Roma 5:8: Makna Kematian dan Pengorbanan Yesus bagi Dunia

Pendahuluan
Salah satu ayat paling kuat yang menegaskan kasih Allah bagi manusia adalah Roma 5:8:
“Namun, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, ketika kita masih menjadi pendosa, Kristus mati bagi kita.” (Roma 5:8, AYT)
Ayat ini mengungkapkan inti Injil: kasih Allah yang dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Dalam teologi Reformed, kematian Yesus dipahami sebagai pengorbanan substitusi, yaitu bahwa Kristus mati menggantikan orang berdosa, membawa mereka kepada pendamaian dengan Allah.
Artikel ini akan mengupas eksposisi Roma 5:8 berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, Charles Hodge, R.C. Sproul, dan John Piper.
I. Konteks Roma 5:8
Surat Roma adalah salah satu tulisan Rasul Paulus yang paling sistematis dalam menjelaskan Injil. Pasal 5 berfokus pada keadilan Allah, kasih karunia, dan pendamaian yang diberikan kepada manusia melalui Kristus.
Sebelum ayat 8, Paulus berbicara tentang keadaan manusia yang berdosa (Roma 5:6-7). Kemudian, dalam ayat 8, Paulus menegaskan bahwa kasih Allah tidak tergantung pada kebaikan manusia, tetapi dinyatakan ketika manusia masih berdosa—suatu tindakan kasih yang murni dan tanpa syarat.
II. Makna Roma 5:8 dalam Teologi Reformed
1. Kasih Allah yang Inisiatif
John Calvin dalam "Institutes of the Christian Religion" menekankan bahwa keselamatan adalah inisiatif Allah, bukan hasil usaha manusia. Ia menulis:
“Tidak ada sesuatu pun dalam diri kita yang bisa menarik kasih Allah. Kasih-Nya semata-mata berasal dari anugerah-Nya.”
Kasih Allah dalam Roma 5:8 tidak didasarkan pada perbuatan baik manusia. Ini adalah konsep kasih yang tidak bersyarat (unconditional love), sebuah doktrin penting dalam teologi Reformed.
R.C. Sproul menambahkan bahwa kasih Allah bukan respons terhadap kebaikan kita, tetapi justru diberikan ketika kita masih dalam keadaan melawan Dia.
“Allah tidak menunggu kita menjadi layak untuk diselamatkan. Sebaliknya, Dia menyelamatkan kita saat kita masih berdosa.”
2. Pengorbanan Yesus sebagai Pengganti (Substitusi Penal)
Roma 5:8 menegaskan bahwa Kristus mati bagi kita. Konsep ini dikenal sebagai pengorbanan substitusi penal, yaitu bahwa Kristus menanggung hukuman dosa yang seharusnya kita terima.
Charles Hodge, seorang teolog Reformed abad ke-19, menjelaskan bahwa kematian Yesus adalah tindakan hukum yang memenuhi tuntutan keadilan Allah.
“Kristus mati bukan hanya sebagai contoh, tetapi sebagai pengganti kita. Dia menanggung murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita.”
John Stott dalam bukunya "The Cross of Christ" juga menekankan bahwa tanpa pengorbanan substitusi, tidak ada pendamaian dengan Allah.
“Kasih Allah tidak berarti mengabaikan keadilan-Nya. Justru di dalam salib, kasih dan keadilan bertemu.”
Pengorbanan substitusi ini selaras dengan Yesaya 53:5, yang menyatakan bahwa Kristus terluka karena pelanggaran kita.
3. Keselamatan oleh Anugerah, Bukan Usaha Manusia
Roma 5:8 juga menegaskan doktrin sola gratia (keselamatan hanya oleh anugerah).
Menurut John Piper, anugerah berarti bahwa manusia tidak berkontribusi apa pun dalam keselamatan mereka.
“Kasih Allah begitu besar sehingga Dia menyelamatkan orang berdosa yang bahkan tidak mencari Dia.”
Teologi Reformed menolak gagasan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan melalui usaha sendiri (salvation by works). Roma 5:8 memperjelas bahwa Kristus mati bagi kita ketika kita masih berdosa, bukan setelah kita membuktikan diri layak diselamatkan.
III. Implikasi Teologis dan Praktis
1. Jaminan Keselamatan bagi Orang Percaya
Roma 5:8 memberikan jaminan keselamatan bagi mereka yang percaya kepada Kristus. Karena keselamatan didasarkan pada kasih Allah yang tak bersyarat, orang percaya dapat yakin bahwa mereka tidak akan pernah kehilangan anugerah tersebut.
Charles Spurgeon berkata:
“Jika Kristus sudah mati bagi kita ketika kita masih berdosa, mungkinkah Dia meninggalkan kita setelah kita menjadi anak-anak-Nya?”
Keyakinan ini juga ditegaskan dalam Roma 8:38-39, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.
2. Panggilan untuk Hidup dalam Kasih dan Pengorbanan
Jika Kristus mati bagi kita, maka orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam kasih yang sama.
Efesus 5:2 mengatakan:
“Hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita.”
John Piper menekankan bahwa pengorbanan Kristus harus menginspirasi kita untuk hidup dalam pengorbanan bagi orang lain.
“Kita dipanggil untuk mencerminkan kasih Kristus—dengan memberi diri kita bagi sesama, bahkan ketika mereka tidak layak menerimanya.”
3. Misi Injil ke Seluruh Dunia
Roma 5:8 juga menjadi dasar bagi misi penginjilan. Jika Kristus mati bagi orang berdosa, maka setiap orang, tanpa memandang latar belakangnya, berhak mendengar kabar baik ini.
David Platt dalam bukunya "Radical" menulis:
“Kita tidak bisa menyimpan kabar baik ini untuk diri sendiri. Kita dipanggil untuk membawa Injil kepada mereka yang belum mendengarnya.”
Yesus sendiri memberikan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20, yang menginstruksikan kita untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya.
Kesimpulan
Roma 5:8 adalah inti dari Injil. Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengasihi kita bahkan ketika kita masih berdosa, dan Kristus mati bagi kita sebagai pengganti kita.
Dari sudut pandang teologi Reformed, kita dapat menarik beberapa poin utama:
- Keselamatan adalah inisiatif Allah, bukan usaha manusia (sola gratia).
- Kematian Kristus adalah pengorbanan substitusi, yang menanggung murka Allah menggantikan kita.
- Kasih Allah adalah jaminan keselamatan, sehingga orang percaya dapat hidup dengan kepastian iman.
- Kasih Kristus menginspirasi kita untuk hidup dalam kasih dan pengorbanan bagi sesama.
- Misi penginjilan harus dilakukan ke seluruh dunia, karena kasih Allah diperuntukkan bagi semua orang berdosa.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih Kristus dan membagikan Injil kepada dunia. Kematian Yesus bukan hanya fakta sejarah, tetapi adalah kasih yang mengubah hidup kita.
“Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19)
Apakah kita sudah merespons kasih Allah dengan hidup bagi Dia?