Kekudusan Allah: Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan:
Kekudusan Allah adalah salah satu tema utama dalam Alkitab yang berulang kali dinyatakan, terutama dalam pemahaman hubungan antara Allah dengan ciptaan-Nya. Dalam Yesaya 6:3, para serafim memuji Allah dengan seruan: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam.” Kekudusan adalah inti dari sifat Allah dan menjadi landasan bagi segala tindakan-Nya, termasuk keadilan, kasih, dan kasih karunia. Dalam teologi Reformed, kekudusan Allah adalah doktrin yang sangat penting karena mencerminkan keagungan dan keunikan Allah dalam hubungan-Nya dengan manusia.
Artikel ini mengeksplorasi konsep kekudusan Allah berdasarkan Alkitab, pemikiran teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul, serta relevansinya dalam kehidupan umat Allah.
1. Kekudusan Allah dalam Alkitab
a. Definisi Kekudusan
Kata “kudus” (qadosh dalam bahasa Ibrani dan hagios dalam bahasa Yunani) secara harfiah berarti “terpisah” atau “berbeda.” Kekudusan Allah menunjukkan bahwa Ia sepenuhnya terpisah dari dosa, memiliki kemurnian moral yang sempurna, dan unggul di atas segala sesuatu yang diciptakan.
b. Kekudusan sebagai Atribut Utama Allah
Alkitab menekankan kekudusan Allah lebih dari atribut lainnya. Dalam Yesaya 6:3 dan Wahyu 4:8, para malaikat memuji Allah dengan tiga kali seruan “kudus,” yang menunjukkan intensitas dan keunggulan kekudusan-Nya. John Calvin menulis bahwa kekudusan adalah inti dari keberadaan Allah, dan setiap atribut lain-Nya (seperti kasih, keadilan, dan belas kasihan) mencerminkan kekudusan-Nya.
c. Pernyataan Kekudusan Allah
- Kekudusan Allah dalam Penciptaan: Allah menunjukkan kekudusan-Nya melalui ciptaan yang sempurna (Kejadian 1:31). Segala sesuatu yang diciptakan-Nya adalah baik dan mencerminkan kemuliaan-Nya.
- Kekudusan Allah dalam Hukum Taurat: Hukum Allah mencerminkan standar kekudusan-Nya yang sempurna. Imamat 19:2 menyatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.”
- Kekudusan Allah dalam Penebusan: Kekudusan Allah terlihat dalam karya penebusan-Nya. Melalui salib Kristus, Allah mengungkapkan keadilan dan kasih-Nya dengan cara yang selaras dengan kekudusan-Nya (Roma 3:25-26).
2. Kekudusan Allah Menurut Teologi Reformed
a. John Calvin: Allah yang Kudus dan Berdaulat
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa kekudusan Allah adalah landasan dari pemahaman tentang Allah. Calvin menekankan bahwa kekudusan Allah membuat Dia layak menerima penyembahan yang eksklusif. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Allah dalam kemurnian, keadilan, dan kemuliaan-Nya.
Bagi Calvin, kekudusan Allah adalah sumber rasa hormat yang mendalam (reverence) dari umat manusia. Kesadaran akan kekudusan Allah memimpin manusia kepada pengakuan akan dosa mereka dan kebutuhan akan kasih karunia.
b. Herman Bavinck: Kekudusan Sebagai Keberbedaan Allah
Herman Bavinck memandang kekudusan Allah sebagai manifestasi dari keberbedaan-Nya dengan ciptaan. Allah tidak hanya terpisah dari dosa, tetapi juga dari semua yang fana dan terbatas. Kekudusan Allah, menurut Bavinck, adalah atribut yang menjadikan Dia Pencipta yang unik dan tidak dapat disamakan dengan apa pun.
Bavinck juga menekankan bahwa kekudusan Allah adalah dasar dari semua hubungan Allah dengan ciptaan-Nya. Ketika Allah memanggil umat-Nya untuk hidup kudus, Ia memanggil mereka untuk mencerminkan sifat-Nya dan memisahkan diri dari dunia yang jatuh dalam dosa.
c. R.C. Sproul: Kekudusan Sebagai Keagungan Allah
R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menulis bahwa kekudusan Allah bukan hanya tentang kemurnian moral, tetapi juga tentang keagungan-Nya yang tak tertandingi. Sproul menggambarkan kekudusan Allah sebagai “rasa kagum” yang timbul ketika manusia menyadari perbedaan besar antara Allah dan diri mereka sendiri.
Sproul juga menyoroti respons manusia terhadap kekudusan Allah, seperti yang terlihat dalam pengalaman Yesaya (Yesaya 6:5) dan Petrus (Lukas 5:8). Kekudusan Allah membawa manusia kepada kesadaran akan dosa mereka dan mendorong mereka untuk mencari pengampunan.
3. Kekudusan Allah dan Dosa
a. Allah yang Terpisah dari Dosa
Dalam teologi Reformed, kekudusan Allah berarti bahwa Ia sepenuhnya terpisah dari dosa. Habakuk 1:13 menyatakan bahwa mata Allah terlalu suci untuk melihat kejahatan. Allah tidak dapat mentoleransi dosa, dan inilah sebabnya mengapa dosa membawa pemisahan antara Allah dan manusia (Yesaya 59:2).
b. Kekudusan dan Penghakiman
Karena Allah adalah kudus, Ia tidak dapat membiarkan dosa tidak dihukum. John Calvin menulis bahwa keadilan Allah adalah perpanjangan dari kekudusan-Nya. Hukuman atas dosa bukanlah tindakan yang sewenang-wenang, tetapi cerminan dari karakter Allah yang kudus.
c. Kekudusan dalam Penebusan
Kekudusan Allah menuntut keadilan, tetapi kasih-Nya menyediakan jalan penebusan melalui Yesus Kristus. Dalam karya salib, kekudusan, keadilan, dan kasih Allah bersatu. Kristus menanggung hukuman dosa agar umat pilihan-Nya dapat dibenarkan dan diperdamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:21).
4. Panggilan Umat Allah untuk Hidup Kudus
a. Kekudusan sebagai Panggilan Universal
Dalam 1 Petrus 1:15-16, umat Allah dipanggil untuk hidup kudus karena Allah adalah kudus. Dalam teologi Reformed, panggilan ini adalah respons terhadap anugerah Allah. Herman Bavinck menekankan bahwa kekudusan bukanlah upaya manusia untuk mencapai Allah, tetapi hasil dari karya Roh Kudus yang menguduskan.
b. Kekudusan sebagai Proses Pengudusan
Kekudusan dalam kehidupan orang percaya adalah proses yang berlangsung seumur hidup. John Owen menggambarkan pengudusan sebagai perjuangan melawan dosa yang terus-menerus dan pertumbuhan dalam keserupaan dengan Kristus. Roma 8:13 menyatakan bahwa melalui Roh Kudus, orang percaya mematikan perbuatan-perbuatan daging dan hidup dalam kekudusan.
c. Kekudusan dalam Kehidupan Sehari-hari
R.C. Sproul menekankan bahwa kekudusan tidak hanya tercermin dalam kehidupan rohani, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Orang percaya dipanggil untuk menunjukkan kekudusan dalam pekerjaan, hubungan, dan cara mereka menggunakan waktu dan sumber daya.
5. Implikasi Kekudusan Allah dalam Kehidupan Kristen
a. Penyembahan yang Kudus
Kesadaran akan kekudusan Allah mendorong umat-Nya untuk memberikan penyembahan yang penuh hormat. Ibrani 12:28-29 menyatakan bahwa Allah adalah api yang menghanguskan, dan penyembahan kepada-Nya harus dilakukan dengan rasa hormat dan takut akan Allah.
b. Penginjilan yang Kudus
Kekudusan Allah menginspirasi orang percaya untuk berbagi Injil dengan dunia. John Calvin menekankan bahwa misi gereja adalah untuk menyatakan kemuliaan Allah dan mengundang orang lain untuk mengenal Dia yang kudus.
c. Kesaksian dalam Dunia
Umat Allah dipanggil untuk hidup kudus di tengah dunia yang tidak kudus. 1 Petrus 2:12 mendorong orang percaya untuk hidup dengan cara yang mulia, sehingga dunia dapat melihat perbuatan baik mereka dan memuliakan Allah.
6. Tantangan dalam Memahami Kekudusan Allah
a. Tantangan Konseptual
Kekudusan Allah sering kali sulit dipahami karena perbedaan besar antara Allah yang sempurna dan manusia yang terbatas. R.C. Sproul menulis bahwa banyak orang memiliki pandangan yang dangkal tentang kekudusan Allah, yang mengakibatkan kurangnya rasa hormat terhadap Dia.
b. Tantangan Pribadi
Hidup kudus adalah panggilan yang sulit karena dosa yang terus-menerus memengaruhi kehidupan manusia. John Owen menekankan bahwa pengudusan membutuhkan disiplin rohani, doa, dan ketergantungan pada Roh Kudus.
Kesimpulan
Kekudusan Allah adalah inti dari doktrin Kristen dan fondasi dari pemahaman tentang siapa Allah itu. Dalam teologi Reformed, kekudusan Allah menunjukkan keberbedaan, kemurnian, dan keagungan-Nya yang tak tertandingi. Kekudusan Allah juga menjadi dasar dari panggilan umat-Nya untuk hidup kudus, mencerminkan karakter-Nya dalam segala aspek kehidupan.
Melalui karya Kristus dan Roh Kudus, umat Allah dipanggil untuk mengalami transformasi yang membawa mereka semakin dekat kepada Allah yang kudus. Dengan hidup dalam kekudusan, umat Allah dapat menjadi saksi yang efektif bagi dunia, membawa kemuliaan kepada Allah yang layak menerima penyembahan dan pengabdian kita.