Habakuk 3:1-2: Doa Nabi dalam Iman dan Ketakutan akan Tuhan

Habakuk 3:1-2: Doa Nabi dalam Iman dan Ketakutan akan Tuhan

Pendahuluan

Kitab Habakuk adalah salah satu kitab kecil dalam Perjanjian Lama yang penuh dengan perenungan teologis yang mendalam. Berbeda dengan nabi-nabi lain yang biasanya menyampaikan firman Tuhan kepada umat Israel, kitab ini lebih banyak berisi dialog antara Habakuk dengan Tuhan.

Dalam Habakuk 3:1-2, nabi Habakuk berdoa dengan penuh ketakutan sekaligus pengharapan kepada Tuhan:

“Doa Nabi Habakuk. Menurut nyanyian ratapan. ‘TUHAN, aku telah mendengar kabar tentang Engkau, dan Engkau kutakuti, ya TUHAN! Hidupkanlah perbuatan-Mu dalam pertengahan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun, di dalam murka, ingatlah belas kasihan!’” (Habakuk 3:1-2, AYT)

Bagian ini adalah awal dari pasal 3, yang merupakan sebuah doa yang disusun dalam bentuk puisi atau nyanyian ratapan. Doa ini menunjukkan respons Habakuk setelah menerima wahyu Tuhan tentang hukuman atas Yehuda dan kedaulatan-Nya atas bangsa-bangsa.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini dengan pendekatan teologi Reformed, merujuk pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana doa ini mencerminkan ketakutan akan Tuhan, permohonan akan belas kasihan-Nya, serta bagaimana iman harus tetap teguh di tengah penghakiman Allah.

1. Konteks Kitab Habakuk

a. Latar Belakang Sejarah

Kitab Habakuk ditulis sekitar akhir abad ke-7 SM, menjelang kehancuran Yehuda oleh bangsa Babel. Pada saat itu, Yehuda telah jatuh dalam dosa dan ketidaksetiaan kepada Tuhan. Habakuk memulai kitab ini dengan keluhan kepada Tuhan tentang ketidakadilan yang ia lihat di antara bangsanya sendiri (Habakuk 1:1-4).

Namun, Tuhan menjawab bahwa Ia akan mengirim bangsa Babel untuk menghukum Yehuda karena dosa-dosa mereka (Habakuk 1:5-11). Hal ini mengejutkan Habakuk, karena Babel sendiri adalah bangsa yang jahat dan kejam. Maka, ia mempertanyakan keadilan Tuhan (Habakuk 1:12-17).

b. Respons Habakuk dalam Pasal 3

Pasal 3 adalah respons akhir Habakuk setelah ia memahami bahwa Tuhan tetap memegang kendali atas sejarah. Ia berdoa dengan pengakuan akan kebesaran Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya.

John Calvin dalam Commentary on Habakkuk menjelaskan bahwa pasal ini mencerminkan sikap iman yang tunduk kepada kedaulatan Allah, meskipun rencana-Nya tidak selalu dapat dipahami oleh manusia:

"Habakuk mengajarkan bahwa iman sejati tidak menuntut Tuhan untuk bertindak sesuai dengan keinginan kita, tetapi berserah kepada kehendak-Nya yang sempurna, bahkan di tengah penderitaan."

Dengan memahami konteks ini, kita dapat melihat bagaimana Habakuk 3:1-2 adalah seruan doa yang penuh dengan ketakutan, kepercayaan, dan permohonan akan belas kasihan Tuhan.

2. "Aku telah mendengar kabar tentang Engkau, dan Engkau kutakuti" (Habakuk 3:2a)

a. Ketakutan yang Suci terhadap Tuhan

Ketika Habakuk berkata bahwa ia telah mendengar tentang Tuhan dan takut kepada-Nya, ini bukan sekadar rasa takut biasa, tetapi ketakutan yang lahir dari kesadaran akan kebesaran dan kekudusan Tuhan.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:

"Takut akan Tuhan adalah respons yang benar dari manusia berdosa yang menyadari keagungan dan kekudusan Allah yang mutlak."

Habakuk tidak hanya mendengar tentang Tuhan secara intelektual, tetapi ia benar-benar memahami bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat dan layak ditakuti.

b. Ketakutan yang Menghasilkan Iman, Bukan Putus Asa

Takut akan Tuhan tidak membuat Habakuk putus asa, tetapi justru mendorongnya untuk berdoa dan mencari belas kasihan Tuhan.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa:

"Ketika seseorang benar-benar melihat kekudusan Tuhan, ia tidak akan meremehkan dosa, tetapi akan tunduk dan mengakui kebutuhan akan belas kasihan-Nya."

Habakuk memahami bahwa Tuhan akan menjalankan penghakiman-Nya, tetapi ia juga percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh belas kasihan.

3. "Hidupkanlah perbuatan-Mu dalam pertengahan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun" (Habakuk 3:2b)

a. Permohonan Agar Tuhan Bertindak

Habakuk meminta agar Tuhan menghidupkan kembali pekerjaan-Nya, yang berarti ia memohon agar Tuhan tetap bertindak di tengah umat-Nya, meskipun dalam konteks penghakiman.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa:

"Allah tidak pernah berhenti bekerja di tengah umat-Nya, bahkan dalam masa penghakiman, Dia tetap menyatakan diri-Nya untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya."

Dengan kata lain, meskipun Tuhan menghukum Yehuda, Habakuk tetap percaya bahwa Tuhan akan bertindak untuk memulihkan mereka pada waktunya.

b. Keyakinan bahwa Tuhan Tidak Akan Berdiam Diri

Permohonan ini juga menunjukkan iman bahwa Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya hancur sepenuhnya.

Paulus menegaskan dalam Filipi 1:6:

"Aku yakin bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik di antara kamu akan menyelesaikannya sampai pada hari Kristus Yesus."

Habakuk tahu bahwa Tuhan yang setia di masa lalu juga akan setia di masa yang akan datang.

4. "Di dalam murka, ingatlah belas kasihan!" (Habakuk 3:2c)

a. Memohon Belas Kasihan Tuhan di Tengah Penghakiman

Habakuk tahu bahwa murka Tuhan atas Yehuda memang adil, tetapi ia juga memohon agar Tuhan tidak melupakan belas kasihan-Nya.

John Calvin menulis bahwa:

"Tuhan tidak pernah bertindak dalam murka tanpa tetap menunjukkan belas kasihan kepada umat-Nya."

Ini berarti bahwa sekalipun Tuhan menghukum, kasih setia-Nya tetap ada bagi mereka yang bertobat.

b. Hubungan Murka dan Kasih Tuhan

Dalam teologi Reformed, keadilan dan kasih Tuhan tidak pernah bertentangan. Murka Tuhan terhadap dosa adalah ekspresi dari kekudusan-Nya, tetapi belas kasihan-Nya adalah ekspresi dari kasih-Nya yang menebus.

Herman Bavinck menjelaskan bahwa:

"Murka Tuhan tidak pernah berdiri sendiri; selalu ada rencana kasih karunia dalam setiap tindakan penghakiman-Nya."

Ini berarti bahwa dalam penghakiman Tuhan, selalu ada harapan bagi mereka yang bertobat dan beriman kepada-Nya.

5. Implikasi Habakuk 3:1-2 dalam Kehidupan Kristen

a. Mengembangkan Ketakutan yang Sehat terhadap Tuhan

Kita dipanggil untuk memiliki takut akan Tuhan yang benar, bukan sebagai rasa takut yang menjauhkan kita dari-Nya, tetapi sebagai sikap hormat yang membawa kita semakin dekat kepada-Nya.

b. Percaya bahwa Tuhan Tetap Bekerja dalam Situasi Sulit

Seperti Habakuk yang berdoa agar Tuhan menghidupkan perbuatan-Nya, kita juga harus percaya bahwa Tuhan tetap bekerja dalam hidup kita, bahkan di tengah kesulitan dan penderitaan.

c. Berdoa Memohon Belas Kasihan Tuhan

Kita harus selalu memohon belas kasihan Tuhan, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi dunia yang hidup dalam pemberontakan terhadap-Nya.

d. Hidup dalam Iman di Tengah Ketidakpastian

Habakuk menunjukkan bahwa iman sejati tetap bertahan, bahkan ketika jawaban Tuhan tidak sesuai dengan harapan manusia.

Sebagaimana Paulus berkata dalam Roma 1:17:

"Orang benar akan hidup oleh iman."

Kesimpulan

Dari eksposisi Habakuk 3:1-2 ini, kita belajar bahwa:

  1. Ketakutan akan Tuhan adalah respons yang benar terhadap kekudusan-Nya.
  2. Tuhan tetap bekerja dalam sejarah, bahkan ketika kita tidak memahami jalan-Nya.
  3. Murka Tuhan tidak pernah terlepas dari belas kasihan-Nya.
  4. Kita harus hidup dalam iman, percaya bahwa Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan, berdoa dengan penuh kepercayaan, dan menantikan belas kasihan-Nya yang dinyatakan di tengah-tengah dunia ini.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post