Makna Janji Nikah dalam Pernikahan Kristen
Pendahuluan:
Pernikahan Kristen adalah institusi kudus yang didirikan oleh Allah sejak penciptaan manusia (Kejadian 2:24). Dalam pernikahan ini, janji nikah menjadi pusat dari hubungan antara suami dan istri, melambangkan komitmen mereka kepada Allah dan satu sama lain. Dalam tradisi teologi Reformed, janji nikah tidak hanya dilihat sebagai kontrak sosial tetapi sebagai perjanjian kudus yang memiliki makna teologis dan praktis yang mendalam.
Artikel ini akan membahas makna janji nikah dalam pernikahan Kristen, berdasarkan Alkitab dan pandangan beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul. Selain itu, artikel ini akan mengeksplorasi implikasi janji nikah dalam kehidupan suami istri dan gereja.
1. Dasar Alkitabiah Janji Nikah
a. Pernikahan Sebagai Institusi Allah
Pernikahan dimulai dalam taman Eden ketika Allah menciptakan Hawa untuk Adam, menetapkan hubungan yang unik antara laki-laki dan perempuan. Dalam Kejadian 2:24 dikatakan, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Teologi Reformed menekankan bahwa pernikahan bukanlah institusi manusia, tetapi anugerah Allah yang dirancang untuk mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya (Efesus 5:22-33).
b. Pernikahan Sebagai Perjanjian
Dalam Maleakhi 2:14, pernikahan disebut sebagai “perjanjian.” Perjanjian ini adalah komitmen yang melibatkan Allah sebagai saksi dan pengikat hubungan antara suami dan istri. Herman Bavinck menekankan bahwa perjanjian pernikahan memiliki elemen teologis yang melampaui perjanjian kontrak biasa karena melibatkan dimensi rohani dan moral.
c. Janji dalam Perkataan dan Kehidupan
Janji nikah melibatkan komitmen untuk saling setia, mencintai, dan menghormati. Dalam Matius 19:6, Yesus menegaskan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Janji ini adalah pernyataan iman kepada Allah dan komitmen kepada pasangan.
2. Makna Teologis Janji Nikah
a. Cerminan Hubungan Kristus dengan Gereja
Efesus 5:22-33 menggambarkan hubungan antara suami dan istri sebagai cerminan dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Suami dipanggil untuk mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gereja, sementara istri dipanggil untuk tunduk kepada suami seperti gereja tunduk kepada Kristus.
John Calvin menulis bahwa pernikahan Kristen adalah cara Allah untuk menunjukkan kasih, kesetiaan, dan pengorbanan-Nya. Dengan demikian, janji nikah adalah panggilan untuk hidup dalam kasih dan pengorbanan seperti Kristus.
b. Kesatuan yang Tak Terpisahkan
Janji nikah menegaskan kesatuan suami dan istri sebagai “satu daging.” Dalam tradisi Reformed, ini bukan hanya tentang kesatuan fisik, tetapi juga emosional, spiritual, dan tujuan hidup. Herman Bavinck menekankan bahwa kesatuan ini adalah tanda ketaatan kepada kehendak Allah dan anugerah-Nya dalam kehidupan pernikahan.
c. Kekudusan Pernikahan
Janji nikah mengakui pernikahan sebagai lembaga kudus yang tidak boleh diremehkan. Dalam Ibrani 13:4 disebutkan, “Hendaklah kamu semua menghormati perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur.”
R.C. Sproul menyoroti bahwa janji nikah mengandung pengakuan bahwa pernikahan adalah anugerah dari Allah yang harus dihormati dengan kesetiaan dan kekudusan.
3. Elemen Penting dalam Janji Nikah
a. Komitmen
Janji nikah melibatkan komitmen tanpa syarat antara suami dan istri. Ini berarti bahwa mereka harus tetap setia dalam suka dan duka, dalam kekayaan dan kemiskinan, dalam kesehatan dan sakit.
Louis Berkhof menekankan bahwa komitmen ini bukan hanya kontrak legal tetapi sebuah sumpah yang diucapkan di hadapan Allah, yang mengikat pasangan untuk saling setia sepanjang hidup mereka.
b. Kasih Agape
Kasih dalam janji nikah adalah kasih agape, yaitu kasih yang tidak bersyarat dan berkorban. Efesus 5:25 mengajarkan bahwa suami harus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja, yaitu dengan memberikan diri-Nya untuk gereja. Kasih ini adalah dasar dari semua tindakan dalam pernikahan Kristen.
c. Kesetiaan
Kesetiaan adalah inti dari janji nikah. Dalam Maleakhi 2:16, Allah menyatakan kebencian-Nya terhadap perceraian, yang menunjukkan betapa seriusnya komitmen dalam pernikahan. Kesetiaan bukan hanya tidak melakukan perzinahan, tetapi juga melibatkan penghormatan, dukungan, dan perhatian kepada pasangan.
4. Tantangan dalam Menjaga Janji Nikah
a. Tekanan Dunia Modern
Di zaman modern, pernikahan sering kali menghadapi tekanan dari budaya yang menekankan individualisme dan kebahagiaan instan. Tingginya tingkat perceraian menunjukkan bahwa banyak pasangan tidak memahami atau menghormati janji nikah.
Herman Bavinck menekankan bahwa gereja memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan pentingnya janji nikah kepada jemaatnya, sehingga mereka dapat menjalani pernikahan yang sesuai dengan kehendak Allah.
b. Konflik dan Kesalahpahaman
Setiap pernikahan menghadapi konflik. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik sering kali menjadi penyebab utama keretakan dalam pernikahan. Louis Berkhof mengingatkan bahwa pasangan harus belajar untuk mengampuni satu sama lain, sebagaimana Kristus telah mengampuni kita (Kolose 3:13).
c. Godaan untuk Tidak Setia
Godaan untuk melanggar janji nikah, baik melalui perzinahan maupun ketidakjujuran, adalah tantangan yang nyata. John Calvin menulis bahwa menjaga hati tetap setia adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan penghormatan terhadap janji nikah.
5. Peran Gereja dalam Mendukung Janji Nikah
a. Mengajarkan Doktrin Pernikahan
Gereja memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan doktrin pernikahan yang alkitabiah kepada jemaatnya. R.C. Sproul menekankan pentingnya pengajaran yang mendalam tentang pernikahan sebagai lembaga kudus yang didirikan oleh Allah.
b. Penasihat Perkawinan
Gereja harus menyediakan dukungan melalui konseling pranikah dan pasca-nikah untuk membantu pasangan memahami dan menjalani janji nikah mereka. Herman Bavinck menulis bahwa bimbingan rohani sangat penting untuk menjaga kekuatan dan kesatuan dalam pernikahan.
c. Doa dan Dukungan Komunitas
Komunitas gereja dapat menjadi sumber dukungan bagi pasangan dalam menjalani pernikahan mereka. Dengan saling mendoakan dan memberikan dukungan praktis, gereja dapat membantu pasangan untuk tetap setia pada janji nikah mereka.
6. Implikasi Praktis Janji Nikah dalam Kehidupan Kristen
a. Membangun Hubungan yang Kokoh
Janji nikah mendorong pasangan untuk membangun hubungan yang kokoh berdasarkan kasih, kepercayaan, dan komunikasi yang terbuka. Dengan berpegang pada janji ini, pasangan dapat menghadapi tantangan hidup bersama-sama.
b. Teladan bagi Anak-anak
Pernikahan yang setia kepada janji nikah memberikan teladan bagi anak-anak tentang pentingnya komitmen dan kesetiaan dalam hubungan. Ini juga membantu anak-anak memahami nilai-nilai Kristen yang mendasar.
c. Kesaksian kepada Dunia
Pernikahan Kristen yang mencerminkan kasih Kristus adalah kesaksian yang kuat kepada dunia. Dalam budaya yang sering kali meremehkan pernikahan, pasangan Kristen dapat menunjukkan kemuliaan Allah melalui kesetiaan mereka kepada janji nikah.
Kesimpulan
Janji nikah dalam pernikahan Kristen bukanlah sekadar formalitas, tetapi sebuah pernyataan iman dan komitmen kepada Allah dan pasangan. Dalam tradisi teologi Reformed, janji ini dipahami sebagai bagian dari perjanjian kudus yang mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja.
Melalui janji nikah, pasangan dipanggil untuk hidup dalam kasih, kesetiaan, dan kekudusan, menghadapi tantangan hidup dengan mengandalkan kasih karunia Allah. Dengan memahami dan menjalani makna janji nikah, orang percaya dapat memuliakan Allah dalam hubungan mereka, membangun keluarga yang kokoh, dan menjadi terang bagi dunia di sekitar mereka.