Yohanes 14:22: Yesus Menyatakan Diri-Nya kepada Orang Percaya

Pendahuluan
Yohanes 14:22 adalah bagian dari percakapan antara Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjamuan terakhir. Ayat ini berbunyi:
“Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya, ‘Tuhan, bagaimana Engkau akan menyatakan diri-Mu kepada kami dan bukan kepada dunia?’” (Yohanes 14:22, AYT)
Di sini, Yudas (bukan Iskariot) mengajukan pertanyaan yang penting: mengapa Yesus memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada murid-murid-Nya dan bukan kepada dunia secara keseluruhan? Dalam artikel ini, kita akan menggali makna ayat ini berdasarkan eksposisi beberapa teolog Reformed serta melihat implikasi teologis dan aplikatifnya bagi kehidupan Kristen.
1. Konteks Historis dan Latar Belakang Yohanes 14
Pasal 14 dari Injil Yohanes merupakan bagian dari percakapan Yesus di ruang atas, yang sering disebut sebagai Upper Room Discourse. Ini adalah bagian dari pesan perpisahan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia disalibkan. Dalam percakapan ini, Yesus menghibur murid-murid-Nya, menjelaskan tentang Roh Kudus, dan menegaskan bahwa Ia adalah satu-satunya jalan kepada Bapa.
Pertanyaan Yudas dalam Yohanes 14:22 muncul setelah Yesus mengatakan bahwa mereka yang mengasihi-Nya akan menaati perintah-Nya, dan sebagai hasilnya, Ia akan menyatakan diri-Nya kepada mereka (Yohanes 14:21). Ini menimbulkan kebingungan di antara murid-murid, karena mereka mengharapkan Mesias untuk menyatakan diri-Nya kepada dunia secara terbuka.
2. Eksposisi Teologis Yohanes 14:22
a. Siapakah Yudas yang Bukan Iskariot?
Yudas yang berbicara dalam ayat ini bukanlah Yudas Iskariot, tetapi Yudas yang juga dikenal sebagai Tadeus atau Lebeus (Matius 10:3, Markus 3:18). Ia adalah salah satu dari kedua belas rasul Yesus yang lebih jarang disebutkan dalam Injil.
John Calvin dalam komentarnya terhadap Yohanes 14 menekankan bahwa pertanyaan Yudas mencerminkan pemahaman yang masih terbatas dari para murid tentang misi Mesias. Mereka mengira bahwa Yesus akan menyatakan diri-Nya sebagai Raja secara fisik dan politis, tetapi Yesus menjelaskan bahwa kerajaan-Nya bersifat rohani.
Jonathan Edwards dalam The History of Redemption menekankan bahwa pertanyaan ini menunjukkan kebingungan murid-murid mengenai bagaimana Yesus akan bekerja dalam dunia, dan ini merupakan bagian dari proses pemahaman iman yang bertumbuh.
b. Mengapa Yesus Tidak Menyatakan Diri-Nya kepada Dunia?
Yesus menjawab pertanyaan Yudas dalam ayat 23 dengan mengatakan:
“Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menaati firman-Ku, dan Bapa-Ku akan mengasihinya, dan Kami akan datang kepadanya serta tinggal bersamanya.” (Yohanes 14:23, AYT)
Jawaban ini menunjukkan bahwa Yesus menyatakan diri-Nya hanya kepada mereka yang mengasihi dan menaati-Nya. Ini mengajarkan beberapa prinsip penting:
- Pewahyuan Yesus Bersifat Rohani – Yesus tidak menyatakan diri-Nya dalam bentuk pemerintahan duniawi, tetapi dalam bentuk relasi pribadi dengan orang percaya melalui Roh Kudus.
- Hanya Mereka yang Mengasihi Yesus yang Akan Mengenal-Nya – Dunia tidak dapat memahami Kristus karena mereka tidak hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
- Pewahyuan Yesus Adalah Bagian dari Anugerah Allah – Tidak semua orang menerima pewahyuan ini karena itu adalah hasil dari pilihan dan anugerah Allah.
John Piper dalam Desiring God menjelaskan bahwa Yesus menyatakan diri-Nya kepada orang percaya melalui pekerjaan Roh Kudus yang mengubah hati mereka. Dunia, yang masih berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat atau memahami pewahyuan ini kecuali mereka dipanggil oleh Allah.
R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menekankan bahwa pewahyuan Kristus tidak hanya bersifat eksternal, tetapi juga internal, yang bekerja dalam hati orang percaya melalui kuasa Roh Kudus.
3. Implikasi Teologis dalam Teologi Reformed
a. Doktrin Pemilihan dan Pewahyuan Yesus
Pertanyaan Yudas mencerminkan kebingungan tentang siapa yang akan menerima pewahyuan Kristus. Dalam teologi Reformed, ini berkaitan dengan doktrin pemilihan (election), yang mengajarkan bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya memilih siapa yang akan diselamatkan.
Efesus 1:4-5 menjelaskan bahwa Allah telah memilih orang percaya sebelum dunia dijadikan, dan pewahyuan Yesus hanya diberikan kepada mereka yang dipilih oleh-Nya.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa pewahyuan Allah tidak diberikan kepada semua orang, tetapi hanya kepada mereka yang telah dipilih untuk menerima anugerah keselamatan.
b. Pekerjaan Roh Kudus dalam Pewahyuan Yesus
Yesus tidak menyatakan diri-Nya secara fisik kepada dunia setelah kebangkitan-Nya, tetapi melalui Roh Kudus.
Roh Kudus adalah yang membuka mata rohani orang percaya agar mereka dapat memahami dan menerima Kristus (1 Korintus 2:14).
c. Hubungan antara Kasih dan Ketaatan dalam Pengalaman Pewahyuan
Yesus berkata bahwa mereka yang mengasihi-Nya akan menaati firman-Nya. Ini menunjukkan bahwa pewahyuan-Nya tidak hanya bergantung pada pengetahuan intelektual, tetapi juga pada hubungan pribadi dengan-Nya.
Jonathan Edwards menekankan bahwa kasih kepada Kristus adalah bukti iman sejati, dan mereka yang benar-benar mengasihi Kristus akan mengalami kehadiran-Nya dengan cara yang dunia tidak bisa pahami.
4. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya
-
Mengandalkan Roh Kudus untuk Memahami Yesus
Pewahyuan Yesus tidak dapat dipahami hanya dengan akal manusia, tetapi membutuhkan pekerjaan Roh Kudus. Kita harus berdoa agar Roh Kudus membuka hati dan pikiran kita untuk mengenal Kristus lebih dalam. -
Menunjukkan Kasih kepada Yesus dengan Ketaatan
Yesus berkata bahwa mereka yang mengasihi-Nya akan menaati perintah-Nya (Yohanes 14:23). Hidup kita harus mencerminkan kasih kepada Kristus melalui ketaatan dalam tindakan sehari-hari. -
Memahami Bahwa Tidak Semua Orang Akan Mengenal Kristus
Tidak semua orang akan menerima pewahyuan Yesus, dan kita tidak boleh kecewa jika dunia menolak Injil. Kita harus tetap setia dalam bersaksi dan percaya bahwa hanya Allah yang bisa membuka hati seseorang kepada kebenaran. -
Menghargai Hak Istimewa Sebagai Orang Percaya
Sebagai orang percaya, kita telah menerima anugerah luar biasa karena Kristus menyatakan diri-Nya kepada kita. Ini seharusnya membuat kita bersyukur dan hidup dengan sukacita dalam persekutuan dengan-Nya.
Kesimpulan
Yohanes 14:22 mengungkapkan pertanyaan Yudas tentang mengapa Yesus hanya menyatakan diri-Nya kepada orang percaya dan bukan kepada dunia. Jawaban Yesus menunjukkan bahwa pewahyuan-Nya bersifat rohani dan hanya diberikan kepada mereka yang mengasihi dan menaati-Nya.
Eksposisi ini mengajarkan kita tentang peran Roh Kudus dalam pewahyuan Kristus, hubungan antara kasih dan ketaatan, serta bagaimana doktrin pemilihan menjelaskan mengapa tidak semua orang menerima pewahyuan ini.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada Kristus, bersyukur atas pewahyuan yang telah diberikan kepada kita, dan terus bersaksi kepada dunia, percaya bahwa hanya Allah yang dapat membuka hati manusia untuk mengenal-Nya.