An Exposition of the Assembly's Shorter Catechism: Reformed Theology

An Exposition of the Assembly's Shorter Catechism: Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Katekismus Pendek Westminster (Westminster Shorter Catechism) adalah salah satu dokumen paling berpengaruh dalam tradisi Reformed. Disusun oleh Westminster Assembly pada abad ke-17, katekismus ini berfungsi sebagai panduan ajaran doktrin Kristen bagi jemaat, khususnya generasi muda. Thomas Watson, seorang teolog Puritan, memberikan salah satu penjelasan paling mendalam tentang katekismus ini dalam karyanya An Exposition of the Assembly’s Shorter Catechism.

Dalam teologi Reformed, Westminster Shorter Catechism dipandang sebagai ringkasan doktrin Alkitab yang mengacu pada kemuliaan Allah dan kesejahteraan manusia sebagai tujuan utama kehidupan. Artikel ini menguraikan tema-tema utama dalam karya Thomas Watson, serta mengeksplorasi pandangan beberapa pakar teologi Reformed tentang relevansi dan dampaknya bagi gereja.

1. Tujuan Hidup Manusia: Kemuliaan Allah dan Sukacita Kekal

Katekismus Pendek Westminster dimulai dengan pertanyaan terkenal: “Apakah tujuan utama manusia?” Jawabannya adalah: “Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia untuk selama-lamanya.” Thomas Watson, dalam eksposisinya, menyoroti dua elemen utama dari jawaban ini: kemuliaan Allah dan sukacita kekal.

a. Memuliakan Allah

Menurut Watson, memuliakan Allah berarti menghormati Dia melalui pemahaman yang benar tentang karakter-Nya, ketaatan kepada firman-Nya, dan kehidupan yang mencerminkan kekudusan-Nya. Watson menegaskan bahwa seluruh keberadaan manusia dirancang untuk membawa kemuliaan kepada Allah.

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa seluruh ciptaan, terutama manusia, memiliki tujuan untuk memuliakan Sang Pencipta. Calvin menyebut bahwa manusia hanya dapat menemukan makna sejati dalam hidup ketika mereka hidup sesuai dengan tujuan ini.

b. Menikmati Allah untuk Selama-lamanya

Watson menekankan bahwa menikmati Allah tidak bertentangan dengan memuliakan-Nya, tetapi justru saling melengkapi. Sukacita terbesar manusia ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah.

Jonathan Edwards, dalam bukunya The End for Which God Created the World, menyatakan bahwa kemuliaan Allah dan sukacita manusia tidak dapat dipisahkan. Ketika manusia memuliakan Allah, mereka mengalami sukacita tertinggi karena hidup mereka selaras dengan kehendak Allah.

2. Doktrin Allah: Sifat dan Karya-Nya

Katekismus melanjutkan dengan pengajaran tentang siapa Allah itu dan bagaimana karya-Nya dinyatakan dalam penciptaan, pemeliharaan, dan penebusan. Watson menjelaskan sifat Allah dengan mengacu pada atribut-Nya yang sempurna, seperti kekudusan, kedaulatan, dan kasih.

a. Kekudusan Allah

Watson menekankan bahwa kekudusan adalah inti dari keberadaan Allah. Kekudusan-Nya adalah dasar dari keadilan dan kasih-Nya.

R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menggambarkan kekudusan Allah sebagai sifat yang paling menggentarkan dan menarik. Sproul menekankan bahwa kekudusan Allah mengungkapkan perbedaan radikal antara Allah yang sempurna dan manusia yang berdosa.

b. Kedaulatan Allah

Watson juga menyoroti kedaulatan Allah, yang berarti bahwa Allah memegang kendali penuh atas seluruh ciptaan.

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyatakan bahwa kedaulatan Allah adalah penghiburan terbesar bagi umat percaya. Kedaulatan-Nya memastikan bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah (Roma 8:28).

c. Kasih Allah

Kasih Allah, menurut Watson, dinyatakan terutama dalam karya penebusan melalui Yesus Kristus. Allah yang kudus dan berdaulat menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan orang berdosa.

John Piper, dalam bukunya God is the Gospel, menekankan bahwa kasih Allah paling nyata ketika Allah memberikan diri-Nya sendiri kepada umat-Nya melalui Kristus. Penebusan adalah wujud kasih Allah yang membawa kemuliaan bagi-Nya dan sukacita bagi umat percaya.

3. Hukum Allah dan Kewajiban Manusia

Katekismus memberikan perhatian besar pada hukum Allah sebagai standar hidup umat-Nya. Watson menjelaskan bahwa Hukum Allah tidak hanya menyatakan kehendak-Nya tetapi juga menunjukkan kebutuhan manusia akan penebusan.

a. Hukum sebagai Cermin

Watson menyebut bahwa hukum Allah adalah cermin yang menunjukkan dosa manusia. Dengan melihat hukum, manusia menyadari ketidakmampuannya untuk mematuhi kehendak Allah sepenuhnya.

Martin Luther, yang sering menjadi referensi teolog Reformed, menyatakan bahwa hukum membawa manusia kepada Kristus. Hukum menunjukkan dosa, dan Injil menawarkan keselamatan.

b. Hukum sebagai Panduan Hidup

Watson juga menekankan bahwa hukum Allah menjadi panduan hidup bagi mereka yang telah diselamatkan.

Sinclair Ferguson, dalam bukunya The Whole Christ, menjelaskan bahwa hukum Allah harus dipandang sebagai ekspresi kasih Allah, bukan beban. Orang percaya menaati hukum bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sebagai respons syukur atas anugerah-Nya.

4. Keselamatan: Anugerah Melalui Iman

Watson secara konsisten menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman. Ini adalah inti dari ajaran teologi Reformed, yang menekankan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

a. Pembenaran oleh Iman

Watson menjelaskan bahwa pembenaran adalah tindakan Allah di mana Dia menyatakan orang berdosa benar di hadapan-Nya melalui iman kepada Kristus.

Charles Hodge, dalam bukunya Systematic Theology, menekankan bahwa pembenaran adalah doktrin sentral dalam Kekristenan. Pembenaran membawa damai dengan Allah (Roma 5:1) dan memberikan dasar bagi kehidupan Kristen.

b. Pengudusan sebagai Proses

Selain pembenaran, Watson membahas pengudusan sebagai proses yang terus-menerus di mana Roh Kudus mengubah orang percaya menjadi serupa dengan Kristus.

Baca Juga:  Sinners in the Hands of an Angry God: Reformed Theology

J.C. Ryle, dalam bukunya Holiness, menyebut bahwa pengudusan adalah tanda nyata dari iman sejati. Meskipun tidak sempurna di dunia ini, orang percaya harus terus bertumbuh dalam kekudusan sebagai bukti pekerjaan Allah dalam hidup mereka.

5. Sakramen sebagai Sarana Anugerah

Watson juga membahas peran sakramen dalam kehidupan Kristen. Dalam teologi Reformed, sakramen dipandang sebagai sarana anugerah yang memperkuat iman.

a. Baptisan

Watson menjelaskan bahwa baptisan adalah tanda dan meterai perjanjian Allah dengan umat-Nya.

Louis Berkhof, dalam bukunya Systematic Theology, menyatakan bahwa baptisan adalah tanda masuk ke dalam perjanjian Allah dan simbol penyucian dari dosa.

b. Perjamuan Kudus

Watson menyebut Perjamuan Kudus sebagai peringatan akan pengorbanan Kristus dan sarana untuk memperkuat iman umat percaya.

Robert Letham, dalam bukunya The Lord’s Supper, menekankan bahwa Perjamuan Kudus adalah persekutuan nyata dengan Kristus. Melalui elemen roti dan anggur, umat percaya diberi penghiburan dan kekuatan rohani.

6. Kehidupan Kristen dalam Perspektif Kekal

Watson menutup eksposisinya dengan menekankan pentingnya hidup dengan perspektif kekekalan. Ia mengingatkan bahwa tujuan akhir umat percaya adalah persekutuan kekal dengan Allah.

Randy Alcorn, dalam bukunya Heaven, menyatakan bahwa pandangan kekekalan memberikan pengharapan dan tujuan bagi kehidupan di dunia ini. Dengan memandang surga sebagai rumah sejati, orang percaya dapat menghadapi tantangan hidup dengan iman dan sukacita.

Kesimpulan

An Exposition of the Assembly's Shorter Catechism oleh Thomas Watson adalah panduan yang mendalam dan praktis untuk memahami ajaran Kristen. Dengan menjelaskan tema-tema utama dari Westminster Shorter Catechism, Watson mengarahkan perhatian pembaca kepada kemuliaan Allah dan tujuan hidup manusia.

Dalam tradisi Reformed, katekismus ini terus menjadi alat yang relevan untuk mengajarkan doktrin Alkitab secara sistematis. Dengan mempelajari karya seperti Watson, umat Kristen dipanggil untuk hidup dalam kebenaran firman Tuhan, memuliakan Allah, dan menikmati Dia untuk selama-lamanya.

Next Post Previous Post