Markus 15:15-20: Penderitaan Yesus dari Getsemani ke Golgota

Pendahuluan
Penderitaan Yesus sebelum penyaliban adalah salah satu bagian paling dramatis dalam seluruh narasi Injil. Dalam Markus 15:15-20, kita melihat bagaimana Yesus disesah, dihina, dan dianiaya oleh para prajurit Romawi sebelum akhirnya dibawa ke Golgota untuk disalibkan.
Bagian ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi memiliki makna teologis yang sangat dalam. Dalam perspektif teologi Reformed, penderitaan Yesus dipahami sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah, di mana Kristus harus menanggung murka Allah atas dosa manusia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Markus 15:15-20 berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran beberapa teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan Martin Lloyd-Jones.
1. Teks Markus 15:15-20
15 Karena ingin memuaskan hati orang banyak, Pilatus pun melepaskan Barabas bagi mereka, dan setelah menyuruh mencambuki Yesus, dia menyerahkan Yesus untuk disalibkan.
16 Para prajurit membawa Yesus masuk ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan mereka memanggil seluruh pasukan berkumpul.
17 Lalu, mereka mengenakan kepada Yesus jubah ungu, dan setelah menganyamkan sebuah mahkota berduri, mereka memakaikannya pada Yesus.
18 Kemudian, mereka mulai memberi salam kepada-Nya, “Salam, hai Raja orang Yahudi!”
19 Lalu, mereka memukuli kepala-Nya dengan buluh dan meludahi-Nya, lalu sujud menyembah-Nya.
20 Setelah mereka mengolok-olok Yesus, mereka melepaskan-Nya dari jubah ungu dan memakaikan pakaian-Nya sendiri. Lalu, mereka membawa Yesus keluar untuk menyalibkan Dia.
2. Konteks Markus 15:15-20
a. Penderitaan Kristus sebagai Bagian dari Rencana Allah
Sejak awal pelayanan-Nya, Yesus telah menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya (Markus 8:31, 9:31, 10:33-34). Namun, murid-murid sulit memahami bahwa Mesias harus menderita sebelum masuk dalam kemuliaan-Nya (Lukas 24:26).
Menurut John Calvin, penderitaan Yesus bukanlah kebetulan, tetapi adalah bagian dari rencana kekal Allah untuk menebus umat-Nya.
Dalam Yesaya 53:5, dinubuatkan bahwa:
"Dia tertikam karena pelanggaran kita, Dia diremukkan karena kesalahan kita; hukuman yang mendatangkan damai sejahtera bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan."
3. Eksposisi Markus 15:15-20 dalam Perspektif Teologi Reformed
a. "Karena ingin memuaskan hati orang banyak, Pilatus pun melepaskan Barabas bagi mereka" (Markus 15:15a)
Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi ia tetap menyerahkan-Nya untuk disalibkan demi menyenangkan orang banyak.
Menurut R.C. Sproul, keputusan Pilatus mencerminkan kebobrokan hati manusia yang lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan.
Di sini kita melihat kontras besar antara Yesus dan Barabas:
-
Yesus adalah yang benar, tetapi dihukum seperti penjahat.
-
Barabas adalah seorang pemberontak dan pembunuh, tetapi ia dibebaskan.
Ini adalah gambaran dari doktrin substitusi penal, di mana Kristus menggantikan kita yang seharusnya dihukum karena dosa (2 Korintus 5:21).
b. "Setelah menyuruh mencambuki Yesus, dia menyerahkan Yesus untuk disalibkan" (Markus 15:15b)
Pencambukan Romawi adalah hukuman yang sangat kejam. Cambuk yang digunakan (flagrum) memiliki potongan tulang dan logam tajam yang menempel, yang dapat merobek daging hingga tulang.
Herman Bavinck menekankan bahwa penderitaan fisik Yesus bukanlah sekadar hukuman manusiawi, tetapi juga melambangkan murka Allah atas dosa manusia.
Dalam Yesaya 50:6, Yesus telah menubuatkan penderitaan-Nya:
"Aku memberikan punggung-Ku kepada orang-orang yang memukul Aku, dan pipi-Ku kepada mereka yang mencabut janggut-Ku. Aku tidak menyembunyikan wajah-Ku dari penghinaan dan ludah."
Pencambukan ini mengingatkan kita bahwa Kristus menanggung penderitaan yang seharusnya kita alami karena dosa kita.
c. "Mereka mengenakan kepada Yesus jubah ungu dan mahkota duri" (Markus 15:17)
Jubah ungu adalah simbol kerajaan pada zaman Romawi. Para prajurit mengejek Yesus sebagai "raja", tetapi tanpa sadar mereka sebenarnya mengakui kebenaran.
Menurut Charles Hodge, mahkota duri yang dikenakan kepada Yesus memiliki makna mendalam:
-
Duri melambangkan kutukan dosa (Kejadian 3:17-18).
-
Yesus sebagai Raja menanggung kutukan dosa atas manusia.
Paulus berkata dalam Galatia 3:13:
"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita."
Melalui mahkota duri, Yesus menanggung hukuman dosa kita agar kita dapat menerima mahkota kehidupan (Yakobus 1:12).
d. "Mereka mulai memberi salam kepada-Nya, 'Salam, hai Raja orang Yahudi!'" (Markus 15:18)
Para prajurit mengejek Yesus dengan meniru cara penghormatan kepada kaisar Romawi. Namun, ironi terbesar dalam ejekan ini adalah mereka tanpa sadar menyatakan kebenaran bahwa Yesus memang Raja.
Menurut Martin Lloyd-Jones, di sini kita melihat bagaimana dosa manusia selalu berusaha menolak kebenaran Tuhan, bahkan ketika mereka tidak menyadarinya.
e. "Mereka memukuli kepala-Nya dengan buluh dan meludahi-Nya" (Markus 15:19)
Tindakan ini menunjukkan penghinaan yang ekstrem terhadap Yesus. Dalam budaya Yahudi dan Romawi, meludahi seseorang adalah bentuk penghinaan tertinggi.
R.C. Sproul menegaskan bahwa Yesus menerima penghinaan ini sebagai bagian dari penebusan dosa kita. Dia dihina agar kita dimuliakan dalam Dia.
Dalam Filipi 2:8, Paulus berkata:
"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Yesus rela dihina agar kita dapat diangkat dalam kemuliaan bersama-Nya.
f. "Setelah mereka mengolok-olok Yesus, mereka melepaskan-Nya dari jubah ungu dan memakaikan pakaian-Nya sendiri. Lalu, mereka membawa Yesus keluar untuk menyalibkan Dia" (Markus 15:20)
Setelah ejekan dan siksaan, Yesus akhirnya dibawa untuk disalibkan.
Menurut John Calvin, penderitaan Yesus di tangan manusia menggambarkan betapa dalamnya kebencian manusia terhadap Tuhan.
Namun, dalam penderitaan-Nya, Yesus tetap diam dan tidak membalas (Yesaya 53:7), menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir.
4. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Kristen
a. Penderitaan Yesus Mengajarkan Ketaatan
Yesus taat kepada kehendak Bapa meskipun itu berarti penderitaan. Kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya dalam kesetiaan kepada Tuhan.
b. Yesus Menanggung Murka Allah Demi Kita
Penderitaan Yesus menunjukkan bahwa keselamatan kita bukanlah sesuatu yang murah. Itu dibayar dengan darah Kristus yang mahal (1 Petrus 1:18-19).
c. Kita Dipanggil untuk Memikul Salib
Yesus berkata dalam Matius 16:24:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku."
Mengikut Yesus berarti bersedia menderita demi kebenaran-Nya.
5. Kesimpulan
Markus 15:15-20 menggambarkan penderitaan Yesus sebelum penyaliban, yang merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah.
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
-
Yesus menanggung penghinaan dan penderitaan sebagai bagian dari penebusan dosa manusia.
-
Penderitaan Yesus menunjukkan kasih-Nya yang besar bagi kita.
-
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kesiapan menghadapi penderitaan.
Marilah kita menghargai pengorbanan Yesus dan hidup bagi kemuliaan-Nya.