Ibrani 2:1-4: Perjanjian Baru dan Kesaksian

Pendahuluan:

Ibrani 2:1-4 adalah bagian yang mengandung peringatan penting bagi umat Kristen untuk menghargai dan mematuhi kabar keselamatan yang telah mereka terima melalui Yesus Kristus. Perikop ini memperingatkan akan bahaya pengabaian terhadap keselamatan yang besar yang diberikan oleh Allah melalui perjanjian baru, serta kesaksian yang menyertai berita Injil. Dalam bagian ini, penulis mengingatkan bahwa jika pelanggaran terhadap perjanjian lama membawa konsekuensi serius, betapa lebih serius konsekuensinya jika seseorang mengabaikan perjanjian yang lebih baik yang diberikan dalam Kristus.
Ibrani 2:1-4: Perjanjian Baru dan Kesaksian
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna dan implikasi dari Ibrani 2:1-4, mengeksplorasi pandangan beberapa pakar teologi, serta melihat bagaimana perikop ini memperkaya pemahaman kita tentang perjanjian yang lebih baik dalam Kristus dan kesaksian yang menyertai kabar keselamatan.

Teks Ibrani 2:1-4

Berikut adalah teks Ibrani 2:1-4:

"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan oleh malaikat-malaikat tetap berlaku dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula dikabarkan oleh Tuhan dan yang oleh mereka yang mendengarnya telah dipastikan kepada kita, sedang Allah menambahkan kesaksian-Nya pula dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan dengan berbagai-bagai pernyataan kuasa dan karunia Roh Kudus, yang dibagikan-Nya menurut kehendak-Nya."

1. Peringatan terhadap Bahaya Pengabaian Keselamatan

Ibrani 2:1 menekankan pentingnya "lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." Peringatan ini ditujukan kepada orang percaya agar mereka tidak mengabaikan pesan keselamatan yang telah mereka terima. Kata "hanyut" di sini memiliki arti yang dalam, menggambarkan bahaya spiritual dari sikap lalai yang membuat seseorang perlahan-lahan menjauh dari iman.

John MacArthur menafsirkan ayat ini sebagai peringatan yang serius. Menurutnya, istilah "hanyut" menggambarkan kondisi spiritual yang pasif dan lambat tetapi berbahaya, di mana orang percaya secara bertahap kehilangan pegangan pada iman mereka. MacArthur menekankan bahwa sikap lalai atau tidak waspada terhadap kabar keselamatan dapat menyebabkan seseorang tanpa sadar meninggalkan iman.

John Owen, seorang teolog Puritan, juga menekankan pentingnya menjaga iman dengan tekun. Menurut Owen, mengabaikan keselamatan yang besar ini sama saja dengan tidak menghargai pengorbanan Kristus dan anugerah Allah. Bagi Owen, peringatan dalam ayat ini mengajarkan bahwa keselamatan adalah harta berharga yang harus dipertahankan dengan kesungguhan hati.

2. Keselamatan yang Lebih Besar dalam Perjanjian Baru

Ibrani 2:2 menyebutkan bahwa "firman yang dikatakan oleh malaikat-malaikat tetap berlaku," merujuk pada perjanjian lama yang disampaikan melalui malaikat kepada Musa. Dalam konteks ini, penulis Ibrani membandingkan perjanjian lama dengan perjanjian baru yang dibawa oleh Yesus, yang disebut sebagai "keselamatan yang sebesar itu."

Leon Morris menjelaskan bahwa penulis Ibrani ingin menunjukkan bahwa jika perjanjian lama yang disampaikan oleh malaikat mengandung konsekuensi serius bagi pelanggarannya, maka perjanjian baru yang disampaikan langsung oleh Anak Allah memiliki konsekuensi yang lebih besar. Bagi Morris, keselamatan dalam perjanjian baru lebih besar karena diberikan melalui Pribadi yang lebih besar, yaitu Yesus Kristus, yang adalah Anak Allah sendiri.

Menurut John Stott, keselamatan yang dibawa dalam perjanjian baru tidak hanya memberikan pengampunan dosa tetapi juga hubungan yang dipulihkan dengan Allah, hidup yang kekal, dan janji kedatangan Kerajaan Allah yang sempurna. Stott menekankan bahwa keselamatan ini begitu besar karena melibatkan tindakan Allah yang mengutus Putra-Nya, sebuah tindakan yang menunjukkan kasih Allah yang tak terhingga bagi umat manusia.

3. Kesaksian Langsung dari Tuhan Yesus tentang Kabar Keselamatan

Ibrani 2:3 menyatakan bahwa keselamatan ini "mula-mula dikabarkan oleh Tuhan." Yesus sendiri yang pertama kali memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah dan keselamatan. Penulis Ibrani menekankan bahwa keselamatan dalam perjanjian baru bukan sekadar doktrin, tetapi adalah kebenaran yang dijanjikan dan diajarkan langsung oleh Tuhan Yesus.

N.T. Wright, seorang teolog Perjanjian Baru, menekankan pentingnya kesaksian langsung dari Yesus tentang keselamatan. Bagi Wright, pengajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah menunjukkan bahwa Dia adalah Mesias yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia dan untuk membangun perjanjian baru. Wright berpendapat bahwa karena Yesus sendiri yang menyampaikan pesan keselamatan, maka pesan ini memiliki otoritas yang tidak tertandingi.

Menurut F.F. Bruce, kesaksian langsung dari Tuhan Yesus menunjukkan otoritas ilahi dari perjanjian baru. Bruce menegaskan bahwa pengajaran Yesus tidak berasal dari sumber manusia, tetapi langsung dari Allah. Oleh karena itu, mengabaikan pesan ini sama saja dengan mengabaikan pesan langsung dari Allah yang memiliki konsekuensi serius.

4. Kesaksian Para Saksi Mata sebagai Peneguh

Ibrani 2:3 juga menyebutkan bahwa pesan ini "oleh mereka yang mendengarnya telah dipastikan kepada kita." Di sini, penulis merujuk pada para saksi mata, yaitu para rasul dan murid-murid Yesus, yang menyaksikan karya Yesus secara langsung dan memberitakannya kepada generasi selanjutnya. Kesaksian mereka memperkuat kebenaran pesan keselamatan yang dibawa oleh Yesus.

John Calvin menekankan pentingnya kesaksian para rasul dalam peneguhan kabar keselamatan. Menurut Calvin, para rasul dipilih secara khusus oleh Yesus untuk menjadi saksi karya-Nya. Kesaksian mereka bukan hanya informasi, tetapi merupakan peneguhan yang otoritatif dan terpercaya. Bagi Calvin, kesaksian para saksi mata ini adalah fondasi dari iman Kristen yang membawa kebenaran historis dan spiritual.

Timothy Keller menambahkan bahwa kesaksian para rasul adalah bagian dari penyataan progresif Allah. Keller menekankan bahwa Allah tidak hanya memberikan pesan keselamatan, tetapi juga memastikan bahwa pesan ini diteguhkan oleh para saksi mata yang memiliki kredibilitas. Dengan demikian, kesaksian mereka adalah elemen penting dalam pengembangan dan penyebaran iman Kristen.

5. Konfirmasi dari Allah melalui Tanda, Mujizat, dan Karunia Roh Kudus

Ibrani 2:4 menyatakan bahwa Allah memberikan kesaksian atas pesan keselamatan ini "dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan dengan berbagai-bagai pernyataan kuasa dan karunia Roh Kudus." Allah memberikan tanda dan mujizat untuk menguatkan bahwa pesan yang dibawa oleh Yesus adalah benar dan berasal dari-Nya.

Wayne Grudem menjelaskan bahwa tanda dan mujizat adalah alat konfirmasi dari Allah yang menunjukkan bahwa kabar keselamatan ini memiliki otoritas ilahi. Grudem melihat tanda dan mujizat sebagai cara Allah untuk menyatakan kehadiran dan kuasa-Nya, memperlihatkan bahwa kabar Injil adalah kebenaran yang tidak bisa disangkal.

Menurut Craig Keener, mujizat dan tanda-tanda adalah bukti nyata dari kuasa Roh Kudus yang menyertai pemberitaan Injil. Keener menekankan bahwa melalui tanda-tanda ini, orang percaya dapat melihat kuasa Allah yang bekerja di tengah-tengah mereka. Ini adalah pengingat bahwa pesan keselamatan bukan hanya kata-kata, tetapi juga tindakan nyata dari Allah yang berinteraksi dengan dunia melalui karya Roh Kudus.

6. Perjanjian yang Lebih Baik: Fondasi dan Janji dari Keselamatan

Ibrani 2:1-4 juga menekankan bahwa keselamatan yang dibawa melalui Yesus adalah bagian dari perjanjian baru yang lebih baik dibandingkan perjanjian lama. Perjanjian baru ini memberikan janji pengampunan dosa, hubungan yang diperbarui dengan Allah, dan kehidupan kekal. Penulis Ibrani memperingatkan bahwa mengabaikan keselamatan ini adalah suatu tindakan yang tidak dapat dimaafkan, karena perjanjian baru ini adalah puncak dari karya penyelamatan Allah.

John Stott mengajarkan bahwa perjanjian baru dalam Kristus bukan hanya pengampunan, tetapi juga pemulihan hubungan antara Allah dan manusia yang sebelumnya rusak akibat dosa. Bagi Stott, keselamatan ini bukan hanya tentang kehidupan yang akan datang, tetapi juga transformasi hidup yang dimulai di dunia saat ini.

J.I. Packer menekankan bahwa perjanjian baru memberikan dasar bagi hubungan intim dengan Allah yang tidak bisa dicapai dalam perjanjian lama. Packer menjelaskan bahwa melalui Kristus, orang percaya dapat mendekati Allah dengan penuh keyakinan, mengetahui bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni secara permanen.

7. Implikasi bagi Orang Percaya untuk Menjaga Iman

Peringatan dalam Ibrani 2:1-4 memberikan panggilan kepada orang percaya untuk menjaga iman mereka dengan penuh ketekunan dan kesetiaan. Mengabaikan kabar keselamatan sama saja dengan menolak karya penebusan Kristus. Oleh karena itu, orang percaya dipanggil untuk hidup dalam penghargaan yang mendalam terhadap anugerah Allah yang besar.

Dietrich Bonhoeffer menekankan bahwa iman yang sejati harus diwujudkan dalam hidup yang tunduk pada kehendak Allah. Bonhoeffer menegaskan bahwa orang percaya tidak boleh lalai atau menganggap enteng keselamatan, tetapi harus hidup dalam kesadaran bahwa mereka telah ditebus dengan harga yang mahal.

Menurut A.W. Tozer, menjaga iman berarti menghidupi Injil dalam setiap aspek kehidupan. Tozer menjelaskan bahwa orang Kristen tidak bisa hanya menjadi pendengar, tetapi juga harus menjadi pelaku firman. Dengan demikian, menjaga iman berarti menghidupi kebenaran Injil dalam tindakan sehari-hari.

8. Ibrani 2:1-4 sebagai Pengingat tentang Keselamatan yang Berharga

Pada akhirnya, Ibrani 2:1-4 adalah pengingat bagi setiap orang percaya tentang betapa berharganya keselamatan yang telah mereka terima. Penulis Ibrani mendorong orang percaya untuk menghargai keselamatan ini dan tidak mengabaikan peringatan-peringatan yang disampaikan dalam firman Tuhan.

Charles Spurgeon menyebut keselamatan dalam Kristus sebagai "harta terbesar yang bisa dimiliki manusia." Menurut Spurgeon, pengabaian terhadap keselamatan ini sama saja dengan menolak anugerah terbesar yang telah diberikan oleh Allah. Dengan mengabaikan keselamatan, seseorang mengabaikan kasih dan belas kasih Allah.

Timothy Keller juga menambahkan bahwa pemahaman tentang betapa berharganya keselamatan akan mengarahkan hidup orang percaya untuk berkomitmen kepada Allah dan hidup dalam kekudusan. Keller menekankan bahwa iman yang menghargai keselamatan adalah iman yang akan terus bertumbuh dan tidak mudah tergoyahkan oleh godaan dunia.

Kesimpulan

Ibrani 2:1-4 menyajikan peringatan yang serius tentang pentingnya menghargai dan mempertahankan keselamatan yang telah diberikan melalui Yesus Kristus. Perjanjian yang lebih baik dalam Kristus dan kesaksian yang menyertainya menunjukkan bahwa keselamatan ini adalah pemberian yang berharga, yang datang dengan pengorbanan dan kuasa Allah yang nyata. Kesaksian langsung dari Yesus, kesaksian para rasul, dan konfirmasi dari Allah melalui tanda dan mujizat meneguhkan bahwa keselamatan ini tidak dapat diabaikan.

Bagi orang percaya, perikop ini memberikan dasar untuk menjaga iman dengan tekun, hidup dalam penghargaan atas kasih karunia Allah, dan terus berpegang pada keselamatan dalam Kristus. Melalui pemahaman yang mendalam tentang Ibrani 2:1-4, orang Kristen dipanggil untuk hidup dengan kesadaran penuh akan anugerah keselamatan dan dengan tekad untuk menghormati dan menghidupi kebenaran Injil di setiap aspek kehidupan.

Next Post Previous Post