Matius 26:36-46: Doa Yesus di Taman Getsemani dan Penyerahan Total kepada Bapa
Pendahuluan
Doa Yesus di Taman Getsemani (Matius 26:36-46) merupakan salah satu momen paling dramatis dalam kehidupan-Nya di dunia. Di sini, kita melihat ketegangan antara kemanusiaan Yesus dan ketaatan-Nya yang sempurna kepada Bapa.
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna teologis dan eksposisi dari doa Yesus di Getsemani berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran beberapa teolog besar seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan Martin Lloyd-Jones.
1. Teks Matius 26:36-46
36 Kemudian Yesus tiba bersama murid-murid-Nya di tempat yang bernama Getsemani dan Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Duduklah di sini, sementara Aku ke sana untuk berdoa.”
37 Dan, Dia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus bersama-Nya, dan Dia mulai berduka dan bersusah hati.
38 Kemudian, Dia berkata kepada mereka, “Hati-Ku sangat berduka, bahkan seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan tetaplah berjaga-jaga bersama-Ku.”
39 Dan, Dia sedikit menjauh, lalu sujud dengan wajah-Nya menyentuh tanah dan berdoa, kata-Nya, “Bapa-Ku, kalau mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari-Ku. Akan tetapi, jangan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu.”
40 Kemudian, Dia datang kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Lalu, Dia berkata kepada Petrus, “Jadi, kamu tidak sanggup berjaga-jaga bersama Aku selama 1 jam?”
41 Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut tetapi daging lemah.”
42 Yesus pergi lagi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya, “Bapa-Ku, jika ini tidak dapat berlalu kecuali Aku meminumnya, kehendak-Mulah yang akan terjadi.”
43 Sekali lagi, Dia datang dan mendapati mereka tidur karena mata mereka terasa berat.
44 Maka, Dia meninggalkan mereka, dan Dia pergi lagi, lalu berdoa untuk ketiga kalinya, mengucapkan kata-kata yang sama.
45 Kemudian Yesus kembali kepada murid-murid dan berkata, “Tidurlah sekarang dan beristirahatlah. Lihat, waktunya makin dekat dan Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.”
46 Bangunlah, mari kita pergi. Lihat, orang yang menyerahkan Aku sudah dekat.”
2. Konteks Doa Yesus di Getsemani
a. Latar Belakang Peristiwa
Taman Getsemani adalah tempat Yesus sering berdoa (Lukas 22:39). Peristiwa ini terjadi sesaat sebelum penangkapan-Nya, setelah perjamuan terakhir dengan murid-murid. Yesus tahu bahwa penderitaan salib sudah dekat, dan Ia merasakan beban yang luar biasa.
John Calvin dalam tafsirannya menyoroti bahwa penderitaan Yesus bukan hanya fisik, tetapi juga penderitaan rohani yang dalam. Ia bukan hanya menghadapi kematian, tetapi juga murka Allah atas dosa dunia.
3. Eksposisi Matius 26:36-46 dalam Perspektif Teologi Reformed
a. Yesus Berduka dan Bersusah Hati (Matius 26:37-38)
Yesus mulai merasa berduka dan bersusah hati. Dalam bahasa Yunani, kata perilupos (περίλυπος) yang digunakan di sini berarti dukacita yang mendalam, bahkan sampai pada titik kematian.
Herman Bavinck menjelaskan bahwa kesedihan Yesus bukan karena rasa takut kepada manusia, tetapi karena Ia melihat beban dosa yang harus Ia pikul dan murka Allah yang harus Ia tanggung.
b. Permohonan Yesus: "Biarlah Cawan Ini Berlalu" (Matius 26:39)
Yesus memohon kepada Bapa, "Bapa-Ku, kalau mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari-Ku."
Dalam Alkitab, "cawan" sering digunakan sebagai simbol murka Allah (Yesaya 51:17, Yeremia 25:15).
R.C. Sproul menegaskan bahwa Yesus tidak takut pada penderitaan fisik, tetapi pada terputusnya hubungan dengan Bapa saat Ia menanggung dosa dunia di kayu salib (Matius 27:46).
Namun, meskipun Ia berdoa agar cawan ini berlalu, Yesus segera menegaskan:
"Jangan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu."
Ini menunjukkan ketaatan total Yesus kepada kehendak Bapa, sebuah contoh sempurna dari penyerahan diri dalam doa.
John Calvin menafsirkan doa ini sebagai bukti kemanusiaan Yesus, yang merasakan penderitaan, tetapi tetap tunduk pada kehendak Allah.
c. Murid-murid yang Tertidur (Matius 26:40-41)
Yesus menemukan murid-murid-Nya tidur dan memperingatkan mereka:
"Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut tetapi daging lemah."
Ini menunjukkan kelemahan manusia dalam menghadapi pencobaan.
Menurut Martin Lloyd-Jones, ini adalah pelajaran penting bagi kita. Orang Kristen sering kali merasa kuat secara rohani, tetapi dalam kenyataannya mereka lemah tanpa pertolongan Tuhan.
d. Yesus Berdoa untuk Kedua dan Ketiga Kalinya (Matius 26:42-44)
Yesus kembali berdoa dua kali lagi, menunjukkan pergumulan yang intens dengan kehendak Bapa.
"Jika ini tidak dapat berlalu kecuali Aku meminumnya, kehendak-Mulah yang akan terjadi."
Charles Hodge menekankan bahwa doa ini adalah bukti kepatuhan sempurna Yesus kepada rencana keselamatan Allah.
e. Kesimpulan Yesus: "Bangunlah, Waktunya Sudah Dekat" (Matius 26:45-46)
Setelah doa-Nya, Yesus siap menghadapi penderitaan-Nya. Ia tidak lagi berduka, tetapi dengan penuh keberanian berkata:
"Bangunlah, mari kita pergi. Lihat, orang yang menyerahkan Aku sudah dekat."
Ini menunjukkan bahwa Yesus telah sepenuhnya menyerahkan diri kepada kehendak Bapa.
4. Aplikasi Teologis dari Doa Yesus di Getsemani
a. Ketundukan kepada Kehendak Allah
Seperti Yesus, kita harus belajar berdoa dengan sikap tunduk kepada kehendak Allah, bukan memaksakan kehendak kita sendiri.
b. Kekuatan Melalui Doa
Yesus mengajarkan bahwa doa adalah sumber kekuatan bagi orang percaya. Tanpa doa, kita akan mudah jatuh dalam pencobaan seperti murid-murid yang tertidur.
c. Keselamatan Kita Ditebus dengan Harga yang Mahal
Penderitaan Yesus di Getsemani mengingatkan kita bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang murah. Kita diselamatkan bukan hanya melalui kematian Yesus, tetapi juga melalui penderitaan-Nya yang luar biasa.
5. Kesimpulan
Doa Yesus di Taman Getsemani adalah contoh sempurna dari ketaatan, ketekunan dalam doa, dan penyerahan total kepada kehendak Allah.
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
-
Yesus menanggung penderitaan rohani yang luar biasa demi keselamatan kita.
-
Ia sepenuhnya tunduk kepada kehendak Bapa, menjadi teladan bagi kita dalam doa dan kehidupan.
-
Kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menyerahkan hidup kita kepada kehendak Allah, seperti yang Yesus lakukan di Getsemani.