1 Korintus 1:1-3: Panggilan Kudus dalam Anugerah Kristus
Pendahuluan
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus untuk menanggapi berbagai permasalahan dalam jemaat Korintus. Jemaat ini terkenal dengan keberagamannya, tetapi juga dengan tantangan besar berupa perpecahan, penyimpangan moral, dan pengaruh budaya Yunani yang kuat.
Di dalam 1 Korintus 1:1-3, Paulus membuka suratnya dengan salam yang khas, yang tidak hanya menjadi pengantar tetapi juga menyampaikan dasar teologis yang penting bagi kehidupan orang percaya.
“Paulus, dipanggil sebagai rasul Yesus Kristus oleh kehendak Allah, dan Sostenes, saudara kita. Kepada jemaat Allah yang berada di Korintus, untuk mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus, yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus bersama semua orang di setiap tempat yang memanggil nama Tuhan kita Yesus Kristus, baik di tempat mereka maupun kita. Anugerah untukmu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus.” (1 Korintus 1:1-3, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana ayat ini mengajarkan tentang panggilan rasuli, kekudusan jemaat, dan anugerah Allah dalam kehidupan orang percaya.
1. Paulus sebagai Rasul yang Dipanggil oleh Allah (1 Korintus 1::1)
a. Paulus sebagai Rasul yang Dipilih Allah
Paulus memperkenalkan dirinya sebagai “dipanggil sebagai rasul Yesus Kristus oleh kehendak Allah”. Hal ini menegaskan bahwa panggilannya bukan berdasarkan kehendaknya sendiri, tetapi merupakan ketetapan ilahi.
John Calvin dalam Commentary on Corinthians menekankan bahwa kerasulan Paulus bukanlah hasil usaha manusia, tetapi merupakan anugerah dan ketetapan Allah:
“Paulus tidak mengambil kehormatan ini bagi dirinya sendiri, tetapi menerima panggilannya langsung dari Allah. Ini adalah bukti bahwa Injil yang dia ajarkan berasal dari otoritas ilahi.”
Hal ini penting karena beberapa orang di Korintus meragukan otoritas kerasulan Paulus. Dengan menekankan bahwa panggilannya berasal dari Allah, Paulus ingin menunjukkan bahwa pesan yang ia sampaikan memiliki otoritas ilahi dan tidak dapat diabaikan.
b. Sostenes: Saudara Seiman dalam Pelayanan
Paulus juga menyebut Sostenes, saudara kita. Banyak penafsir mengaitkan Sostenes dengan tokoh dalam Kisah Para Rasul 18:17, seorang pemimpin sinagoge di Korintus yang mungkin telah bertobat dan menjadi rekan pelayanan Paulus.
Louis Berkhof dalam New Testament Introduction menjelaskan bahwa:
“Penyebutan Sostenes menunjukkan bagaimana kasih karunia Allah dapat mengubah seseorang dari oposisi terhadap Injil menjadi rekan sekerja dalam pelayanan.”
Ini adalah pengingat bahwa tidak ada yang terlalu jauh dari kasih dan panggilan Allah, sebagaimana Paulus sendiri yang dulunya adalah penganiaya jemaat, tetapi kemudian menjadi rasul.
2. Jemaat yang Dikuduskan dalam Kristus (1 Korintus 1:2)
a. Jemaat Allah di Korintus
Paulus menyebut gereja di Korintus sebagai “jemaat Allah”, menegaskan bahwa mereka bukan milik individu tertentu, tetapi milik Allah.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa:
“Gereja bukanlah organisasi manusia, tetapi komunitas orang-orang yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi umat-Nya.”
Meskipun jemaat Korintus memiliki banyak masalah, Paulus tetap menyebut mereka sebagai jemaat Allah, menunjukkan kesabaran dan kasih karunia Allah dalam membimbing umat-Nya.
b. Dipanggil untuk Menjadi Kudus
Paulus menyebut jemaat ini sebagai “mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus, yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus”.
Ini menunjukkan dua aspek kekudusan dalam teologi Reformed:
- Kekudusan Posisi (Positional Sanctification) – Orang percaya sudah dikuduskan di dalam Kristus.
- Kekudusan Progresif (Progressive Sanctification) – Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan setiap hari.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa:
“Kekudusan bukan hanya tentang menjauhi dosa, tetapi tentang hidup yang dipersembahkan sepenuhnya untuk Tuhan.”
Hal ini mengingatkan bahwa meskipun jemaat Korintus memiliki banyak dosa, mereka tetap dipanggil untuk bertumbuh dalam kekudusan.
c. Kesatuan dengan Seluruh Orang Percaya
Paulus menekankan bahwa mereka dipanggil “bersama semua orang di setiap tempat yang memanggil nama Tuhan kita Yesus Kristus”.
Ini menunjukkan bahwa gereja bukan hanya lokal, tetapi merupakan bagian dari gereja universal.
John MacArthur dalam The Body of Christ menjelaskan bahwa:
“Kesatuan gereja tidak didasarkan pada budaya atau kebangsaan, tetapi pada panggilan bersama untuk hidup dalam Kristus.”
Oleh karena itu, tidak boleh ada perpecahan di antara orang percaya, karena semua umat Tuhan memiliki panggilan yang sama dalam Kristus.
3. Anugerah dan Damai Sejahtera dari Allah (1 Korintus 1:3)
a. Anugerah sebagai Dasar Hidup Kristen
Paulus mengawali banyak suratnya dengan menyebut "Anugerah untukmu". Ini menegaskan bahwa keselamatan dan kehidupan Kristen sepenuhnya adalah hasil anugerah Allah.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:
“Anugerah adalah kasih Allah yang tidak layak kita terima, yang mengampuni dosa dan memberi kita kekuatan untuk hidup bagi-Nya.”
Ini berarti bahwa tidak ada satu pun dari kita yang dapat menyombongkan diri atas keselamatan atau pencapaian rohani kita, karena semuanya adalah pemberian Allah.
b. Damai Sejahtera sebagai Akibat dari Anugerah
Paulus juga menyebut “damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus”.
Dalam bahasa Ibrani, damai sejahtera (shalom) berarti lebih dari sekadar ketenangan, tetapi mencakup keselamatan, keutuhan, dan hubungan yang benar dengan Allah.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:
“Damai sejahtera sejati hanya dapat ditemukan dalam Kristus, karena melalui Dia kita didamaikan dengan Allah.”
Ini berarti bahwa kehidupan Kristen bukan hanya tentang menerima anugerah, tetapi juga hidup dalam damai dengan Allah dan sesama.
4. Implikasi 1 Korintus 1:1-3 dalam Kehidupan Kristen
a. Mengakui Otoritas Firman Tuhan
Paulus menegaskan bahwa ia adalah rasul oleh kehendak Allah, yang berarti bahwa otoritas firman Tuhan tidak boleh diragukan atau diabaikan.
Sebagai orang percaya, kita harus:
- Menghormati otoritas Alkitab.
- Hidup dalam ketaatan terhadap firman Tuhan.
- Menolak ajaran yang menambahkan atau mengurangi dari Injil yang sejati.
b. Hidup dalam Kekudusan
Meskipun kita telah dikuduskan dalam Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan setiap hari.
Ini berarti:
- Menjauhi dosa dan godaan dunia.
- Hidup dalam kasih dan kebenaran.
- Bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.
c. Memelihara Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Paulus mengingatkan bahwa gereja adalah satu kesatuan, sehingga tidak boleh ada perpecahan atau persaingan yang tidak sehat.
Sebagai orang percaya, kita harus:
- Mengutamakan kasih dalam perbedaan.
- Menghormati sesama saudara seiman.
- Menjaga kesatuan dalam gereja berdasarkan Injil.
d. Bersandar pada Anugerah dan Damai Sejahtera Allah
Karena keselamatan kita adalah hasil anugerah Allah, kita harus hidup dengan penuh syukur dan tidak bergantung pada usaha manusia.
Kita dipanggil untuk hidup dalam damai, yang berarti:
- Tidak hidup dalam kekhawatiran, tetapi percaya kepada Tuhan.
- Memaafkan orang lain sebagaimana kita telah diampuni.
- Menjadi pembawa damai dalam komunitas kita.
Kesimpulan
Dari eksposisi 1 Korintus 1:1-3 ini, kita belajar bahwa:
- Keselamatan dan pelayanan kita adalah hasil panggilan Allah, bukan usaha manusia.
- Kita telah dikuduskan dalam Kristus, tetapi dipanggil untuk hidup dalam kekudusan.
- Gereja harus hidup dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus.
- Anugerah dan damai sejahtera Allah harus menjadi dasar kehidupan kita.
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan, menjaga kesatuan dalam gereja, dan bersandar sepenuhnya pada anugerah Kristus.
Soli Deo Gloria!