Perendahan Kristus bagi Kehidupan Kita
Pendahuluan: Kasih yang Terwujud dalam Perendahan
Perendahan Kristus adalah salah satu misteri terbesar dalam iman Kristen. Doktrin ini berbicara tentang bagaimana Sang Anak Allah, yang sepenuhnya ilahi, dengan rela meninggalkan kemuliaan-Nya untuk menjadi manusia, hidup dalam kesederhanaan, dan mati dengan cara yang paling hina. Dalam Filipi 2:5-8, Rasul Paulus menggambarkan perendahan Kristus dengan indah:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Artikel ini akan mengupas apa yang dimaksud dengan perendahan Kristus, mengapa itu penting, bagaimana hal itu dipahami dalam teologi Reformed, dan bagaimana implikasinya bagi hidup kita sebagai orang percaya.
I. Apa yang Dimaksud dengan Perendahan Kristus?
- Definisi Perendahan Kristus
Perendahan Kristus merujuk pada proses di mana Sang Anak Allah, yang adalah Allah yang kekal, merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, hidup dalam ketaatan sempurna, dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menulis:"Kristus merendahkan diri-Nya bukan karena Dia kehilangan keilahian-Nya, tetapi karena Dia memilih untuk tidak menggunakan kemuliaan-Nya untuk keuntungan-Nya sendiri demi menebus umat-Nya."
- Tahapan Perendahan Kristus
Dalam teologi Reformed, perendahan Kristus sering dibagi menjadi beberapa tahapan utama:
- Inkarnasi: Ketika Allah menjadi manusia (Yohanes 1:14).
- Hidup dalam Ketaatan: Kristus hidup sebagai manusia yang sempurna dan taat kepada hukum Allah (Ibrani 4:15).
- Penderitaan: Kristus menderita selama hidup-Nya, puncaknya adalah penderitaan di kayu salib (Yesaya 53:3-5).
- Kematian: Kristus mati sebagai pengganti bagi dosa manusia (1 Petrus 2:24).
- Penguburan: Tubuh Kristus benar-benar dikuburkan sebagai tanda kesempurnaan perendahan-Nya (Matius 27:59-60).
II. Dasar Alkitabiah Perendahan Kristus
- Filipi 2:5-8 – Kristus Mengosongkan Diri
Ayat ini menjelaskan bahwa Kristus “mengosongkan diri-Nya sendiri” (Yunani: kenosis), yang berarti Dia dengan rela meninggalkan kemuliaan-Nya tanpa kehilangan keilahian-Nya.
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menekankan bahwa pengosongan ini bukanlah pengurangan sifat keilahian Kristus, tetapi pengosongan dari hak-hak dan kemuliaan-Nya sebagai Allah demi menjalankan misi penebusan.
- 2 Korintus 8:9 – Dari Kekayaan ke Kemiskinan
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya."
Ayat ini menunjukkan bahwa Kristus, yang memiliki segala kekayaan surgawi, dengan rela menjadi miskin demi keselamatan kita.
- Yesaya 53 – Hamba yang Menderita
Yesaya menggambarkan Kristus sebagai hamba yang menderita, yang "diremehkan dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan." Ini adalah nubuat langsung tentang perendahan Kristus dalam penderitaan dan kematian-Nya.
III. Mengapa Perendahan Kristus Penting?
Menggenapi Rencana Penebusan Allah
Perendahan Kristus adalah bagian inti dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Tanpa perendahan ini, tidak akan ada pengampunan dosa atau pendamaian antara Allah dan manusia.Menunjukkan Kasih dan Kerendahan Hati Allah
Melalui perendahan Kristus, kita melihat kasih Allah yang melampaui pengertian manusia. Dia rela turun dari takhta surgawi untuk menyelamatkan umat-Nya.Menjadi Teladan Kerendahan Hati dan Ketaatan
Kristus adalah teladan utama bagi kita dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada Allah. Dia menunjukkan bahwa keagungan sejati ditemukan dalam melayani, bukan dalam mencari kemuliaan duniawi.
R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menulis:"Kerendahan hati Kristus adalah cerminan sempurna dari kasih Allah, yang rela merendahkan diri untuk mengangkat manusia kepada-Nya."
IV. Pandangan Teologi Reformed tentang Perendahan Kristus
John Calvin: Inkarnasi sebagai Tindakan Kasih Karunia
Calvin menekankan bahwa perendahan Kristus adalah tindakan kasih karunia yang luar biasa. Dia berkata, "Anak Allah menjadi manusia agar kita, melalui kemiskinan-Nya, dapat menjadi kaya dalam kebenaran dan hidup kekal."Herman Bavinck: Kesatuan Keilahian dan Kemanusiaan
Bavinck menyoroti pentingnya memahami bahwa dalam perendahan-Nya, Kristus tetap sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dia berkata, "Inkarnasi tidak mengurangi keilahian Kristus, tetapi memperlihatkan bagaimana Allah memasuki sejarah untuk menyelamatkan umat-Nya."Louis Berkhof: Perendahan dan Penebusan
Dalam Systematic Theology, Berkhof menjelaskan bahwa perendahan Kristus adalah elemen esensial dari karya penebusan. Dia menulis:"Hanya melalui perendahan total, Kristus dapat menjadi perantara yang sempurna antara Allah dan manusia."
V. Implikasi Perendahan Kristus bagi Kehidupan Kita
- Kerendahan Hati dalam Pelayanan
Kristus mengajarkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang melayani. Dalam Matius 20:28, Yesus berkata:"Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Aplikasi Praktis:
- Carilah kesempatan untuk melayani orang lain, baik dalam gereja maupun masyarakat.
- Tinggalkan kesombongan dan ambisi duniawi, fokuslah pada kemuliaan Allah.
- Taat dalam Penderitaan
Kristus menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah tidak berhenti meskipun dalam penderitaan. Kita dipanggil untuk meneladani ketaatan-Nya, bahkan ketika hidup terasa sulit.
Ibrani 5:8 berkata:"Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya."
Aplikasi Praktis:
- Dalam kesulitan, tetaplah taat kepada Allah dan percaya bahwa Dia bekerja untuk kebaikan kita.
- Gunakan penderitaan sebagai kesempatan untuk mendekat kepada Allah.
- Kasih yang Tak Bersyarat
Melalui perendahan-Nya, Kristus menunjukkan kasih yang tidak bersyarat. Kita dipanggil untuk mencerminkan kasih ini dalam hubungan kita dengan orang lain.
1 Yohanes 4:19 berkata:"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."
Aplikasi Praktis:
- Maafkan mereka yang telah menyakiti Anda, seperti Kristus telah mengampuni Anda.
- Cintai mereka yang sulit dicintai, sebagai cerminan kasih Kristus.
VI. Tantangan dalam Meneladani Perendahan Kristus
Ego dan Ambisi Duniawi
Kita sering kali tergoda untuk mencari pengakuan dan penghormatan duniawi, yang bertentangan dengan kerendahan hati Kristus.Kesulitan dalam Mengasihi tanpa Syarat
Kasih tanpa syarat membutuhkan pengorbanan dan pengampunan yang sering kali sulit diberikan.Ketaatan dalam Penderitaan
Mengikuti Kristus berarti menanggung salib, yang bisa sangat berat dalam situasi tertentu.
VII. Berkat dari Merespons Perendahan Kristus
Kehidupan Kekal
Melalui karya penebusan-Nya, kita menerima anugerah hidup yang kekal.Damai Sejahtera dalam Hati
Ketika kita meneladani Kristus, kita menemukan damai sejahtera yang melampaui pengertian manusia.Hubungan yang Dipulihkan dengan Allah
Perendahan Kristus memulihkan hubungan kita yang rusak dengan Allah, membawa kita kembali ke hadirat-Nya.
Kesimpulan: Merespons Perendahan Kristus dalam Hidup Kita
Perendahan Kristus adalah tindakan kasih yang terbesar dalam sejarah. Melalui inkarnasi, penderitaan, dan kematian-Nya, Kristus menunjukkan kasih, ketaatan, dan kerendahan hati yang menjadi teladan bagi kita. Sebagai respons, mari kita:
- Hidup dalam kerendahan hati, melayani Allah dan sesama dengan tulus.
- Taat kepada Allah, bahkan dalam situasi yang sulit.
- Mengasihi tanpa syarat, mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.
Baca Juga: Mengapa Kristus Harus Mati di Salib?
Kiranya kita selalu mengingat dan menghargai perendahan Kristus, yang membawa kita kepada keselamatan dan kehidupan yang kekal.
"Ia, yang oleh karena wujud Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri." (Filipi 2:6-7)