Renungan Pagi: Kekudusan Tuhan Dan Kejahatan Dunia (Habakuk 1:13)

Renungan Pagi: Kekudusan Tuhan Dan Kejahatan Dunia (Habakuk 1:13)

Pendahuluan:

Saudara-saudari dalam Kristus, pagi ini kita kembali diberikan kesempatan untuk merenungkan kebenaran Firman Tuhan. Saat kita melihat dunia di sekitar kita, kita sering bertanya, mengapa kejahatan seolah-olah dibiarkan terjadi? Mengapa Tuhan yang adil dan kudus tidak segera menghukum orang-orang fasik?

Ini bukanlah pertanyaan yang baru. Nabi Habakuk sendiri bergumul dengan pertanyaan ini dalam doanya kepada Tuhan. Dalam Habakuk 1:13, ia berkata:

"Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan, dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandang orang-orang yang berbuat khianat, dan Engkau berdiam diri ketika orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?"

Habakuk memahami bahwa Tuhan itu kudus, suci, dan tidak dapat mentoleransi dosa. Namun, ia juga melihat bahwa kejahatan tampaknya merajalela dan bertanya mengapa Tuhan tidak segera bertindak.

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk kejahatan yang terjadi di dunia ini. Meskipun Tuhan tidak pernah melakukan kejahatan, tetapi dalam hikmat-Nya, Dia mengizinkan kejahatan terjadi untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar.

Hari ini, kita akan merenungkan tiga kebenaran utama dari Habakuk 1:13:

  1. Tuhan adalah Allah yang Mahakudus dan Tidak Bisa Memandang Kejahatan
  2. Mengapa Tuhan Mengizinkan Kejahatan Terjadi?
  3. Bagaimana Kita Harus Merespons Kekudusan Tuhan dalam Dunia yang Penuh Kejahatan?

1. Tuhan adalah Allah yang Mahakudus dan Tidak Bisa Memandang Kejahatan

a) Kekudusan Tuhan: Dia Terpisah dari Dosa

Dalam Alkitab, salah satu atribut utama Tuhan adalah kekudusan-Nya.

Yesaya 6:3 berkata:

"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"

Tuhan tidak hanya kudus, tetapi kekudusan-Nya melampaui segala sesuatu. Kekudusan Tuhan berarti bahwa Dia terpisah dari segala kejahatan dan tidak dapat mentoleransi dosa dalam bentuk apa pun.

Habakuk berkata, "Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan", yang berarti bahwa Tuhan tidak bisa menerima atau menyetujui dosa dalam bentuk apa pun.

b) Dosa Adalah Pemberontakan terhadap Kekudusan Tuhan

Karena Tuhan itu kudus, maka dosa adalah sesuatu yang sangat menjijikkan di hadapan-Nya.

Roma 3:23 berkata:

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."

Ini berarti bahwa tidak ada manusia yang bisa mendekati Tuhan dengan kekuatan atau perbuatan baiknya sendiri. Tanpa anugerah Tuhan, kita semua berada di bawah murka-Nya karena dosa kita.

c) Tuhan Akan Menghukum Kejahatan

Karena Tuhan itu kudus, Dia tidak akan membiarkan dosa tidak dihukum.

Nahum 1:3 berkata:

"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa-Nya, tetapi Ia sekali-kali tidak membebaskan dari hukuman orang yang bersalah."

Kita mungkin tidak melihat hukuman Tuhan secara langsung, tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap dosa akan mendapatkan keadilan Tuhan pada waktu yang tepat.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apakah saya menyadari betapa kudusnya Tuhan dan betapa seriusnya dosa di hadapan-Nya?
  • Bagaimana saya bisa hidup lebih selaras dengan kekudusan Tuhan?

2. Mengapa Tuhan Mengizinkan Kejahatan Terjadi?

a) Tuhan Berdaulat atas Segala Sesuatu, Termasuk Kejahatan

Sebagai manusia, kita sering kali tidak memahami cara kerja Tuhan. Kita berpikir bahwa jika Tuhan itu kudus, maka seharusnya kejahatan tidak boleh ada di dunia ini.

Namun, dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Allah tetap berdaulat, bahkan atas kejahatan yang terjadi di dunia ini.

Yesaya 55:8-9 berkata:

"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."

Ini berarti bahwa meskipun kita tidak memahami mengapa Tuhan mengizinkan kejahatan terjadi, kita harus percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar.

b) Tuhan Menggunakan Kejahatan untuk Menggenapi Rencana-Nya

Kita melihat contoh dalam Kisah Yusuf di Kejadian 50:20, di mana saudara-saudaranya menjualnya sebagai budak. Tetapi pada akhirnya, Tuhan menggunakan kejahatan itu untuk menyelamatkan banyak orang.

Yusuf berkata:

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20)

Hal yang sama terjadi dengan kematian Yesus di kayu salib. Manusia yang jahat menyalibkan Yesus, tetapi Tuhan menggunakan peristiwa itu untuk membawa keselamatan bagi dunia.

Kisah Para Rasul 2:23 berkata:

"Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka."

Jadi, meskipun Tuhan tidak pernah melakukan kejahatan, Dia bisa menggunakan kejahatan untuk menggenapi tujuan-Nya yang lebih besar.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apakah saya percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat meskipun ada kejahatan di dunia?
  • Bagaimana saya bisa lebih berserah kepada Tuhan di tengah ketidakmengertian saya?

3. Bagaimana Kita Harus Merespons Kekudusan Tuhan dalam Dunia yang Penuh Kejahatan?

a) Hidup dalam Kekudusan

Karena Tuhan itu kudus, kita juga harus hidup dalam kekudusan.

1 Petrus 1:15-16 berkata:

"Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Ini berarti bahwa kita harus:

  1. Menjauhkan diri dari dosa → Jangan kompromi dengan dunia.
  2. Menjalani hidup dalam ketaatan kepada Tuhan → Hidup berdasarkan Firman-Nya.
  3. Melayani Tuhan dengan setia → Menggunakan hidup kita untuk kemuliaan-Nya.

b) Berdoa dan Percaya kepada Tuhan dalam Segala Situasi

Kita harus belajar seperti Habakuk, yang meskipun tidak memahami rencana Tuhan sepenuhnya, ia tetap berserah kepada-Nya.

Habakuk 3:17-18 berkata:

"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."

Ini adalah iman yang sejati—percaya kepada Tuhan meskipun kita tidak memahami segalanya.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apakah saya hidup dalam kekudusan dan menjauh dari dosa?
  • Apakah saya tetap percaya kepada Tuhan, meskipun saya tidak mengerti semua rencana-Nya?

Kesimpulan

Saudara-saudari dalam Kristus, Habakuk 1:13 mengajarkan kita bahwa Tuhan adalah Allah yang kudus dan tidak bisa mentoleransi dosa. Namun, dalam kedaulatan-Nya, Dia mengizinkan kejahatan terjadi untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar.

  1. Tuhan itu kudus dan tidak bisa melihat kejahatan.
  2. Tuhan tetap berdaulat, bahkan di tengah kejahatan dunia.
  3. Kita harus hidup dalam kekudusan dan percaya kepada Tuhan dalam segala keadaan.

Pagi ini, marilah kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan berkomitmen untuk hidup dalam kekudusan bagi kemuliaan-Nya. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post