Hukum dan Injil: Sebuah Tinjauan Teologis

Hukum dan Injil: Sebuah Tinjauan Teologis

Pendahuluan:

Hukum dan Injil adalah dua tema besar dalam teologi Kristen yang sering menjadi bahan diskusi mendalam, terutama dalam tradisi Reformed. Pemahaman yang benar tentang keduanya sangat penting untuk memahami keseluruhan rencana keselamatan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Hukum mencerminkan kekudusan Allah dan standar-Nya yang sempurna, sementara Injil adalah kabar baik tentang kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.

Artikel ini akan mengeksplorasi hubungan antara hukum dan Injil, menjelaskan masing-masing perannya, serta bagaimana keduanya saling melengkapi dalam rencana keselamatan Allah.

1. Pengertian Hukum dalam Alkitab

a. Definisi Hukum

Dalam Alkitab, hukum merujuk pada perintah-perintah Allah yang dinyatakan untuk umat-Nya. Secara khusus, hukum sering kali dikaitkan dengan Taurat, yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Hukum mencakup moralitas, ritual, dan hukum sipil, yang semuanya mencerminkan standar Allah bagi umat-Nya.

b. Dasar Alkitabiah

Mazmur 19:8 berkata:"Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberi hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."

Hukum Allah menggambarkan kekudusan-Nya, menunjukkan bagaimana manusia harus hidup sesuai dengan kehendak Allah.

c. Fungsi Hukum

Dalam teologi Reformed, hukum memiliki tiga fungsi utama:

  1. Cermin Kekudusan Allah dan Dosa Manusia:
    Roma 3:20 berkata, "Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat; karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."
    Hukum menyatakan dosa manusia dan menunjukkan kebutuhan akan Juruselamat.

  2. Menahan Kejahatan:
    Hukum berfungsi untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat dengan memberikan pedoman moral yang jelas.

  3. Panduan bagi Orang Percaya:
    Bagi mereka yang telah diselamatkan, hukum menjadi panduan untuk hidup yang kudus (Mazmur 119:105).

d. Keterbatasan Hukum

Hukum, meskipun kudus dan benar, tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa. Galatia 3:10-11 menegaskan bahwa manusia yang berusaha dibenarkan oleh hukum berada di bawah kutuk, karena tidak ada yang mampu memenuhi seluruh tuntutan hukum.

2. Pengertian Injil dalam Alkitab

a. Definisi Injil

Injil adalah kabar baik tentang keselamatan yang disediakan Allah melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Injil adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia dari dosa, memberikan pengampunan, dan memperdamaikan manusia dengan Allah.

b. Dasar Alkitabiah

1 Korintus 15:3-4 berkata:"Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci."

c. Fungsi Injil

  1. Menghapus Kutuk Hukum:
    Galatia 3:13 berkata, "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita."
    Injil membebaskan manusia dari kutuk hukum dengan menyelesaikan tuntutan hukum melalui salib Kristus.

  2. Memberikan Kehidupan Baru:
    Injil bukan hanya tentang pengampunan dosa, tetapi juga tentang memberikan hidup yang kekal bagi mereka yang percaya (Yohanes 3:16).

  3. Menyatukan Manusia dengan Allah:
    Melalui Injil, manusia yang berdosa dapat kembali memiliki hubungan dengan Allah. Roma 5:1 berkata: "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus."

3. Hubungan antara Hukum dan Injil

a. Kesesuaian dan Perbedaan

Hukum dan Injil adalah dua aspek dari satu rencana keselamatan Allah. Hukum menunjukkan kebutuhan manusia akan keselamatan, sementara Injil memberikan jawaban atas kebutuhan tersebut.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan:"Hukum menunjukkan standar kebenaran Allah dan kebutuhan manusia akan kasih karunia. Injil, di sisi lain, adalah sarana di mana kasih karunia itu diberikan kepada kita."

b. Hukum sebagai Penuntun kepada Kristus

Galatia 3:24 menyatakan, "Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman."
Hukum tidak bertujuan untuk menyelamatkan, tetapi untuk menunjukkan manusia akan dosa dan membawa mereka kepada Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.

c. Injil Menggenapi Hukum

Yesus berkata dalam Matius 5:17:"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Yesus tidak meniadakan hukum tetapi menggenapi tuntutan hukum melalui ketaatan-Nya yang sempurna dan kematian-Nya yang menggantikan.

4. Pandangan Teologi Reformed tentang Hukum dan Injil

a. Kesatuan Hukum dan Injil

Teolog Reformed seperti Herman Bavinck menegaskan bahwa hukum dan Injil bukanlah kontradiksi, tetapi saling melengkapi. Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menulis:"Hukum menunjukkan manusia kepada kebutuhannya akan kasih karunia, dan Injil memberikan kasih karunia itu dengan cara yang sepenuhnya memenuhi tuntutan hukum."

b. Pentingnya Pemahaman yang Tepat

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa salah memahami hubungan antara hukum dan Injil dapat menyebabkan dua kesalahan besar:

  1. Legalisme: Mengandalkan ketaatan kepada hukum untuk keselamatan.
  2. Antinomianisme: Menolak pentingnya hukum setelah menerima Injil.

Sproul menegaskan bahwa Injil tidak membebaskan orang percaya dari kewajiban moral yang dinyatakan dalam hukum, tetapi memberikan kekuatan untuk hidup sesuai dengan hukum tersebut.

c. Anugerah yang Menyelamatkan

John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menjelaskan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah karya kasih karunia Allah, yang diberikan melalui Injil. Murray menulis:
"Hukum tidak dapat menyelamatkan, tetapi Injil menyelamatkan dengan cara yang menghormati tuntutan hukum secara penuh."

5. Relevansi Hukum dan Injil bagi Kehidupan Kristen

a. Hidup dalam Ketaatan kepada Allah

Orang percaya dipanggil untuk hidup sesuai dengan hukum Allah sebagai respons terhadap kasih karunia-Nya. Efesus 2:10 berkata:"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya."

b. Berakar pada Injil

Hukum memberi pedoman untuk hidup kudus, tetapi Injil adalah sumber kekuatan yang memampukan orang percaya untuk menjalani hidup yang memuliakan Allah. Filipi 2:13 berkata:"Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."

c. Menghindari Ekstrem Legalisme dan Antinomianisme

Orang percaya harus menghindari legalisme yang berusaha mendapatkan keselamatan melalui perbuatan, tetapi juga menjauhi antinomianisme yang mengabaikan tuntutan hukum. Roma 6:15 berkata:"Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!"

Kesimpulan

Hukum dan Injil adalah dua sisi dari koin keselamatan yang dinyatakan dalam Alkitab. Hukum menunjukkan standar Allah yang sempurna dan kebutuhan manusia akan keselamatan, sementara Injil memberikan jawaban atas kebutuhan itu melalui karya penebusan Yesus Kristus.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghormati hukum Allah dengan hidup dalam ketaatan, tetapi juga bersandar sepenuhnya pada kasih karunia yang diberikan melalui Injil. Dengan memahami hubungan antara hukum dan Injil, kita dapat hidup dalam kebenaran yang memuliakan Allah dan memberikan kesaksian tentang keindahan rencana keselamatan-Nya.

"Karena itu, marilah kita hidup dalam ketaatan kepada hukum Allah, sambil memuliakan Dia yang memberikan Injil sebagai jalan keselamatan kita."

Next Post Previous Post