Mengapa Kristus Harus Mati di Salib?
Kematian Kristus di kayu salib adalah inti dari iman Kristen. Dalam penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, salib memiliki makna sentral karena di sanalah pengorbanan-Nya untuk dosa-dosa manusia digenapi. Namun, sebuah pertanyaan penting muncul: Apakah Kristus harus mati di salib? Mengapa Allah, dalam hikmat dan kedaulatan-Nya, memilih salib sebagai alat untuk menyatakan kasih
dan keadilan-Nya?
1. Kematian Kristus di Salib: Dasar Alkitabiah
Kematian Kristus di kayu salib tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan penggenapan rencana kekal Allah. Dalam Perjanjian Baru, kematian-Nya di salib dijelaskan sebagai tindakan kasih Allah untuk menyelamatkan umat manusia.
a. Nubuat Perjanjian Lama tentang Salib
Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia melalui salib telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Salah satu nubuat yang paling jelas adalah Yesaya 53:5 (TB):"Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."
Yesaya menggambarkan Hamba Tuhan yang menderita demi dosa umat-Nya. Banyak teolog Reformed, termasuk Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics, melihat nubuat ini sebagai bayangan jelas tentang penderitaan Kristus di salib.
Mazmur 22 juga memberikan gambaran profetik tentang penderitaan Mesias, termasuk kata-kata yang diucapkan Yesus di salib:"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" (Mazmur 22:1; Matius 27:46).
b. Penegasan Yesus tentang Salib
Dalam pelayanan-Nya, Yesus berulang kali menyatakan bahwa kematian-Nya di salib adalah bagian dari rencana Allah. Dalam Matius 16:21 (TB), Yesus memberitahu murid-murid-Nya:"Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Kata “harus” menunjukkan bahwa kematian-Nya di salib adalah suatu keharusan dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Yohanes 3:14-15, Yesus membandingkan kematian-Nya di salib dengan peristiwa Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun:"Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
c. Penjelasan Rasul Paulus tentang Salib
Rasul Paulus memberikan penjelasan teologis tentang mengapa salib diperlukan. Dalam Galatia 3:13 (TB), ia menulis:"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib.'"
Paulus menegaskan bahwa Kristus harus mati di kayu salib untuk menanggung kutukan yang seharusnya ditimpakan kepada manusia karena pelanggaran hukum Allah.
2. Kebutuhan Salib dalam Rencana Allah: Perspektif Teologi Reformed
Teologi Reformed menegaskan bahwa kematian Kristus di salib adalah keharusan karena sifat Allah yang kudus dan keadilan-Nya yang sempurna.
a. Salib dan Keadilan Allah
Menurut teologi Reformed, Allah adalah kudus dan adil, sehingga dosa tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam Roma 6:23 (TB), Paulus menulis bahwa "upah dosa ialah maut." Oleh karena itu, dosa manusia harus dihukum. Namun, kasih Allah menyediakan jalan agar hukuman tersebut ditanggung oleh Kristus.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:"Salib adalah sarana di mana kasih Allah dan keadilan-Nya bertemu. Melalui salib, keadilan Allah dipuaskan, dan kasih-Nya dinyatakan kepada umat manusia."
b. Pengorbanan yang Sempurna
Herman Bavinck menegaskan bahwa kematian Kristus di salib adalah satu-satunya cara untuk mendamaikan Allah dengan manusia. Dalam sistem pengorbanan Perjanjian Lama, darah hewan korban hanya menjadi gambaran sementara dari pengampunan dosa. Dalam Kristus, Allah menyediakan korban yang sempurna.
Ibrani 10:10 (TB) menyatakan:"Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus."
c. Salib dan Predestinasi
Teologi Reformed juga menekankan bahwa kematian Kristus di salib adalah bagian dari rencana kekal Allah. Dalam Kisah Para Rasul 2:23 (TB), Petrus menyatakan bahwa Yesus diserahkan "menurut maksud dan rencana Allah." John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:
"Kristus tidak mati secara kebetulan, tetapi oleh karena kehendak kekal Allah yang menetapkan salib sebagai alat untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya."
3. Makna Teologis Salib dalam Keselamatan
a. Penebusan Dosa
Kematian Kristus di salib adalah tindakan penebusan dosa. Rasul Paulus dalam Efesus 1:7 (TB) menulis:"Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya."
R.C. Sproul dalam The Truth of the Cross menjelaskan bahwa penebusan melalui salib adalah inti dari Injil. Tanpa salib, tidak ada pengampunan dosa.
b. Pendamaian dengan Allah
Salib juga menjadi sarana pendamaian antara Allah dan manusia. Dalam Roma 5:10 (TB), Paulus menyatakan:"Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"
Louis Berkhof menegaskan bahwa pendamaian melalui salib adalah pemulihan hubungan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa.
c. Penaklukan Kuasa Dosa dan Kematian
Kematian Kristus di salib juga berarti kemenangan atas dosa dan kematian. Dalam Kolose 2:15 (TB), Paulus menulis:"Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka."
Herman Bavinck menekankan bahwa melalui salib, Kristus menghancurkan kuasa dosa, Iblis, dan maut, memberikan kebebasan kepada umat pilihan-Nya.
4. Mengapa Salib? Apakah Tidak Ada Cara Lain?
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: Mengapa Allah memilih salib? Apakah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan manusia?
a. Hikmat Allah dalam Salib
Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menyatakan bahwa salib adalah hikmat Allah yang melampaui pemahaman manusia. John Calvin menulis bahwa Allah memilih salib untuk menunjukkan bahwa keselamatan adalah karya kasih karunia-Nya semata, bukan hasil usaha manusia.
b. Salib sebagai Simbol Penghukuman dan Kasih
Salib, yang pada zaman Romawi adalah alat penghukuman yang paling kejam, dipilih untuk menunjukkan betapa seriusnya dosa dan betapa besar kasih Allah. Dalam Yohanes 3:16 (TB), kita membaca:"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal."
Louis Berkhof menjelaskan bahwa salib menunjukkan keadilan Allah dalam menghukum dosa dan kasih-Nya dalam menyediakan jalan keselamatan.
c. Salib dan Identifikasi Kristus dengan Penderitaan Manusia
Kristus memilih salib untuk sepenuhnya mengidentifikasi diri-Nya dengan penderitaan manusia. Dalam Filipi 2:8 (TB), Paulus menulis:"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
R.C. Sproul menekankan bahwa melalui salib, Kristus menunjukkan solidaritas-Nya dengan penderitaan manusia, sehingga kita dapat bersandar pada-Nya dalam setiap keadaan.
5. Relevansi Salib bagi Kehidupan Kristen
a. Salib sebagai Dasar Iman
Bagi orang percaya, salib adalah pusat iman. Rasul Paulus menyatakan dalam Galatia 6:14: "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus."
Teolog Reformed menekankan bahwa salib mengingatkan kita bahwa keselamatan bukan karena usaha kita, tetapi oleh kasih karunia Allah.
b. Salib sebagai Teladan Hidup
Kristus memanggil murid-murid-Nya untuk memikul salib mereka setiap hari. Dalam Lukas 9:23 (TB), Yesus berkata:"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."
John Calvin menulis bahwa salib mengajarkan kita untuk hidup dalam kerendahan hati, ketaatan, dan penyerahan diri kepada Allah.
c. Pengharapan dalam Salib
Salib adalah pengharapan bagi umat Kristen. Melalui salib, dosa dikalahkan, kematian dihancurkan, dan kehidupan kekal dijamin. Herman Bavinck menyatakan bahwa salib adalah janji Allah bahwa penderitaan dunia ini akan digantikan dengan kemuliaan kekal.
Kesimpulan
Kematian Kristus di salib bukanlah sebuah kebetulan, melainkan keharusan dalam rencana kekal Allah. Salib adalah tempat di mana kasih Allah dan keadilan-Nya bertemu. Melalui salib, dosa manusia diampuni, hubungan dengan Allah dipulihkan, dan kuasa dosa dikalahkan.
Baca Juga: Bukti Keilahian Yesus dalam Alkitab
Dalam perspektif teologi Reformed, salib adalah puncak dari hikmat dan kasih Allah. Para teolog seperti Calvin, Berkhof, dan Bavinck menekankan bahwa salib adalah penggenapan rencana kekal Allah yang memberikan keselamatan kepada umat pilihan-Nya.
Bagi umat Kristen, salib bukan hanya sejarah masa lalu, tetapi juga panggilan untuk hidup dalam iman, kerendahan hati, dan pengharapan. Sebagaimana dinyatakan oleh Paulus dalam 1 Korintus 1:18 (TB):
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."
Catatan: Merenungkan makna salib mengarahkan kita untuk memahami kasih karunia Allah yang begitu besar. Berdoalah agar Roh Kudus terus membuka hati kita untuk menerima kebenaran ini dan hidup dalam pengaruhnya setiap hari.