Ibrani 11:8-10: Abraham dan Iman yang Taat

Ibrani 11:8-10: Abraham dan Iman yang Taat

Pendahuluan:

Ibrani 11:8-10 adalah bagian penting dari "pasal iman" dalam Kitab Ibrani yang menyoroti Abraham sebagai teladan ketaatan yang lahir dari iman. Abraham dikenal sebagai "Bapa Orang Beriman" karena hidupnya mencerminkan kepercayaan yang mendalam pada Allah, meskipun tanpa memahami sepenuhnya bagaimana janji-janji Allah akan digenapi.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang iman Abraham dalam Ibrani 11:8-10, berdasarkan penjelasan teologi Reformed dan pandangan para pakar, serta bagaimana teladan ini relevan bagi kehidupan kita saat ini.

1. Teks Ibrani 11:8-10

Ibrani 11:8-10 (AYT):"Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk pergi ke tempat yang akan diterimanya sebagai warisan; ia pergi, meskipun ia tidak tahu ke mana ia pergi. Karena iman, ia tinggal di tanah yang dijanjikan seperti di tanah asing, dan tinggal di kemah-kemah bersama Ishak dan Yakub, ahli waris bersama atas janji yang sama. Sebab, ia menantikan kota yang mempunyai dasar, yang dirancang dan dibangun oleh Allah."

2. Konteks Kitab Ibrani

Kitab Ibrani ditulis untuk jemaat Kristen Yahudi yang menghadapi penganiayaan dan godaan untuk kembali ke Yudaisme. Penulis Kitab Ibrani berusaha memperkuat iman mereka dengan menunjukkan keunggulan Kristus dan pentingnya bertahan dalam iman.

Ibrani 11, yang sering disebut sebagai "Pasal Iman," menggambarkan iman para pahlawan iman dalam Perjanjian Lama. Dalam bagian ini, iman dijelaskan sebagai keyakinan pada hal-hal yang tidak terlihat dan kepastian tentang apa yang diharapkan (Ibrani 11:1). Abraham menjadi salah satu tokoh utama yang digunakan untuk menjelaskan sifat iman yang sejati.

3. Uraian Ayat

a. Iman dalam Panggilan (Ibrani 11:8)

"Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk pergi ke tempat yang akan diterimanya sebagai warisan; ia pergi, meskipun ia tidak tahu ke mana ia pergi."

  1. Panggilan Allah kepada Abraham
    Kisah ini merujuk pada Kejadian 12:1-3, ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya, Ur-Kasdim, dan pergi ke tanah yang dijanjikan Allah. Tindakan Abraham yang meninggalkan zona nyamannya menunjukkan keyakinan pada otoritas dan kedaulatan Allah.

  2. Iman yang Taat
    Iman Abraham bukan hanya kepercayaan pasif, tetapi iman yang diwujudkan melalui tindakan. Dia taat, meskipun ia tidak tahu ke mana Allah membawanya. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan effectual calling (pemanggilan efektif), di mana Allah memanggil manusia dengan kuasa sehingga mereka dapat menanggapi dengan iman.

  3. Penerapan bagi Orang Percaya
    Tindakan Abraham mengajarkan kita untuk taat pada panggilan Allah, meskipun kita tidak selalu memahami rencana-Nya secara penuh. Ketaatan ini adalah respons terhadap kasih karunia Allah, bukan usaha manusia semata.

b. Hidup sebagai Pendatang (Ibrani 11:9)

"Karena iman, ia tinggal di tanah yang dijanjikan seperti di tanah asing, dan tinggal di kemah-kemah bersama Ishak dan Yakub, ahli waris bersama atas janji yang sama."

  1. Kehidupan dalam Ketegangan
    Abraham tinggal di tanah perjanjian sebagai seorang pendatang. Dia tidak memiliki tanah itu secara penuh, tetapi hidup sebagai penyewa sementara. Ini menunjukkan iman yang terus-menerus menantikan penggenapan janji Allah.

  2. Kesadaran tentang Janji Allah
    Abraham, bersama Ishak dan Yakub, hidup dengan keyakinan bahwa janji Allah akan digenapi, meskipun mereka tidak melihatnya sepenuhnya dalam kehidupan mereka. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan pengharapan eskatologis yang mengarahkan orang percaya untuk hidup dengan fokus pada janji kekal Allah.

  3. Aplikasi bagi Kita
    Sebagai orang percaya, kita juga adalah "pendatang" di dunia ini (1 Petrus 2:11). Kita dipanggil untuk hidup dengan kesadaran bahwa dunia ini bukan rumah akhir kita, tetapi kita menantikan penggenapan janji Allah dalam kekekalan.

c. Menantikan Kota Allah (Ibrani 11:10)

"Sebab, ia menantikan kota yang mempunyai dasar, yang dirancang dan dibangun oleh Allah."

  1. Harapan pada Kota Surgawi
    Kota yang dirancang dan dibangun oleh Allah merujuk pada Yerusalem baru, tempat umat Allah akan tinggal bersama-Nya dalam kekekalan. Abraham hidup dengan pengharapan ini, meskipun ia tidak melihatnya secara langsung.

  2. Iman yang Melampaui Dunia Ini
    Iman Abraham mengarahkan fokusnya pada realitas kekal, bukan pada hal-hal duniawi. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan pengharapan yang didasarkan pada kedaulatan Allah dan karya keselamatan-Nya yang pasti.

  3. Implikasi bagi Orang Percaya
    Kita dipanggil untuk hidup dengan pandangan kekekalan, menantikan penggenapan janji Allah. Harapan ini memberikan kekuatan untuk bertahan dalam tantangan hidup.

4. Pandangan dalam Teologi Reformed

a. Iman sebagai Karunia Allah

Dalam pandangan Reformed, iman Abraham bukanlah hasil dari usahanya sendiri, tetapi karunia Allah. John Calvin menulis:"Iman sejati selalu berasal dari Allah, yang bekerja di hati manusia untuk mempercayai janji-janji-Nya."

b. Pemanggilan Efektif

Herman Bavinck menjelaskan bahwa pemanggilan Abraham adalah contoh dari effectual calling. Allah tidak hanya memanggil Abraham, tetapi juga memberinya kemampuan untuk menaati panggilan itu. Ini adalah karya anugerah Allah yang memampukan manusia untuk bertindak dalam iman.

c. Harapan Eskatologis

Teologi Reformed menekankan bahwa iman Abraham mencerminkan pengharapan eskatologis yang berfokus pada kekekalan. R.C. Sproul menyebutkan bahwa iman sejati selalu memandang melampaui dunia ini, menuju realitas kekal yang dijanjikan Allah.

d. Kesetiaan Allah

Charles Spurgeon menyoroti bahwa iman Abraham bertumpu pada karakter Allah yang setia. Dia berkata:"Iman Abraham tidak didasarkan pada keadaan, tetapi pada keyakinan bahwa Allah tidak pernah gagal menepati janji-Nya."

5. Aplikasi Praktis dari Iman Abraham

a. Taat pada Panggilan Allah

Seperti Abraham, kita dipanggil untuk taat pada panggilan Allah, meskipun seringkali tanpa memahami seluruh rencana-Nya. Iman yang taat berarti percaya bahwa Allah memimpin kita dengan hikmat dan kasih.

b. Hidup sebagai Pendatang

Sebagai orang percaya, kita adalah pendatang di dunia ini. Kita harus hidup dengan fokus pada kekekalan, tidak melekat pada kenyamanan duniawi, tetapi menantikan kota surgawi yang dirancang Allah.

c. Percaya pada Janji Allah

Iman Abraham mengajarkan kita untuk percaya pada janji Allah, meskipun terlihat mustahil secara manusiawi. Kita harus yakin bahwa Allah, yang setia, akan menggenapi janji-Nya pada waktu-Nya.

d. Menantikan Kota Allah

Pengharapan pada Yerusalem baru memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan pandangan kekekalan, menantikan hari di mana kita akan tinggal bersama Allah selamanya.

6. Relevansi Iman Abraham bagi Gereja Modern

a. Gereja sebagai Komunitas Iman

Gereja dipanggil untuk menjadi komunitas yang membantu anggotanya bertumbuh dalam iman. Melalui pengajaran firman, doa, dan persekutuan, gereja dapat memperkuat iman umatnya, seperti iman Abraham.

b. Misi yang Berakar pada Janji Allah

Iman Abraham mengingatkan gereja untuk melanjutkan misi Allah di dunia, percaya bahwa Ia akan menggenapi janji-Nya untuk membawa bangsa-bangsa kepada Kristus.

c. Pengharapan di Tengah Tantangan

Gereja modern menghadapi berbagai tantangan, tetapi iman Abraham mengajarkan kita untuk bertahan dengan pengharapan pada Allah yang setia.

Kesimpulan

Ibrani 11:8-10 menggambarkan iman Abraham sebagai teladan iman yang taat. Abraham percaya pada panggilan Allah, hidup sebagai pendatang di dunia ini, dan menantikan kota surgawi yang dirancang oleh Allah. Dalam teologi Reformed, iman ini adalah hasil dari karya anugerah Allah yang memampukan manusia untuk taat dan berharap pada janji-Nya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meniru iman Abraham, hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan menantikan penggenapan janji-Nya. Dalam setiap panggilan, ujian, dan pengharapan, kita dapat yakin bahwa Allah yang setia akan menuntun kita menuju kekekalan bersama-Nya.

Next Post Previous Post