Mazmur 100:3: Pengakuan Kedaulatan Allah dan Identitas Umat-Nya
Mazmur 100:3:"Ketahuilah bahwa TUHAN, Dia adalah Allah. Dia yang menjadikan kita, dan kita ini milik-Nya. Kita ini umat-Nya, dan domba-domba gembalaan-Nya." (AYT)
Mazmur 100:3 adalah pernyataan kuat tentang kedaulatan Allah dan identitas umat-Nya sebagai ciptaan dan milik-Nya. Ayat ini mengajak kita untuk mengenal siapa Allah yang sejati, memahami relasi kita dengan-Nya, dan merespons dengan sikap yang benar.
Dalam teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin kedaulatan Allah dalam penciptaan dan pemeliharaan, serta hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Artikel ini akan membahas Mazmur 100:3 secara mendalam berdasarkan pemikiran beberapa teolog Reformed.
1. Konteks Mazmur 100:3
Mazmur 100 dikenal sebagai Mazmur syukur, yang mengundang seluruh bumi untuk bersukacita dalam Tuhan. Ayat ini berada di tengah seruan penyembahan, menunjukkan dasar dari panggilan untuk bersyukur: karena Tuhan adalah Allah, Pencipta, dan Gembala umat-Nya.
John Calvin dalam komentarnya terhadap Mazmur ini menulis: "Pemazmur ingin umat Allah tidak hanya bersukacita, tetapi juga mengetahui dasar dari sukacita mereka: karena Tuhan adalah satu-satunya Allah, yang telah menciptakan dan menebus mereka."
Mazmur ini sangat relevan dalam memahami kehidupan iman yang sejati, karena mengajarkan tentang siapa Allah dan siapa kita dalam relasi dengan-Nya.
2. "Ketahuilah bahwa TUHAN, Dia adalah Allah" – Kedaulatan Allah yang Mutlak
Bagian pertama dari Mazmur 100:3 menegaskan bahwa TUHAN (YHWH) adalah satu-satunya Allah yang benar. Dalam budaya Israel, ini adalah pernyataan yang sangat mendasar karena di tengah dunia politeistik, Israel dipanggil untuk hanya menyembah satu Allah.
a. Pengakuan akan Allah yang Benar
Frasa "Ketahuilah bahwa TUHAN, Dia adalah Allah" adalah sebuah deklarasi teologis yang kuat tentang monoteisme alkitabiah. Ini menggemakan Ulangan 6:4: "Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!"
John MacArthur menjelaskan bahwa perintah "Ketahuilah" menunjukkan pengenalan yang lebih dalam tentang Tuhan, bukan sekadar pengakuan intelektual. Ia menulis: "Orang percaya tidak hanya harus mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah, tetapi juga harus hidup dalam realitas itu dengan penuh keyakinan dan ketundukan."
Dalam teologi Reformed, kedaulatan Allah adalah dasar dari segala sesuatu. John Calvin menegaskan bahwa tidak ada satu hal pun yang terjadi di dunia ini di luar kendali-Nya: "Pengakuan bahwa Tuhan adalah Allah berarti menerima Dia sebagai Raja atas seluruh ciptaan dan mengakui bahwa kehendak-Nya yang berdaulat menentukan segala sesuatu."
b. Kedaulatan Allah atas Semua Bangsa
Mazmur 100 adalah undangan bagi seluruh bumi untuk bersorak bagi Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kedaulatan Allah tidak terbatas hanya pada Israel, tetapi mencakup semua bangsa.
R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menegaskan bahwa otoritas Allah meliputi semua aspek kehidupan: "Jika Tuhan benar-benar berdaulat, maka tidak ada satu wilayah pun dalam hidup kita yang berada di luar otoritas-Nya. Segala sesuatu yang kita lakukan harus berada dalam terang kedaulatan-Nya."
3. "Dia yang menjadikan kita, dan kita ini milik-Nya" – Penciptaan dan Kepemilikan Allah
Bagian kedua dari ayat ini menegaskan bahwa kita ada karena Allah menciptakan kita. Ini berbicara tentang penciptaan dan hubungan kepemilikan antara Allah dan umat-Nya.
a. Allah sebagai Pencipta
Pernyataan ini mengingatkan kita akan Kejadian 1:27: "Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah Dia menciptakan dia; laki-laki dan perempuan Dia menciptakan mereka."
Dalam teologi Reformed, penciptaan adalah karya Allah yang berdaulat, yang tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal mana pun. Herman Bavinck menekankan: "Allah tidak membutuhkan dunia, tetapi menciptakannya karena kehendak dan kasih-Nya. Semua ciptaan memiliki tujuan dalam rencana kekal-Nya."
b. Kita Ini Milik-Nya
Jika Allah yang menciptakan kita, maka kita adalah milik-Nya. Ini adalah konsep kedaulatan Tuhan atas kehidupan manusia, yang menjadi dasar dari doktrin pemeliharaan Allah (divine providence).
Jonathan Edwards menulis: "Jika Allah menciptakan kita, maka Dia memiliki hak mutlak atas hidup kita. Kita tidak bisa hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia yang telah menciptakan kita."
Ini berarti bahwa kehidupan kita bukan milik kita sendiri. Paulus juga menegaskan hal ini dalam 1 Korintus 6:19-20: "Kamu bukan milik kamu sendiri. Sebab, kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar. Karena itu, muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"
4. "Kita ini umat-Nya, dan domba-domba gembalaan-Nya" – Hubungan Perjanjian Allah dengan Umat-Nya
Bagian terakhir dari Mazmur 100:3 menegaskan hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Gambaran umat sebagai domba menunjukkan bahwa Allah bukan hanya Raja yang berdaulat, tetapi juga Gembala yang penuh kasih.
a. Umat Perjanjian Allah
Frasa "Kita ini umat-Nya" menunjukkan bahwa Allah telah memilih dan memanggil umat-Nya untuk menjadi milik-Nya. Ini adalah konsep dasar dari doktrin perjanjian (covenant theology) dalam teologi Reformed.
Ligon Duncan menulis:"Sejak awal, Allah telah menetapkan umat-Nya dalam suatu perjanjian kasih. Ini adalah janji kekal yang digenapi dalam Kristus."
Pilihan Allah atas umat-Nya bukan berdasarkan kebaikan mereka, tetapi berdasarkan kasih karunia-Nya. Ini ditegaskan dalam Ulangan 7:7-8: "Bukan karena jumlahmu lebih banyak dari bangsa mana pun maka TUHAN mengasihi kamu dan memilih kamu, tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan karena Dia menepati sumpah yang telah Dia ucapkan kepada nenek moyangmu."
b. Allah sebagai Gembala
Gambaran Allah sebagai Gembala adalah salah satu metafora yang paling kuat dalam Alkitab. Ini mengingatkan kita pada Mazmur 23:1: "TUHAN adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan."
Yesus sendiri menggunakan gambaran ini dalam Yohanes 10:11: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."
R.C. Sproul menjelaskan bahwa hubungan antara gembala dan domba menunjukkan kasih dan pemeliharaan Allah: "Sebagai Gembala, Allah tidak hanya mengarahkan umat-Nya, tetapi juga menjaga dan melindungi mereka dari segala bahaya."
5. Implikasi Mazmur 100:3 dalam Kehidupan Orang Percaya
Mazmur 100:3 bukan hanya deklarasi teologis, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam kehidupan Kristen:
Mengenal Allah dengan Benar
- Kita dipanggil untuk mengenal Tuhan secara pribadi dan hidup dalam pengakuan akan kedaulatan-Nya.
Menyerahkan Hidup kepada Tuhan
- Jika kita adalah milik-Nya, maka kita harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Mengandalkan Allah sebagai Gembala
- Kita harus hidup dalam iman, percaya bahwa Dia akan selalu memelihara dan menuntun kita.
Bersyukur dalam Segala Hal
- Karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kita, kita harus memiliki hati yang penuh syukur dalam segala keadaan.
Kesimpulan
Mazmur 100:3 adalah ayat yang kaya akan kebenaran teologis tentang kedaulatan Allah, penciptaan, kepemilikan Allah atas umat-Nya, dan pemeliharaan-Nya sebagai Gembala. Dalam teologi Reformed, ayat ini menjadi dasar bagi pemahaman tentang siapa kita di hadapan Allah dan bagaimana kita harus merespons-Nya.
Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam penyerahan total kepada Tuhan, mengenal-Nya lebih dalam, dan bersyukur atas anugerah-Nya yang tak terhingga.