan dan kecerobohan. Ketika kita bisa berkata bahwa kita tidak berniat buruk, tetapi itu merupakan kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktelitian, dan kita sungguh-sungguh mengasihi teman kita, maka kasih akan menutupinya. 

Kasih juga akan mengabaikan kejahatan yang ditujukan kepada kita, dan dengan demikian menutupinya, dan mendatangkan sesuatu yang baik darinya. Dengan demikian pertengkaran bisa dicegah, atau, seandainya pertengkaran telah dimulai, maka kedamaian bisa dipulihkan dan dikembalikan dengan cepat. Rasul Petrus mengutip hal ini (1 Petrus 4P:8). Kasih menutupi banyak sekali dosa.

Amsal 10:13. “Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi.”

Perhatikanlah :

1. Hikmat dan kasih karunia merupakan kehormatan bagi orang baik: Di bibir orang berpengertian, yaitu pengertian baik yang dimiliki seseorang sehingga ia melakukan perintah, terdapat hikmat. Artinya, hikmat bisa ditemukan di dalamnya, sehingga dengan begitu, di dalam dirinya dia menyimpan harta yang baik, yang berasal dari hikmat. Dan dari situ bisa ditarik manfaat bagi orang lain. Merupakan suatu kehormatan bagi seseorang jika dia memiliki hikmat. Namun demikian, lebih besar lagi kehormatannya itu jika dia menjadikan orang lain berhikmat.

2. Kebodohan dan dosa mempermalukan orang jahat: Pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi – yaitu orang yang ingin memiliki hati. Dia menyodorkan dirinya pada cambuk hati nuraninya sendiri, pada pecut lidahnya, pada celaan hakim, dan pada penghakiman Allah yang benar. Mereka yang dengan bodoh dan sengaja terus berjalan di jalan-jalan yang jahat sedang menyiapkan pentung bagi diri mereka sendiri, dan ini akan menjadi aib bagi mereka untuk selamanya.

Amsal 10:14. “Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.”

Perhatikanlah:

1. Orang bijak itu berhikmat, karena mereka menimbun pengetahuan yang berguna, yang akan memelihara mereka. Karena itu hikmat terdapat di bibir mereka (Amsal 10:13), sebab hikmat tersimpan di dalam hati mereka. Hikmat keluar dari perbendaharaan di mana mereka menge-luarkan harta yang baru dan lama, seperti tuan rumah yang baik. Pengetahuan apa pun yang mungkin berguna pada suatu waktu nanti harus kita simpan, karena kita tidak tahu kapan kita akan memerlukannya. Kita harus terus menyimpan pengetahuan selama kita hidup, dan memastikan bahwa kita menyimpannya baik-baik, sehingga kita tidak perlu mencarinya ketika menginginkannya.

2. Kebodohan orang fasik adalah bahwa mereka menyimpan kejahatan di dalam hati mereka, yang telah siap untuk dilontarkan di dalam segala perkataan mereka, dan menimbulkan kengerian serta kehancuran baik bagi mereka maupun orang lain. Mereka mencintai segala perkataan yang mengacaukan (Mazmur 52:6), dan ini yang paling penting bagi mereka. Mulut mereka adalah kebinasaan yang mengancam, panah yang tajam berupa kata-kata yang pahit selalu tersedia di tangan mereka untuk dilemparkan.

Amsal 10:15. “Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya, tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan.”

Amsal 10: 15 ini bisa dipahami dari dua sisi:

1. Sebagai alasan mengapa kita harus rajin bekerja, yaitu supaya kita bisa menghindari ketidaknyamanan yang menenggelamkan serta menyusahkan yang selalu menyertai kemiskinan. Dan dengan begitu kita bisa menikmati keuntungan dan penghiburan yang dimiliki oleh mereka yang pernah hidup di muka bumi sebelum kita. Berjerih payah sungguh-sungguh merupakan cara untuk memberi kenyamanan bagi kita serta keluarga kita. Atau, lebih tepatnya,

2. Sebagai gambaran dari kesalahan yang umum dilakukan baik oleh orang kaya maupun miskin mengenai keadaan jasmani mereka.

(a). Orang kaya mengira mereka berbahagia karena kaya. Namun itulah kesalahan mereka: Kota yang kuat bagi orang kaya, menurut sangkaannya, ialah hartanya, padahal kekayaan terlalu lemah dan sama sekali tidak cukup mampu melindungi mereka dari buruknya kejahatan. Akan terbukti bahwa mereka tidak seaman yang mereka sangka. Bahkan, kekayaan mereka justru malah akan menonjolkan keberadaan mereka.

(b). Orang melarat menyangka mereka binasa karena mereka miskin. Namun, itulah kesalahan mereka: yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan. Kemiskinan menenggelamkan semangat mereka, dan menghancurkan penghiburan mereka. Padahal bisa saja seseorang hidup dengan sangat nyaman meskipun hanya memiliki sedikit, yaitu apabila dia merasa cukup dengan yang sedikit itu dan terus menjaga akal sehatnya, serta hidup oleh iman.

Amsal 10:16. “Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa.”

Di sini Salomo meneguhkan apa yang dikatakan oleh ayahnya (Mazmur 37:16). Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik.

1. Mungkin orang benar tidak memperoleh lebih dari apa yang diusahakannya dengan susah payah. Dia hanya makan hasil pekerjaan tangannya, tetapi pekerjaan itu membawa kepada kehidupan. Dia tidak menginginkan apa pun selain penghidupan yang jujur, tidak ingin menjadi kaya dan besar, tetapi sekadar hidup dan menafkahi keluarganya.

Tidak juga berarti bahwa pekerjaannya cenderung hanya mencukupi kehidupannya sendiri, tetapi dia akan memampukan dirinya untuk melakukan yang baik bagi orang lain. Dia bekerja supaya dia dapat membagikan sesuatu (Efesus 4:28). Semua yang diperbuatnya mendatangkan sesuatu yang baik. Atau ini bisa berarti pekerjaan rohaninya. Dia berjerih payah di dalam pekerjaan yang membawa kepada kehidupan kekal. Dia menabur dalam Roh, supaya dia bisa menuai hidup yang kekal.

Baca Juga: Amsal 10:1-7 (Perkataan Yang Berbobot)

2. Mungkin kekayaan orang fasik tidak berasal dari apa yang dikerjakan-Nya, melainkan datang dengan mudah, tetapi condong kepada dosa. Dia memakai kekayaan itu untuk memuaskan dan membangkitkan nafsu, kesombongan, dan kemewahannya. Kekayaan itu akan melukainya dan keadaannya tidak menjadi baik. Dia menderita dan menjadi keras olehnya di dalam jalan-jalannya yang jahat. Segala sesuatu di dunia ini bisa menjadi baik atau jahat, mendatangkan kehidupan atau kematian, tergantung bagaimana mereka digunakan, dan bagaimana mereka yang memilikinya.

Amsal 10:17. “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.”

Perhatikanlah di sini:

1. Bahwa orang yang benar tidak hanya menerima pengajaran, tetapi juga menyimpannya. Mereka tidak membiarkannya terlepas begitu saja karena ceroboh, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka tidak membiarkannya jatuh ke tangan orang-orang yang akan merampasnya. Mereka mengindahkan didikan baik-baik, menjaganya agar tetap murni dan utuh, untuk mereka gunakan sendiri, supaya dengan itu mereka bisa menguasai diri mereka sendiri, menyimpannya demi kepentingan orang lain, supaya bisa mengajar orang-orang tersebut. Barang siapa berbuat demikian akan menuju jalan kehidupan, yaitu jalan yang disertai penghiburan sejati dan menuju kehidupan kekal.

2. Bahwa orang yang salah bukan hanya tidak menerima pengajaran, melainkan juga berketetapan serta berkehendak untuk menolaknya ketika pengajaran itu ditawarkan kepada mereka. Mereka tidak mau diajar tentang kewajiban mereka karena pengajaran itu menyingkapkan kesalahan mereka. Mereka sangat membenci pengajaran yang mengandung teguran, dan jelas mereka keliru. 

Ini merupakan tanda bahwa penilaian mereka keliru, dan mereka memiliki pemahaman yang keliru tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Itu sebabnya perilaku mereka juga sesat. Seorang pengembara yang tersesat, yang tidak mau diberi tahu akan kekeliruannya serta ditunjukkan jalan yang benar, pasti akan tetap tersesat, dan terus-menerus tersesat. Jelas dia telah kehilangan jalan kehidupan.
Next Post Previous Post