Iman Profetik Yakub: Ibrani 11:21

Iman Profetik Yakub: Ibrani 11:21

Pendahuluan:
Ibrani 11 adalah salah satu pasal paling ikonik dalam Alkitab yang dikenal sebagai "Galeri Iman." Pasal ini menyoroti tokoh-tokoh yang hidup dalam iman kepada Allah, meskipun mereka belum melihat penggenapan janji-Nya sepenuhnya. Salah satu tokoh yang diangkat adalah Yakub. Dalam Ibrani 11:21, iman Yakub disebutkan dengan cara yang unik:"Karena iman maka Yakub, ketika hendak mati, memberkati masing-masing anak Yusuf, dan bersujud menyembah, sambil bersandar pada kepala tongkatnya."

Ayat ini tampaknya sederhana, tetapi mengandung makna teologis yang mendalam. Mengapa tindakan Yakub memberkati anak-anak Yusuf dan menyembah Allah di akhir hidupnya dianggap sebagai iman profetik? Artikel ini akan mengupas makna Ibrani 11:21 berdasarkan pandangan teologi Reformed dari pakar seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.

1. Konteks Ibrani 11:21: Iman di Ambang Kematian

Yakub, salah satu tokoh kunci dalam Perjanjian Lama, dikenal karena perjalanan hidupnya yang penuh liku-liku. Ia mengalami perjumpaan langsung dengan Allah, konflik keluarga, hingga janji-janji besar tentang masa depan keturunannya. Dalam Kejadian 48, kita membaca bagaimana Yakub, menjelang akhir hidupnya, memberkati anak-anak Yusuf—Efraim dan Manasye.

John Calvin menyoroti bahwa tindakan Yakub ini bukan sekadar tradisi keluarga, melainkan ungkapan iman yang mendalam kepada janji Allah. Yakub, yang sudah sangat lanjut usia, tidak hanya mengingat janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan dirinya sendiri, tetapi juga meyakini penggenapan janji tersebut di masa depan.

2. Analisis Ibrani 11:21 Berdasarkan Perspektif Reformed

1. "Karena Iman"
Ayat ini dimulai dengan penegasan bahwa tindakan Yakub dilandasi oleh iman. Dalam teologi Reformed, iman adalah anugerah Allah, yang memungkinkan manusia untuk percaya kepada janji-janji-Nya meskipun belum melihat penggenapannya.

R.C. Sproul menekankan bahwa iman Yakub adalah contoh bagaimana orang percaya dapat hidup dengan pengharapan yang teguh, bahkan di tengah situasi yang tampaknya tidak memberikan bukti konkret. Yakub, yang hidup di tanah asing (Mesir), percaya bahwa Allah akan tetap menggenapi janji-Nya untuk membawa keturunannya kembali ke tanah perjanjian.

2. Memberkati Anak-anak Yusuf
"...memberkati masing-masing anak Yusuf..."

Dalam Kejadian 48, Yakub secara khusus memberikan berkat kepada Efraim dan Manasye, dua anak Yusuf yang lahir di Mesir. Ia bahkan mengangkat mereka sejajar dengan anak-anaknya sendiri sebagai penerima warisan. Yang menarik, Yakub menempatkan Efraim, anak bungsu, di atas Manasye, anak sulung.

John Calvin menjelaskan bahwa tindakan ini bukan didasarkan pada preferensi pribadi, tetapi petunjuk ilahi. Yakub, melalui iman, tunduk pada rencana Allah yang memilih Efraim untuk menerima berkat utama. Calvin menegaskan bahwa ini adalah bukti kedaulatan Allah, yang memilih sesuai dengan kehendak-Nya, bukan berdasarkan tradisi manusia.

Herman Bavinck melihat pemberian berkat ini sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Yakub, sebagai patriark, memahami bahwa keturunannya akan menjadi bangsa besar yang diberkati Allah, dan melalui iman, ia menubuatkan masa depan yang telah dijanjikan Allah.

3. Bersujud Menyembah
"...dan bersujud menyembah, sambil bersandar pada kepala tongkatnya."

Tindakan Yakub yang bersujud menyembah di akhir hidupnya adalah simbol dari penghormatan dan penyerahan total kepada Allah. Meskipun tubuhnya lemah, imannya tetap kuat.

R.C. Sproul menyoroti bahwa penyembahan Yakub menunjukkan ketergantungannya pada Allah. Ia bersandar pada tongkatnya, simbol kelemahan fisiknya, tetapi ia menyembah Allah yang setia. Dalam teologi Reformed, ini adalah gambaran bagaimana iman melampaui keterbatasan manusia, karena berakar pada kedaulatan Allah yang kekal.

John Calvin menambahkan bahwa penyembahan ini adalah respons terhadap anugerah Allah. Yakub mengenali bahwa segala sesuatu—baik berkat maupun janji—adalah pemberian Allah, dan ia menyatakan rasa syukurnya melalui penyembahan.

3. Iman Profetik Yakub: Melihat Melampaui Kehidupan Duniawi

1. Penglihatan tentang Masa Depan
Yakub disebut memiliki iman profetik karena ia melihat melampaui realitas saat itu. Ia percaya bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya kepada keturunan Abraham, meskipun ia sendiri tidak melihat penggenapan itu dalam hidupnya.

Herman Bavinck menjelaskan bahwa iman profetik Yakub adalah contoh pengharapan eskatologis. Ia tidak hanya mempercayai Allah untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang kekal.

2. Janji Allah yang Kekal
Janji Allah kepada Yakub tidak hanya tentang keturunannya yang akan menjadi bangsa besar, tetapi juga tentang keselamatan yang akan datang melalui keturunan tersebut. Dalam tradisi Reformed, janji ini mengarah pada kedatangan Kristus sebagai penggenapan sempurna dari perjanjian Allah.

R.C. Sproul mencatat bahwa iman Yakub adalah gambaran bagaimana orang percaya hidup dengan pengharapan kepada janji Allah yang melampaui batas waktu.

4. Perspektif Teologi Reformed tentang Iman Profetik

1. Iman Sebagai Anugerah Allah
Dalam teologi Reformed, iman dipandang sebagai anugerah Allah, bukan usaha manusia. Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa iman adalah pemberian Allah sehingga tidak ada yang dapat membanggakan diri.

John Calvin menekankan bahwa iman Yakub adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus yang menanamkan pengharapan kepada Allah. Tanpa anugerah ini, Yakub tidak akan mampu melihat melampaui situasi saat itu.

2. Kedaulatan Allah dalam Pemilihan
Yakub memberkati Efraim di atas Manasye, yang menunjukkan kedaulatan Allah dalam pemilihan. Herman Bavinck mencatat bahwa tindakan ini menegaskan bahwa Allah tidak terikat oleh tradisi manusia, tetapi memilih siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima berkat-Nya.

3. Pengharapan Esktalogis
R.C. Sproul menjelaskan bahwa iman profetik Yakub adalah contoh pengharapan eskatologis, yaitu keyakinan bahwa Allah akan menggenapi rencana-Nya untuk membawa keselamatan bagi umat-Nya.

5. Aplikasi Praktis bagi Orang Kristen Modern

1. Percaya pada Janji Allah di Tengah Ketidakpastian
Yakub menunjukkan bahwa iman berarti mempercayai janji Allah, bahkan ketika kita belum melihat penggenapannya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan pengharapan yang sama, terutama di tengah situasi yang tidak pasti.

2. Menyembah Allah di Segala Keadaan
Yakub bersujud menyembah Allah di akhir hidupnya, menunjukkan ketergantungan total pada Allah. Kita juga dipanggil untuk menyembah Allah, bukan hanya di saat-saat baik, tetapi juga di tengah kelemahan dan tantangan hidup.

3. Melihat Kehidupan dengan Perspektif Kekekalan
Iman profetik Yakub mengajarkan kita untuk memandang hidup ini dalam terang kekekalan. Dunia ini bukan tujuan akhir, tetapi bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk membawa kita kepada keselamatan yang kekal.

4. Meneruskan Warisan Iman
Yakub memberkati anak-anak Yusuf sebagai bentuk tanggung jawab untuk meneruskan iman kepada generasi berikutnya. Kita juga dipanggil untuk menjadi saluran berkat bagi keluarga dan komunitas kita, memastikan bahwa janji-janji Allah dikenal oleh generasi mendatang.

6. Relevansi Ibrani 11:21 bagi Gereja Masa Kini

Ibrani 11:21 mengingatkan gereja untuk:

  1. Mengarahkan pengharapan pada janji-janji Allah yang kekal.
  2. Menyembah Allah dengan hati yang penuh syukur, meskipun dalam keterbatasan fisik atau situasi sulit.
  3. Memprioritaskan iman dan kasih kepada Allah di atas tradisi manusia.
  4. Mendorong jemaat untuk menjadi teladan iman bagi generasi berikutnya.

Kesimpulan

Iman profetik Yakub dalam Ibrani 11:21 adalah contoh luar biasa tentang bagaimana orang percaya dapat hidup dengan pengharapan kepada janji Allah yang kekal. Dalam perspektif teologi Reformed, iman ini adalah hasil dari anugerah Allah, yang memungkinkan Yakub untuk melihat melampaui batas waktu dan keadaan duniawi.

Sebagai orang Kristen modern, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Yakub—hidup dengan iman, menyembah Allah, dan meneruskan warisan iman kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, kita menjadi bagian dari rencana Allah yang besar untuk membawa keselamatan kepada umat-Nya. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post