Ibrani 5:1-3: Imam Besar Duniawi: Berdosa dan Tak Berdaya Menyelamatkan

Pendahuluan:

Salah satu tema utama dalam Kitab Ibrani adalah perbandingan antara keimaman duniawi dalam Perjanjian Lama dan keimaman surgawi yang sempurna dalam diri Yesus Kristus. Ibrani 5:1-3 memberikan wawasan mendalam tentang keterbatasan imam besar manusia dalam sistem Perjanjian Lama: mereka adalah manusia berdosa, lemah, dan tidak mampu memberikan keselamatan yang sejati. Dalam perbandingan ini, Yesus tampil sebagai Imam Besar surgawi yang sempurna, tidak hanya memahami kelemahan manusia tetapi juga memberikan solusi kekal melalui pengorbanan-Nya.
Ibrani 5:1-3: Imam Besar Duniawi: Berdosa dan Tak Berdaya Menyelamatkan
Artikel ini bertujuan menjelaskan perbedaan mendasar antara imam besar duniawi dan Yesus sebagai Imam Besar surgawi berdasarkan Ibrani 5:1-3. Dengan pandangan dari berbagai pakar teologi dan analisis mendalam, artikel ini akan membahas makna teologis dari perikop ini dan aplikasinya bagi kehidupan orang percaya.

Keimaman Duniawi dalam Perjanjian Lama

1. Fungsi Imam Besar

Dalam Perjanjian Lama, imam besar adalah perantara antara Allah dan umat Israel. Tugasnya mencakup:

  • Mempersembahkan korban bakaran untuk menebus dosa umat (Imamat 16:11-17).
  • Memasuki Ruang Mahakudus sekali setahun pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur).
  • Membimbing umat dalam ibadah dan hukum Allah.

Imam besar dipilih dari keturunan Harun, sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam hukum Musa (Imamat 8). Fungsi ini sangat penting dalam hubungan antara Allah dan umat Israel, tetapi sistem ini memiliki keterbatasan besar, seperti yang akan kita lihat dalam Ibrani 5:1-3.

2. Kelemahan Imam Besar Duniawi

Salah satu kelemahan mendasar dari imam besar duniawi adalah sifat manusiawinya. Ibrani 5:1-3 menyatakan bahwa imam besar dipilih dari manusia, yang artinya mereka adalah bagian dari umat yang berdosa. Karena itu, mereka harus mempersembahkan korban bukan hanya untuk dosa umat, tetapi juga untuk dosa mereka sendiri (ayat 3). Kelemahan ini menunjukkan bahwa keimaman duniawi tidak pernah dapat menyelamatkan secara sempurna.

Menurut John Owen, seorang teolog Puritan, kelemahan imam besar duniawi mencerminkan kebutuhan akan keimaman yang lebih tinggi. Korban yang mereka persembahkan hanya merupakan bayangan dari korban yang sempurna, yaitu Yesus Kristus.

Eksposisi Ibrani 5:1-3

1. Ibrani 5:1 – Imam Besar Diambil dari Manusia

Ayat ini menyatakan:

"Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa."

Imam besar dipilih dari manusia untuk mewakili manusia di hadapan Allah. Fungsi ini penting, tetapi penulis Ibrani menekankan bahwa imam besar duniawi hanya dapat melakukan tugasnya dalam kapasitas manusiawi yang terbatas. Menurut F. F. Bruce, tugas keimaman ini adalah tanggung jawab yang berat karena imam besar tidak hanya mewakili umat, tetapi juga dirinya sendiri.

Perikop ini juga menunjukkan bahwa korban yang dibawa imam besar hanyalah simbolik. Mereka tidak mampu menghapus dosa sepenuhnya karena korban binatang tidak memiliki kuasa untuk menghilangkan dosa secara permanen (lihat Ibrani 10:1-4).

2. Ibrani 5:2 – Empati yang Dibatasi Kelemahan

Ayat ini menyatakan:

"Ia dapat mengerti orang-orang yang tidak tahu dan sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan."

Ayat ini menyoroti sisi manusiawi dari imam besar. Kelemahan mereka memungkinkan mereka untuk berempati terhadap kelemahan orang lain. Namun, empati ini tidak sempurna karena berasal dari keterbatasan manusiawi. Menurut William Lane dalam komentarnya tentang Ibrani, empati ini adalah aspek positif dari keimaman duniawi, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka adalah makhluk berdosa yang membutuhkan belas kasihan Allah.

Penulis Ibrani membandingkan empati ini dengan Yesus, yang meskipun tanpa dosa, memahami kelemahan manusia secara mendalam. Karena Dia telah dicobai dalam segala hal seperti kita, Dia mampu memberikan pertolongan yang sempurna kepada mereka yang datang kepada-Nya (Ibrani 4:15).

3. Ibrani 5:3 – Persembahan untuk Dosa Diri Sendiri

Ayat ini menambahkan:

"Karena itu ia harus mempersembahkan korban, bukan saja untuk umat, tetapi juga untuk dirinya sendiri."

Ayat ini adalah inti dari kelemahan imam besar duniawi. Mereka tidak hanya mempersembahkan korban untuk dosa umat, tetapi juga untuk dosa mereka sendiri. Hal ini mencerminkan keterbatasan keimaman mereka. Mereka adalah manusia berdosa yang tidak mampu membawa keselamatan sejati. Menurut Leon Morris, pengulangan korban ini menunjukkan bahwa korban itu tidak pernah final, sehingga tidak pernah dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah dosa.

Kelemahan Sistem Keimaman Duniawi

1. Dosa dalam Diri Imam Besar

Imam besar duniawi, seperti Harun dan keturunannya, adalah manusia biasa yang memiliki dosa pribadi. Hal ini membuat mereka tidak sempurna sebagai perantara antara Allah yang kudus dan umat yang berdosa. Bahkan Harun, imam besar pertama, terlibat dalam dosa besar dengan membuat patung anak lembu emas (Keluaran 32).

Kelemahan ini menunjukkan perlunya seorang Imam Besar yang tidak berdosa, yang dapat mempersembahkan korban yang sempurna.

2. Korban yang Tidak Efektif

Sistem korban dalam Perjanjian Lama bersifat sementara dan simbolik. Korban binatang tidak pernah dimaksudkan untuk menghapus dosa secara permanen. Ibrani 10:4 menyatakan, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa." Korban ini hanya menunjuk kepada korban yang akan datang, yaitu pengorbanan Yesus di kayu salib.

3. Ketergantungan pada Hukum

Keimaman duniawi bergantung pada hukum yang diberikan melalui Musa. Hukum ini baik, tetapi hanya menunjukkan dosa dan tidak dapat memberikan keselamatan (Roma 3:20). Karena itu, sistem keimaman ini memerlukan pembaruan melalui kehadiran Yesus sebagai Imam Besar yang sempurna.

Keimaman Yesus: Solusi yang Sempurna

1. Tanpa Dosa, tetapi Berempati

Yesus tidak memiliki dosa, sehingga tidak membutuhkan korban untuk diri-Nya sendiri. Namun, Dia tetap memiliki empati yang sempurna terhadap kelemahan manusia karena Dia pernah dicobai dalam segala hal (Ibrani 4:15). Menurut R. C. Sproul, empati Yesus tidak berasal dari dosa, tetapi dari solidaritas-Nya dengan manusia melalui inkarnasi.

2. Korban yang Final

Yesus tidak mempersembahkan korban binatang, tetapi diri-Nya sendiri. Pengorbanan-Nya di kayu salib adalah final dan efektif, menghapus dosa sekali untuk selamanya (Ibrani 10:12-14). Menurut John Stott dalam The Cross of Christ, pengorbanan Yesus memenuhi tuntutan keadilan Allah dan memberikan pengampunan yang sejati.

3. Pengantara Kekal

Yesus, sebagai Imam Besar, bukan hanya mempersembahkan korban tetapi juga terus menjadi pengantara di hadapan Allah. Ibrani 7:25 menyatakan, "Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara mereka." Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan Yesus sebagai Imam Besar tidak pernah berakhir.

Implikasi Praktis bagi Orang Percaya

1. Akses Langsung kepada Allah

Melalui Yesus, kita memiliki akses langsung kepada Allah. Kita tidak lagi membutuhkan perantara manusiawi karena Yesus adalah Imam Besar kita yang sempurna (Ibrani 4:16).

2. Jaminan Keselamatan

Karena korban Yesus final, kita memiliki jaminan keselamatan kekal. Kita tidak perlu khawatir tentang pengulangan korban karena pengorbanan-Nya sudah cukup untuk menebus dosa kita.

3. Penghiburan dalam Pencobaan

Yesus memahami kelemahan dan penderitaan kita. Hal ini memberikan penghiburan bagi kita dalam menghadapi pencobaan, mengetahui bahwa Imam Besar kita berjalan bersama kita dalam setiap situasi.

Perspektif Pakar Teologi

  1. F. F. Bruce menekankan bahwa sistem Perjanjian Lama adalah bayangan dari realitas yang lebih besar dalam Kristus. Keimaman Yesus adalah penggenapan dari semua yang ditunjukkan oleh keimaman duniawi.

  2. Leon Morris, dalam bukunya The Atonement, menjelaskan bahwa korban Yesus adalah puncak dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Korban ini tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga memulihkan hubungan antara manusia dan Allah.

  3. John Owen berpendapat bahwa keimaman Yesus menunjukkan kesempurnaan kasih Allah dan kedaulatan-Nya dalam menyediakan jalan keselamatan bagi manusia yang berdosa.

Kesimpulan

Ibrani 5:1-3 menggambarkan kelemahan imam besar duniawi: mereka adalah manusia berdosa, lemah, dan tidak mampu membawa keselamatan sejati. Sistem keimaman ini menunjuk kepada kebutuhan akan seorang Imam Besar yang sempurna, yaitu Yesus Kristus. Sebagai Imam Besar surgawi, Yesus tidak hanya mempersembahkan korban, tetapi juga menjadi korban itu sendiri. Pengorbanan-Nya adalah final, efektif, dan memberikan jaminan keselamatan kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya.

Bagi orang percaya, Yesus adalah pengharapan terbesar. Dia adalah perantara yang sempurna, yang memahami kelemahan kita dan memberikan akses langsung kepada Allah. Melalui-Nya, kita memiliki penghiburan, kekuatan, dan jaminan keselamatan yang tidak dapat ditemukan dalam sistem keimaman duniawi.

Doa: Ya Tuhan, terima kasih atas pengorbanan Yesus sebagai Imam Besar kami yang sempurna. Tolong kami untuk hidup dalam keyakinan akan kasih karunia-Mu dan menyadari betapa besar anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami melalui Anak-Mu.Amin

Next Post Previous Post