Makna Doa Bapa Kami: Lukas 11:2

Makna Doa Bapa Kami: Lukas 11:2

Pendahuluan:

Doa merupakan bagian esensial dalam kehidupan orang percaya. Dalam Lukas 11:2, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya bagaimana cara berdoa yang benar melalui Doa Bapa Kami:

"Kemudian Yesus berkata kepada mereka, ‘Ketika kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu.’" (Lukas 11:2, AYT)

Bagian ini adalah versi singkat dari Doa Bapa Kami yang lebih lengkap dalam Matius 6:9-13. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis makna ayat ini secara mendalam, mengeksplorasi perspektif para teolog Reformed, serta bagaimana kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan doa kita.

1. Konteks Lukas 11:2 dalam Kitab Injil

A. Latar Belakang Pengajaran Yesus tentang Doa

Lukas 11 dimulai dengan satu permintaan dari murid-murid Yesus:"Tuhan, ajarlah kami berdoa, seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." (Lukas 11:1)

Ini menunjukkan bahwa doa bukanlah sesuatu yang otomatis, tetapi perlu diajarkan dan dipahami dengan benar.

John Calvin menekankan bahwa:"Doa yang sejati bukan sekadar kata-kata, tetapi berasal dari hati yang mengenal Allah dan memahami kehendak-Nya."

Murid-murid Yesus ingin belajar bagaimana mendekati Allah dengan cara yang benar, dan Yesus memberikan pola doa yang menjadi dasar bagi kehidupan doa Kristen.

B. Perbandingan dengan Doa Bapa Kami di Matius 6

Doa yang diajarkan dalam Lukas 11:2 lebih singkat dibandingkan dengan versi Matius 6:9-13. Namun, inti pesan tetap sama:

Lukas 11:2Matius 6:9-13
"Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu.""Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga."

Kedua versi ini menunjukkan pola doa yang mengutamakan kehormatan Allah sebelum permohonan pribadi.

2. Makna Teologis Lukas 11:2

A. "Bapa" – Hubungan Intim dengan Allah

Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk memanggil Allah sebagai "Bapa", sebuah konsep yang sangat radikal dalam konteks Yahudi.

John MacArthur menjelaskan bahwa:"Memanggil Allah sebagai ‘Bapa’ menunjukkan bahwa kita bukan hanya ciptaan-Nya, tetapi kita adalah anak-anak-Nya dalam Kristus."

Paulus juga menegaskan dalam Roma 8:15:"Sebab, kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak-anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, Bapa!'"

Sebagai orang percaya, kita memiliki keistimewaan untuk datang kepada Allah dengan keyakinan bahwa Dia adalah Bapa yang penuh kasih.

B. "Dikuduskanlah Nama-Mu" – Kehormatan bagi Allah

Frasa ini menunjukkan bahwa doa sejati dimulai dengan penghormatan kepada Allah.

R.C. Sproul menekankan bahwa:"Ketika kita berkata, ‘Dikuduskanlah nama-Mu,’ kita tidak membuat Allah lebih kudus, tetapi kita mengakui dan menghormati kekudusan-Nya dalam hidup kita."

Ini berarti bahwa dalam doa, kita harus:
✔ Mengutamakan kehormatan Allah di atas segala sesuatu.
✔ Memiliki hati yang rendah hati di hadapan-Nya.
✔ Tidak menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan (Keluaran 20:7).

C. "Datanglah Kerajaan-Mu" – Prioritas Kehendak Allah

Bagian ini menegaskan bahwa doa bukanlah tentang meminta apa yang kita inginkan, tetapi meminta agar kehendak Allah dinyatakan di dunia ini.

Jonathan Edwards berkata:"Tujuan utama doa adalah agar kerajaan Allah semakin nyata di dunia ini dan dalam hati manusia."

"Kerajaan Allah" mencakup beberapa aspek:

  1. Kedatangan Kristus yang pertama → Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa.
  2. Pertumbuhan Gereja di dunia → Penyebaran Kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil.
  3. Kedatangan Kristus yang kedua → Penyempurnaan kerajaan-Nya dalam kekekalan.

Ketika kita berdoa, apakah kita lebih mementingkan kerajaan kita sendiri, atau kerajaan Allah?

3. Pandangan Teolog Reformed tentang Doa

A. John Calvin: Doa adalah Tindakan Iman

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa:"Doa adalah sarana yang Allah gunakan untuk menyalurkan berkat-Nya kepada kita, tetapi doa yang benar selalu dimulai dengan pemahaman yang benar tentang Allah."

Artinya, doa bukan sekadar meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi mengakui siapa Tuhan itu dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya.

B. Martin Luther: Doa sebagai Tindakan Ketaatan

Luther mengajarkan bahwa Doa Bapa Kami adalah doa yang paling sempurna karena mencerminkan kehendak Allah.

Ia berkata:"Ketika kita berdoa ‘Datanglah kerajaan-Mu,’ kita sedang memohon agar Allah memerintah di dalam kita dan dunia ini dengan cara-Nya yang sempurna."

C. R.C. Sproul: Doa Mengubah Kita

Sproul mengingatkan bahwa doa bukan hanya tentang meminta, tetapi tentang membentuk hati kita agar selaras dengan kehendak Tuhan.

"Doa bukanlah cara untuk mengubah pikiran Allah, tetapi sarana yang Allah gunakan untuk mengubah hati kita."

4. Aplikasi Lukas 11:2 dalam Kehidupan Kristen

A. Apakah Doa Kita Memuliakan Allah?

Sering kali, doa kita hanya berfokus pada permohonan pribadi, tetapi Yesus mengajarkan kita untuk memulai doa dengan memuliakan nama Tuhan.

✔ Apakah doa kita mencerminkan penghormatan kepada Allah?
✔ Apakah kita mengutamakan kehendak Tuhan dalam doa kita?

B. Apakah Kita Mengutamakan Kerajaan Allah?

Yesus mengajarkan bahwa prioritas doa kita haruslah Kerajaan Allah, bukan keinginan pribadi kita.

✔ Apakah kita lebih berdoa untuk keinginan duniawi daripada kemuliaan Allah?
✔ Apakah kita rindu melihat Injil tersebar ke seluruh dunia?

C. Apakah Kita Datang kepada Allah sebagai Anak yang Percaya?

Sebagai orang percaya, kita memiliki hak istimewa untuk menyebut Allah sebagai Bapa.

✔ Apakah kita datang kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia adalah Bapa yang penuh kasih?
✔ Apakah kita percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya?

Kesimpulan: Berdoalah dengan Prioritas yang Benar

Lukas 11:2 mengajarkan kita bagaimana berdoa dengan benar:

  1. Mengakui Allah sebagai Bapa yang penuh kasih.
  2. Mengutamakan kehormatan dan kekudusan Allah.
  3. Mendoakan datangnya Kerajaan Allah lebih dari keinginan pribadi kita.

Yesus memberi kita pola doa ini bukan untuk dihafalkan saja, tetapi untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penutup, mari kita bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah doa saya lebih berpusat pada kehendak Allah atau pada diri sendiri?
  • Apakah saya benar-benar rindu melihat kerajaan-Nya datang di dunia ini?
  • Apakah saya hidup sebagai anak yang percaya kepada Bapa Surgawi?

Kiranya kita semua semakin bertumbuh dalam kehidupan doa yang sejati dan semakin mengenal Allah sebagai Bapa yang penuh kasih dan Raja yang berdaulat atas segalanya. Amin!

Next Post Previous Post