Yohanes 14:27: Damai Sejahtera Kristus yang Sejati

Pendahuluan
Yohanes 14:27 adalah salah satu ayat yang penuh penghiburan dalam pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum penyaliban. Dalam ayat ini, Yesus menjanjikan damai sejahtera yang berbeda dari apa yang dunia tawarkan. Damai ini bukan hanya sekadar ketenangan emosional atau keadaan tanpa konflik, tetapi merupakan sesuatu yang bersumber dari Kristus sendiri.
Eksposisi ini akan membahas Yohanes 14:27 berdasarkan perspektif teologi Reformed dengan mengacu pada pemikiran beberapa teolog seperti John Calvin, Martin Lloyd-Jones, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan Charles Hodge.
Teks Yohanes 14:27
"Damai sejahtera Kutinggalkan bersamamu; damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, bukan seperti yang dunia berikan yang Aku berikan kepadamu. Jangan biarkan hatimu gelisah ataupun gentar." (Yohanes 14:27, AYT)
1. Latar Belakang Yohanes 14:27
a. Konteks Perikop Yohanes 14
Pasal 14 dalam Injil Yohanes merupakan bagian dari Amanat Perpisahan Yesus (Yohanes 13–17), yang disampaikan kepada murid-murid sebelum penyaliban-Nya. Yesus sedang mempersiapkan mereka untuk peristiwa besar yang akan terjadi: kematian-Nya, kebangkitan, dan kenaikan ke surga.
Dalam bagian ini, Yesus juga berbicara tentang janji Roh Kudus, yang akan menjadi Penolong bagi murid-murid setelah Ia pergi. Ayat 27 muncul sebagai bagian dari penghiburan-Nya kepada mereka yang merasa takut dan cemas.
b. Makna "Damai Sejahtera" dalam Bahasa Asli
Kata “damai sejahtera” dalam bahasa Yunani adalah eirēnē (εἰρήνη), yang berasal dari kata Ibrani shalom (שָׁלוֹם). Dalam konteks Alkitab, shalom tidak hanya berarti ketiadaan konflik, tetapi juga keutuhan, kesejahteraan, dan pemulihan hubungan dengan Allah.
John Calvin dalam tafsirannya menegaskan bahwa damai sejahtera ini bukan sekadar keadaan eksternal, tetapi merupakan ketenangan batin yang diberikan oleh Allah melalui Kristus.
2. Eksposisi Yohanes 14:27 dalam Perspektif Teologi Reformed
a. "Damai Sejahtera Kutinggalkan Bersamamu" – Damai Sebagai Warisan Kristus
Yesus menyatakan bahwa Ia meninggalkan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya. Ini menunjukkan bahwa damai yang diberikan-Nya bukanlah sesuatu yang diperoleh manusia sendiri, melainkan pemberian dari Kristus.
Menurut R.C. Sproul, damai ini adalah hasil dari karya keselamatan Kristus. Karena dosa telah memisahkan manusia dari Allah, hanya melalui pengorbanan Kristus manusia dapat mengalami damai sejati.
Herman Bavinck juga menekankan bahwa damai yang diberikan Kristus berkaitan erat dengan pendamaian antara manusia dan Allah. Tanpa penebusan dosa, tidak ada damai yang sejati karena manusia tetap berada dalam permusuhan dengan Allah.
b. "Damai Sejahtera-Ku Kuberikan Kepadamu" – Damai yang Berasal dari Kristus
Yesus tidak hanya meninggalkan damai, tetapi Ia menekankan bahwa damai yang diberikan-Nya adalah damai-Nya sendiri.
Menurut John Calvin, ini berarti bahwa damai yang diberikan oleh Kristus adalah sesuatu yang berasal dari hubungan-Nya dengan Bapa. Damai ini adalah bagian dari anugerah keselamatan yang diberikan kepada orang percaya.
Martin Lloyd-Jones menambahkan bahwa damai ini hanya dapat dialami oleh mereka yang hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Ketika seseorang memiliki iman yang sejati dalam Kristus, ia akan mengalami ketenangan batin yang melampaui keadaan eksternal.
c. "Bukan Seperti yang Dunia Berikan" – Perbedaan Damai Kristus dan Damai Dunia
Yesus menegaskan bahwa damai-Nya berbeda dengan damai yang diberikan oleh dunia. Dunia mendefinisikan damai sebagai:
-
Keadaan tanpa konflik atau perang
-
Keamanan finansial dan kesejahteraan materi
-
Ketenangan yang diperoleh melalui hiburan atau meditasi
Namun, semua bentuk damai duniawi ini bersifat sementara dan dangkal. Menurut R.C. Sproul, damai dunia bergantung pada keadaan eksternal, sedangkan damai Kristus tetap ada meskipun dalam penderitaan.
Charles Hodge dalam sistematikanya menekankan bahwa damai Kristus bersumber dari keyakinan akan kasih dan pemeliharaan Allah, bukan dari kenyamanan hidup duniawi.
d. "Jangan Biarkan Hatimu Gelisah ataupun Gentar" – Aplikasi Damai Kristus dalam Kehidupan Orang Percaya
Kristus menutup pernyataan-Nya dengan perintah agar murid-murid tidak gelisah dan takut. Ini menunjukkan bahwa damai sejahtera-Nya memiliki dampak nyata dalam kehidupan orang percaya.
Menurut Martin Lloyd-Jones, ini berarti bahwa iman kepada Kristus harus lebih besar daripada ketakutan terhadap keadaan hidup. Orang percaya tidak boleh dikendalikan oleh kecemasan, tetapi harus bersandar pada janji Allah.
Herman Bavinck juga menekankan bahwa iman kepada pemeliharaan Allah adalah kunci untuk mengalami damai Kristus. Seorang Kristen yang benar-benar percaya kepada Allah tidak akan mudah goyah oleh tekanan hidup.
3. Aplikasi Teologis: Bagaimana Mengalami Damai Sejahtera Kristus?
a. Percaya kepada Karya Kristus yang Menyelamatkan
Damai sejati hanya bisa dialami jika seseorang memiliki iman yang sejati kepada Kristus. Jika seseorang belum mengalami pendamaian dengan Allah melalui pertobatan dan iman, maka ia tidak akan mengalami damai yang sejati.
b. Mengandalkan Pemeliharaan Allah dalam Segala Hal
Kekhawatiran adalah tanda bahwa seseorang masih bersandar pada kekuatannya sendiri. Orang Kristen harus berserah kepada pemeliharaan Allah dan percaya bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya.
c. Hidup dalam Ketaatan kepada Firman Tuhan
Damai yang dijanjikan Kristus bukan hanya perasaan, tetapi sesuatu yang datang ketika kita hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Semakin kita menaati firman Tuhan, semakin kita mengalami damai sejati.
Kesimpulan
Yohanes 14:27 mengajarkan bahwa damai sejahtera yang diberikan oleh Kristus berbeda dengan damai dunia. Damai ini bersumber dari hubungan yang benar dengan Allah dan tetap ada bahkan di tengah penderitaan.
Beberapa poin utama yang bisa kita ambil dari eksposisi ini adalah:
-
Damai Kristus adalah warisan bagi orang percaya – Itu bukan sesuatu yang kita hasilkan sendiri, tetapi diberikan kepada kita oleh Yesus.
-
Damai Kristus berbeda dari damai dunia – Itu bukan sekadar perasaan tenang, tetapi suatu kepastian bahwa kita telah didamaikan dengan Allah.
-
Damai sejati hanya dapat dialami melalui iman kepada Kristus – Semakin kita hidup dalam persekutuan dengan-Nya, semakin kita mengalami damai-Nya.
-
Orang percaya tidak boleh dikuasai oleh kecemasan – Sebaliknya, kita harus mempercayakan hidup kita kepada pemeliharaan Allah.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengalami dan membagikan damai Kristus kepada dunia. Ini bukan hanya tentang hidup tanpa masalah, tetapi tentang hidup dengan keyakinan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu.