Yohanes 11:53-54: Upaya Kesembilan untuk Membunuh Yesus

Yohanes 11:53-54: Upaya Kesembilan untuk Membunuh Yesus

Pendahuluan:

Dalam Yohanes 11:53-54, kita melihat puncak dari permusuhan para pemimpin Yahudi terhadap Yesus. Setelah mujizat kebangkitan Lazarus, pemimpin agama semakin takut kehilangan pengaruhnya dan mulai merencanakan pembunuhan Yesus secara sistematis.

"Kemudian, sejak hari itu, mereka sepakat untuk membunuh Yesus." (Yohanes 11:53, AYT)
"Karena itu, Yesus tidak lagi berjalan secara terang-terangan di antara orang Yahudi, tetapi Dia pergi dari sana ke wilayah dekat padang belantara ke sebuah kota bernama Efraim; dan Dia tinggal di sana bersama murid-murid-Nya." (Yohanes 11:54, AYT)

Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan kedaulatan Allah atas rencana keselamatan, kemunafikan manusia dalam menolak Mesias, serta ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa. Artikel ini akan membahas makna mendalam dari Yohanes 11:53-54, bagaimana ayat ini berbicara tentang upaya kesembilan untuk membunuh Yesus, serta bagaimana para teolog Reformed menjelaskan makna teologisnya.

Eksposisi Yohanes 11:53-54

1. "Kemudian, Sejak Hari Itu, Mereka Sepakat untuk Membunuh Yesus" (Yohanes 11:53)

Bagian ini menunjukkan bahwa para pemimpin Yahudi tidak lagi hanya membenci Yesus, tetapi secara aktif berkonspirasi untuk membunuh-Nya.

Mengapa Mereka Berusaha Membunuh Yesus?

  • Kebangkitan Lazarus membuktikan kuasa ilahi Yesus, yang semakin mengancam otoritas para pemimpin Yahudi.
  • Mereka khawatir kehilangan pengaruh politik dan religius di hadapan rakyat (Yohanes 11:48).
  • Mereka lebih memilih mempertahankan sistem keagamaan mereka daripada menerima kebenaran yang dibawa Yesus.

John Calvin dalam Commentary on John menulis:"Hati manusia begitu keras sehingga bahkan melihat mujizat besar tidak cukup untuk membuatnya percaya, kecuali Roh Kudus yang mengubahnya."

Sebagai orang percaya, kita harus berhati-hati agar tidak mengeraskan hati terhadap kebenaran Tuhan seperti yang dilakukan para pemimpin Yahudi.

2. "Yesus Tidak Lagi Berjalan Secara Terang-Terangan di Antara Orang Yahudi" (Yohanes 11:54a)

Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus memilih untuk sementara waktu menghindari konfrontasi langsung, karena waktu-Nya untuk disalibkan belum tiba.

Mengapa Yesus Menjauh dari Publik?

  • Yesus tidak takut kepada manusia, tetapi Dia tahu bahwa semuanya harus terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Bapa.
  • Dia tidak ingin mempercepat waktu penyaliban sebelum kehendak Bapa digenapi pada saat yang tepat.
  • Ini menunjukkan keseimbangan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia dalam rencana keselamatan.

R.C. Sproul dalam The Sovereignty of God menegaskan:"Yesus tidak menghindari penderitaan, tetapi Dia tahu bahwa segala sesuatu harus terjadi dalam waktu yang telah ditentukan oleh Bapa-Nya."

Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk taat kepada waktu dan rencana Tuhan, bukan bertindak berdasarkan ketakutan atau ambisi pribadi.

3. "Dia Pergi ke Wilayah Dekat Padang Belantara ke Sebuah Kota Bernama Efraim" (Yohanes 11:54b)

Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus mengambil waktu untuk mengasingkan diri bersama murid-murid-Nya sebelum memasuki minggu terakhir menuju penyaliban.

Mengapa Yesus Pergi ke Efraim?

  • Efraim adalah tempat yang lebih terpencil, jauh dari pusat kekuasaan di Yerusalem.
  • Yesus menggunakan waktu ini untuk mengajar murid-murid-Nya dan mempersiapkan mereka untuk apa yang akan datang.
  • Ini mencerminkan prinsip bahwa ada waktu untuk berjuang, tetapi ada juga waktu untuk beristirahat dan bersiap.

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan:"Yesus tidak bertindak gegabah dalam menghadapi musuh-musuh-Nya. Dia selalu bertindak sesuai dengan kehendak Bapa dan menggunakan hikmat dalam setiap langkah-Nya."

Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk bijak dalam menghadapi tantangan, mengetahui kapan harus bertindak dan kapan harus menunggu dalam keheningan.

Makna Teologis dalam Teologi Reformed

1. Kedaulatan Allah dalam Rencana Keselamatan

  • Meskipun manusia berusaha membunuh Yesus, semua itu tetap berada dalam kendali Tuhan.
  • Penyaliban bukanlah hasil dari konspirasi manusia semata, tetapi bagian dari rencana keselamatan yang telah ditentukan sebelumnya (Kisah Para Rasul 2:23).

Jonathan Edwards dalam The History of Redemption menulis:"Segala sesuatu yang terjadi kepada Kristus telah ditentukan oleh Bapa sebelum dunia dijadikan. Tidak ada yang terjadi di luar kendali-Nya."

Sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa segala sesuatu dalam hidup kita ada dalam kendali Tuhan, bahkan ketika kita menghadapi penganiayaan atau penderitaan.

2. Penolakan Manusia terhadap Kebenaran

  • Para pemimpin Yahudi lebih memilih kekuasaan dan tradisi mereka daripada menerima Mesias yang sejati.
  • Ini mencerminkan bagaimana manusia yang berdosa cenderung menolak kebenaran demi kenyamanan mereka sendiri.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan:"Dosa bukan hanya ketidaktaatan terhadap perintah Tuhan, tetapi juga penolakan terhadap kebenaran yang telah dinyatakan dengan jelas."

Sebagai orang percaya, kita harus selalu waspada agar tidak menolak kebenaran Tuhan hanya karena itu tidak sesuai dengan keinginan kita.

3. Kesempurnaan Ketaatan Kristus

  • Yesus menunjukkan ketaatan yang sempurna kepada kehendak Bapa, meskipun Dia tahu bahwa itu akan membawa-Nya kepada penderitaan.
  • Ini menjadi teladan bagi kita untuk tetap setia kepada Tuhan, bahkan ketika kita menghadapi kesulitan.

John Piper dalam Desiring God menulis:"Ketaatan Kristus adalah dasar keselamatan kita. Tanpa ketaatan-Nya yang sempurna, kita tidak akan memiliki pengharapan."

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, mengikuti teladan Kristus yang tunduk kepada kehendak Bapa dalam segala hal.

Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

Bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari?

1. Tetap Setia dalam Menghadapi Penolakan

  • Seperti Yesus, kita harus siap menghadapi penolakan ketika kita berdiri dalam kebenaran.
  • Jangan takut terhadap manusia, tetapi percayalah bahwa Tuhan tetap memegang kendali.

2. Mengandalkan Waktu Tuhan dalam Segala Hal

  • Jangan bertindak gegabah atau mengambil keputusan hanya berdasarkan emosi.
  • Percayalah bahwa Tuhan memiliki waktu yang tepat untuk setiap hal dalam hidup kita.

3. Menggunakan Waktu untuk Bertumbuh dalam Iman

  • Seperti Yesus yang menggunakan waktu di Efraim untuk mempersiapkan murid-murid-Nya, kita juga harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk bertumbuh dalam firman Tuhan.

Kesimpulan

Yohanes 11:53-54 menegaskan bahwa upaya manusia untuk menentang Yesus tetap berada dalam kendali Tuhan.

Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. Kedaulatan Tuhan mengatur segala sesuatu, termasuk rencana keselamatan melalui kematian Kristus.
  2. Penolakan manusia terhadap Yesus adalah bukti dari hati yang berdosa dan memerlukan anugerah Tuhan untuk diubahkan.
  3. Yesus menunjukkan ketaatan sempurna kepada Bapa, menjadi teladan bagi kita untuk hidup dalam iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia dalam menghadapi tantangan, mempercayai waktu Tuhan, dan menggunakan setiap kesempatan untuk bertumbuh dalam iman kepada-Nya.

Next Post Previous Post