Matius 22:39: Kasihilah Sesamamu Manusia Seperti Dirimu Sendiri

Matius 22:39: Kasihilah Sesamamu Manusia Seperti Dirimu Sendiri

Pendahuluan:

Matius 22:39 adalah bagian penting dari jawaban Yesus kepada ahli Taurat yang menanyakan hukum terbesar dalam Taurat. Ayat ini berbunyi:

"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Yesus menjelaskan bahwa hukum kasih kepada sesama ini tidak terpisahkan dari hukum pertama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (Matius 22:37-38). Dalam konteks teologi Reformed, kedua hukum ini dianggap sebagai inti dari seluruh hukum Taurat dan para nabi.

Artikel ini akan menguraikan Matius 22:39 dengan mendalam berdasarkan pendapat beberapa pakar teologi Reformed, menjelaskan konteks teologisnya, serta relevansinya bagi kehidupan Kristen.

1. Konteks Matius 22:39 dalam Narasi Injil

a. Tantangan dari Ahli Taurat

Ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus mencoba menjebak-Nya dengan meminta Dia menentukan hukum terbesar dalam Taurat. Ini adalah pertanyaan rumit karena ada 613 hukum dalam Taurat yang dianggap sama pentingnya.

Namun, Yesus menjawab dengan hikmat ilahi, menghubungkan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sebagai inti dari seluruh hukum. Menurut John Calvin, jawaban Yesus menunjukkan bahwa "hukum-hukum yang tampaknya terpisah sebenarnya saling berhubungan secara mendalam, dengan kasih sebagai intinya."

b. Hubungan antara Kasih kepada Allah dan Kasih kepada Sesama

Teolog Reformed seperti R.C. Sproul menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah ekspresi nyata dari kasih kepada Allah. Kasih kepada Allah tidak dapat diwujudkan tanpa tindakan kasih kepada sesama. Sebaliknya, kasih kepada sesama hanya mungkin jika seseorang memiliki kasih kepada Allah.

Sproul menjelaskan bahwa "kedua hukum ini seperti dua sisi dari koin yang sama. Tanpa salah satunya, koin itu kehilangan nilainya."

2. Eksposisi Ayat Matius 22:39

a. "Kasihilah sesamamu manusia..."

Yesus mengutip Imamat 19:18, yang menekankan kasih kepada sesama sebagai prinsip moral yang fundamental. Dalam konteks Perjanjian Lama, "sesama" merujuk kepada sesama orang Israel. Namun, Yesus memperluas pengertian ini sehingga mencakup semua manusia, termasuk musuh kita (Matius 5:44).

Menurut Jonathan Edwards, kasih kepada sesama adalah perintah yang mencerminkan sifat Allah. Dalam tulisannya Charity and Its Fruits, Edwards menjelaskan bahwa "kasih kepada sesama adalah buah dari kasih Allah yang dicurahkan dalam hati kita."

b. "...seperti dirimu sendiri"

Bagian ini mengacu pada kasih yang aktif dan tulus kepada orang lain. John Owen menulis bahwa frasa ini menekankan pentingnya memperlakukan sesama dengan perhatian yang sama seperti kita memperhatikan diri sendiri. Owen mencatat bahwa "kasih kepada sesama bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga panggilan untuk mencerminkan karakter Kristus."

Calvin menambahkan bahwa "kita dipanggil untuk mengasihi semua orang, tanpa membedakan, karena Allah sendiri telah mengasihi kita tanpa syarat."

3. Pendapat Para Teolog Reformed tentang Matius 22:39

a. Kasih sebagai Inti dari Hukum Taurat

R.C. Sproul menekankan bahwa kasih adalah inti dari seluruh hukum Taurat. Dia menjelaskan bahwa hukum-hukum lainnya hanyalah aplikasi praktis dari dua hukum utama ini. Dalam komentarnya, Sproul menyatakan bahwa "tanpa kasih, ketaatan kepada hukum hanyalah formalitas tanpa makna."

b. Kasih sebagai Buah Roh Kudus

Menurut John Owen, kasih kepada sesama adalah salah satu buah Roh yang disebutkan dalam Galatia 5:22. Dia menekankan bahwa "kasih sejati hanya dapat muncul dari hati yang telah diperbarui oleh Roh Kudus."

c. Kasih kepada Sesama sebagai Cerminan Kasih Allah

Calvin menjelaskan bahwa kasih kepada sesama adalah perintah yang hanya dapat dipenuhi oleh mereka yang telah mengalami kasih Allah. Dia menulis: "Hanya ketika kita memahami betapa besar kasih Allah kepada kita, kita dapat dengan tulus mengasihi sesama kita."

4. Prinsip-Prinsip Kasih kepada Sesama

a. Kasih yang Tidak Memilih Kasih

Yesus menunjukkan bahwa kasih kepada sesama mencakup semua orang, termasuk mereka yang sulit untuk dikasihi. Dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:25-37), Yesus menunjukkan bahwa "sesama" bukan hanya orang yang dekat dengan kita, tetapi siapa saja yang membutuhkan pertolongan kita.

b. Kasih yang Aktif dan Nyata

Kasih kepada sesama bukan sekadar emosi atau kata-kata, tetapi juga tindakan nyata. Teolog seperti Jonathan Edwards menekankan bahwa kasih kepada sesama harus diwujudkan dalam bentuk pelayanan, kemurahan hati, dan pengampunan.

c. Kasih sebagai Tindakan Pengorbanan

Kasih kepada sesama seringkali menuntut pengorbanan. Yesus memberikan teladan kasih yang sempurna melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan ini.

5. Tantangan dalam Mengasihi Sesama

a. Dosa sebagai Penghalang

Sifat dosa manusia sering menjadi penghalang dalam mengasihi sesama. Kesombongan, iri hati, dan kebencian adalah beberapa bentuk dosa yang menghalangi kita untuk menunjukkan kasih yang sejati.

b. Kasih kepada Musuh

Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita (Matius 5:44). Ini adalah salah satu aspek kasih yang paling sulit untuk diterapkan. Namun, kasih kepada musuh mencerminkan kasih Allah yang universal.

c. Mengasihi di Tengah Perbedaan

Dalam konteks masyarakat yang beragam, kasih kepada sesama sering menghadapi tantangan dalam bentuk perbedaan budaya, agama, dan pandangan. Namun, Yesus memanggil kita untuk melampaui perbedaan ini dan mengasihi semua orang tanpa syarat.

6. Relevansi Matius 22:39 dalam Kehidupan Kristen

a. Kasih sebagai Dasar Etika Kristen

Matius 22:39 memberikan dasar etika Kristen yang kuat. Kasih kepada sesama adalah prinsip yang harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk keluarga, pekerjaan, dan pelayanan.

b. Kasih sebagai Kesaksian Injil

Yesus berkata dalam Yohanes 13:35, "Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Kasih kepada sesama adalah kesaksian yang paling kuat tentang Injil Kristus.

c. Kasih sebagai Pemulihan Hubungan

Dalam dunia yang dipenuhi konflik dan kebencian, kasih kepada sesama memiliki kekuatan untuk memulihkan hubungan dan menciptakan perdamaian.

Kesimpulan

Matius 22:39 adalah panggilan ilahi untuk mengasihi sesama dengan tulus dan tanpa syarat. Kasih ini bukan hanya perintah moral, tetapi juga cerminan dari kasih Allah yang telah dicurahkan dalam hati kita melalui Roh Kudus.

Para teolog Reformed menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah inti dari kehidupan Kristen, yang mencakup semua orang tanpa memandang perbedaan. Dalam mengasihi sesama, kita meneladani kasih Kristus dan memuliakan Allah.

Sebagai orang percaya, marilah kita menghidupi panggilan ini dengan setia, menunjukkan kasih kepada sesama dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan demikian, kita memenuhi hukum Taurat dan menjadi saksi Injil Kristus di dunia ini.

Next Post Previous Post