Roma 3:1-2: Keunggulan Orang Yahudi dalam Rencana Allah

Pendahuluan
Surat Roma adalah salah satu surat yang paling kaya teologi dalam Perjanjian Baru. Ditulis oleh Rasul Paulus, surat ini memberikan penjelasan mendalam mengenai Injil, dosa manusia, keselamatan oleh iman, dan hubungan antara orang Yahudi serta bukan Yahudi dalam rencana keselamatan Allah.
Dalam Roma 3:1-2, Paulus mengajukan pertanyaan retoris tentang keuntungan menjadi orang Yahudi dan jawaban yang diberikan menunjukkan keistimewaan yang dimiliki bangsa Israel dalam sejarah keselamatan. Eksposisi ini akan membahas ayat ini berdasarkan pandangan beberapa teolog Reformed, seperti John Calvin, Martin Lloyd-Jones, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.
Teks Roma 3:1-2
“Jika demikian, apakah keuntungan menjadi orang Yahudi? Atau, apakah keuntungan dari sunat?
Banyak sekali dalam segala hal; terutama, karena kepada merekalah dipercayakan firman Allah.” (Roma 3:1-2, AYT)
1. Latar Belakang Konteks Roma 3:1-2
Dalam pasal sebelumnya, Paulus menyatakan bahwa orang Yahudi maupun bukan Yahudi sama-sama berada di bawah hukuman dosa (Roma 2:1-29). Ia menekankan bahwa sunat lahiriah tidak cukup untuk memperoleh keselamatan, melainkan sunat hati, yaitu perubahan hati oleh Roh Kudus (Roma 2:28-29).
Karena pernyataan ini, orang mungkin bertanya: "Jika demikian, apakah keuntungan menjadi orang Yahudi?" Paulus menanggapi pertanyaan ini dengan menegaskan bahwa meskipun semua manusia berdosa, orang Yahudi tetap memiliki keistimewaan karena mereka telah menerima wahyu khusus dari Allah, yaitu firman-Nya.
2. Eksposisi Roma 3:1-2 dalam Pandangan Teologi Reformed
a. Keunggulan Orang Yahudi dalam Rencana Allah
Menurut Paulus, bangsa Yahudi memiliki keuntungan yang besar, terutama karena mereka telah menerima firman Allah (Yunani: logia tou Theou), yang dalam konteks ini merujuk pada perjanjian, hukum Taurat, dan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama.
John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa keuntungan utama bangsa Yahudi adalah kepercayaan Allah kepada mereka untuk menyampaikan firman-Nya kepada dunia. Menurut Calvin, ini bukan sekadar hak istimewa, tetapi juga tanggung jawab besar. Ia menyatakan:
"Karunia ini merupakan keistimewaan yang tidak terukur nilainya, karena di dalamnya terkandung pengetahuan akan Allah yang sejati dan jalan menuju keselamatan."
Herman Bavinck juga menekankan bahwa wahyu Allah yang diberikan kepada Israel adalah tahap awal dari rencana keselamatan yang digenapi dalam Kristus. Dengan menerima firman Allah, bangsa Yahudi memiliki akses langsung kepada hukum, nubuat, dan perjanjian yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias.
b. "Banyak Sekali dalam Segala Hal" – Keistimewaan Berkat Rohani
Frasa "banyak sekali dalam segala hal" menunjukkan bahwa keistimewaan bangsa Yahudi tidak hanya satu aspek saja, tetapi mencakup banyak aspek rohani dan historis. R.C. Sproul dalam tafsirannya menjelaskan bahwa keistimewaan ini mencakup:
-
Penerimaan Taurat – Allah memberikan hukum-Nya kepada bangsa Israel melalui Musa.
-
Perjanjian dengan Allah – Bangsa Yahudi menerima perjanjian-perjanjian ilahi seperti perjanjian Abraham, Musa, dan Daud.
-
Nubuat tentang Mesias – Janji keselamatan dinyatakan melalui para nabi Israel.
-
Ibadah yang Benar – Allah menetapkan sistem ibadah yang mencerminkan kekudusan-Nya.
Martin Lloyd-Jones menambahkan bahwa meskipun bangsa Yahudi sering gagal menaati firman Allah, ini tidak membatalkan rencana Allah atau membuat firman-Nya gagal. Justru, kegagalan mereka menyoroti kebutuhan akan keselamatan melalui iman kepada Kristus.
3. Aplikasi Teologis dan Relevansi bagi Orang Percaya
a. Kepercayaan kepada Firman Allah sebagai Anugerah Besar
Roma 3:1-2 mengajarkan bahwa memiliki akses kepada firman Allah adalah anugerah yang besar. Bangsa Yahudi memiliki hak istimewa untuk menerima wahyu langsung dari Allah, tetapi banyak di antara mereka yang menolak Mesias. Hal ini menjadi peringatan bagi kita bahwa memiliki firman Allah tidak cukup; kita harus menaati dan mempercayainya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Calvin:
"Kita harus menghargai firman Allah lebih daripada emas, sebab di dalamnya terkandung kehidupan kekal."
Orang Kristen masa kini telah menerima Alkitab, yang merupakan firman Allah yang sempurna. Namun, banyak yang mengabaikannya atau hanya membaca tanpa merenungkannya.
b. Kesetiaan Allah dalam Menepati Janji-Nya
Roma 3:2 menunjukkan bahwa Allah tetap setia dalam menyatakan firman-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa semua janji-Nya, baik kepada bangsa Israel maupun kepada orang percaya di masa kini, akan digenapi.
Herman Bavinck menyatakan bahwa kesetiaan Allah terhadap janji-Nya dalam Perjanjian Lama menjadi dasar bagi iman Kristen. Semua janji-Nya menemukan pemenuhannya di dalam Kristus, yang adalah Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14).
c. Tanggung Jawab Besar atas Firman yang Diterima
R.C. Sproul menekankan bahwa menerima firman Allah juga berarti bertanggung jawab untuk menjaganya, mempelajarinya, dan mengajarkannya kepada generasi berikutnya. Sama seperti bangsa Israel dipanggil untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, orang Kristen juga dipanggil untuk memberitakan Injil.
Paulus dalam Roma 10:17 menyatakan bahwa iman timbul dari pendengaran firman Kristus. Oleh karena itu, memiliki akses kepada firman Allah bukan hanya sebuah hak istimewa tetapi juga sebuah panggilan untuk membagikannya kepada dunia.
Kesimpulan
Roma 3:1-2 mengajarkan bahwa bangsa Yahudi memiliki keistimewaan besar karena mereka menerima firman Allah, yang merupakan wahyu-Nya kepada umat manusia. Namun, hak istimewa ini juga membawa tanggung jawab yang besar.
Dalam perspektif teologi Reformed, beberapa poin utama yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah:
-
Firman Allah adalah anugerah terbesar bagi manusia – Kita harus menghargainya dan menghidupinya.
-
Allah setia kepada janji-Nya – Firman-Nya tidak pernah gagal, meskipun manusia sering kali tidak setia.
-
Tanggung jawab atas firman yang telah diterima – Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mempelajari dan memberitakan firman Tuhan kepada dunia.
Sebagai orang Kristen, kita memiliki keuntungan lebih besar daripada bangsa Yahudi di zaman Perjanjian Lama, karena kita memiliki Injil Yesus Kristus yang menggenapi firman Allah. Oleh karena itu, marilah kita hidup dalam kebenaran firman-Nya dan membagikannya kepada orang lain.